Mohon tunggu...
Mirnawati
Mirnawati Mohon Tunggu... Direktur CV Lokal Media Training

Direktur di provider training. Praktisi trading. Sedang mendalami digital marketing dan teknologi masa depan. Percaya bahwa belajar adalah perjalanan seumur hidup. Menulis untuk tumbuh, berbagi untuk menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Jangan Terjebak FOMO: Strategi Psikologis Menghadapi Pasar yang Volatil

17 September 2025   09:30 Diperbarui: 16 September 2025   10:22 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita hidup di era di mana informasi bergerak dengan kecepatan cahaya. Satu detik ada berita tentang kenaikan harga aset, detik berikutnya ada yang memamerkan keuntungan di media sosial. Di tengah semua hiruk-pikuk itu, ada sebuah emosi yang sangat kuat dan seringkali merusak: Fear of Missing Out (FOMO), atau ketakutan untuk ketinggalan momen. Emosi ini adalah musuh terbesar bagi siapa pun yang berkecimpung di dunia pasar finansial, baik itu saham, kripto, atau komoditas.

FOMO mendorong kita untuk bertindak secara impulsif, meninggalkan rencana yang telah kita susun dengan matang, dan membeli aset di harga tertinggi hanya karena takut tidak kebagian. Ini adalah sebuah jebakan psikologis yang membuat keputusan kita didasarkan pada emosi ketimbang logika. Menghadapi pasar yang volatil tidak hanya membutuhkan analisis grafik atau laporan keuangan; ia juga membutuhkan mentalitas yang kuat dan disiplin diri. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa FOMO bisa sangat berbahaya dan bagaimana kita bisa membangun strategi psikologis untuk menghadapinya.

Memahami Musuh Utama: Apa Itu FOMO dan Dampaknya?

FOMO adalah reaksi emosional yang terjadi ketika kita melihat orang lain mendapatkan keuntungan besar dan kita merasa harus segera ikut serta. Emosi ini seringkali dipicu oleh sensasi dan berita heboh yang tersebar luas. Dalam konteks pasar, FOMO bisa menyebabkan berbagai tindakan yang sangat merugikan:

  • Membeli di Puncak Harga: Saat sebuah aset sudah naik sangat tinggi dan semua orang membicarakannya, itu seringkali menjadi sinyal untuk menjual, bukan membeli. Namun, FOMO membuat kita masuk ke pasar pada titik ini, hanya untuk melihat harga jatuh setelahnya.

  • Menjual di Harga Terendah: Kebalikan dari FOMO adalah kepanikan. Ketika pasar mengalami koreksi, ketakutan akan kehilangan semua modal membuat kita menjual aset kita dengan kerugian besar, padahal mungkin itu adalah momen terbaik untuk menahan atau bahkan membeli.

  • Mengabaikan Rencana: Rencana trading atau investasi yang sudah disusun berdasarkan riset mendalam seringkali diabaikan begitu saja demi mengejar tren sesaat yang sedang viral.

Empat Strategi Psikologis untuk Mengatasi FOMO

Mengatasi FOMO adalah tentang mengendalikan diri sendiri, bukan mengendalikan pasar. Ini adalah sebuah latihan kesadaran dan disiplin. Ada empat strategi psikologis yang dapat kita terapkan untuk membangun mentalitas yang kebal terhadap FOMO:

  1. Membuat dan Mematuhi Rencana Investasi: Fondasi yang paling kuat adalah memiliki rencana yang jelas. Tentukan tujuan finansial Anda, toleransi risiko, dan strategi jangka panjang. Ketika Anda melihat pasar bergejolak, kembalilah pada rencana Anda. Rencana ini adalah panduan yang akan melindungi Anda dari keputusan impulsif.

  2. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang: Pasang kacamata jangka panjang. Ingatlah bahwa volatilitas pasar adalah hal yang normal. Alih-alih terobsesi dengan pergerakan harga harian, fokuslah pada tujuan akhir Anda, apakah itu dana pensiun, dana pendidikan anak, atau membeli properti.

  3. Mematikan "Suara Bising": Batasi paparan Anda terhadap media sosial, forum online, dan berita yang memicu FOMO. Informasi yang tidak terverifikasi atau spekulatif dapat merusak mentalitas Anda. Alihkan fokus Anda ke sumber-sumber yang kredibel dan analisis yang terperinci.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
    Lihat Entrepreneur Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun