Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Olah Rasa Iri Menjadi Pemicu Keberhasilan

25 Juni 2019   00:24 Diperbarui: 25 Juni 2019   18:30 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi iri hati (Highwaystarz-Photography)

Sekarang ini banyak orang yang sering meng-upload kehidupannya di sosial media, biasanya kita meng-upload keseharian kita di berbagai story sosial media. Kalau Vlogger pastinya upload kehidupan sehari-hari mereka di YouTube Channel ataupun Instagram.

Kita biasanya tentu akan meng-upload sesuatu yang kita anggap positif atau indah saja, tidak mungkin kita meng-upload hal yang kurang baik dalam kehidupan kita. Kita nantinya bisa malu dan tentu ada rasa tidak mau di cap jelek oleh orang lain.

Karena selalu upload yang tentang hal-hal yang bagus dan indah, maka seringkali orang malah salah persepsi dengan mencap kehidupan orang lain yang mereka lihat melalui sosial media, benarlah menyenangkan, sangat mudah hidupnya ataupun berkelimpahan harta. 

Mereka yang melihat, akan menjadi terpengaruh dan lama-kelamaan tertanam rasa ingin memiliki kehidupan yang sama dengan orang yang mereka lihat di sosial media, agar dianggap gaul dan keren.

Ketika terpengaruh, dan ada rasa ingin memiliki hal yang sama, ada semacam refleksi diri, seperti "Enak banget, saya juga mau, tapi kapan coba bisa kayak gitu?" Karena terlalu lama bertanya-tanya seperti itu, timbullah rasa iri yang tidak disadari. 

Apabila orang yang merasa iri ini merasa tidak mampu mendapatkan apa yang diinginkannya, maka akan bertindak menyerang akun orang yang mereka lihat di sosial media, dalam bentuk bisa jadi suatu nyinyiran. 

Rasa iri ini menimbulkan stres karena ingin memiliki kehidupan yang sama. Tapi ada juga tipe orang yang malah terpacu bekerja lebih keras untuk memiliki kehidupan yang sama seperti kehidupan mewah dan tanpa beban yang seringkali dilihatnya pada media sosial.

Ilustrasi Rasa Iri | Sumber : E-sheep.com
Ilustrasi Rasa Iri | Sumber : E-sheep.com
Rasa iri ini sebenarnya tidak baik sama sekali dalam kehidupan kita. Bahkan kalau kita belajar dalam ilmu agama manapun, rasa iri pasti sangat dijauhi, karena bila rasa iri ini terlalu besar, akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Akan tetapi, sayangnya, rasa iri ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebaik apapun manusia, pasti akan ada rasa iri yang tersembul, ketika ada orang lain yang mendapatkan hal yang kita sangat inginkan, namun kita belum bisa meraihnya. Hanya saja kadar rasa irinya berbeda-beda, ada yang hanya sedikit, tapi ada juga yang banyak sekali kadar rasa irinya itu. Yang berbahaya adalah terlalu banyak rasa iri.

Biasanya orang merasa iri terhadap hal-hal seperti body yang aduhai, karier sukses, sering travelling tanpa terlihat bekerja sama sekali, rumah tangga yang harmonis, dan sebagainya, itu menjadi hal yang pasti ingin semua orang capai. 

Ketika ada orang lain yang sudah mencapai semua hal yang seseorang itu inginkan, dan kerap memamerkannya di akun sosial medianya dalam tempo yang sangat sering. Lama-lama bukan kekaguman saja yang muncul, melainkan rasa iri juga.

Hal seperti ini sering terlihat di kolom komentar para artis, ada saja netizen yang mengatakan "Enak ya hidupnya, kerja apa sih dia sebenarnya, bukan artis yang laku-laku amet padahal.", atau "jalan ke luar negeri mulu..", dan komentar iri lainnya.

Saya kurang paham, itu benar rasa iri atau iseng saja, hanya untuk diperhatikan oleh para artis tersebut.

Hanya saja, ketika saya sedang mencari berita mengenai tingkat stres orang Indonesia, ternyata generasi milenial itu sangat rentan terhadap stres, salah satu penyebabnya adalah sosial media.

Dilansir dari Okezone.com, lebih dari 40% orang merasa tertekan karena ingin mengesankan orang lain melalui sosial medianya dan 33% merasa sangat perlu membuat hidupnya mereka terkesan lebih baik dari keadaan sebenarnya.

Selain itu, ada kisah yang pernah saya baca dari Jouska, bahwa ada seorang mantan selebgram yang kariernya terlihat sukses gemilang, Instagramnya juga banyak sekali followers dan tawaran menjadi endorser pun semakin hari seperti semakin banyak, sampai followers-nya pun merasa kagum dan ada keinginan untuk memiliki kehidupan seperti dirinya. Ia memilih karier sebagai selebgram, karena melihat dari sosial media bahwa menjadi seorang selebgram adalah pekerjaan mudah, dan penghasilannya pasti banyak.

Namun dalam kehidupan realitanya, tidak sesuai dengan apa yang diimajinasikannya, keuangan dia benar-benar boncos alias merugi, dan mau tidak mau sempat menjadi pria simpanan, agar bisa terus eksis dan mendapatkan banyak modal untuk pekerjaannya itu. 

Hal ini dilakukan karena pengeluarannya sangat besar untuk mendapatkan foto dan konten yang seru dan diminati banyak followers, dan pengeluarannya tersebut tidak sebanding dengan pendapatan yang ia dapat. Karena semakin hari pekerjaan sebagai selebgram tidak pernah membawa kesuksesan yang orisinil, hanya terlihat tampaknya sukses saja, padahal aslinya rugi bandar, maka ia putuskan untuk pensiun dini dari dunia selebgram.

Ironis sekali ketika membacanya.

Walaupun begitu, tetap saja banyak orang yang tetap menginginkan kehidupan mewah dan menyenangkan yang ditampilkan pada sosial media. Ada yang rela hutang sana sini atau meminta uang jajan lebih kepada orangtuanya, tidak peduli orangtuanya sedang pusing mengenai keuangan, yang penting kehidupan yang diimpikannya seperti yang ada di sosial media bisa terealisasi. Sehingga orang-orang tersebut bisa meng-upload-nya dan memamerkannya kepada teman-temannya yang ada di sosial medianya.

Nah, supaya tidak terjebak dengan akhir yang mengenaskan seperti mantan selebgram itu, akan lebih baik kita olah rasa iri kita menjadi sesuatu yang positif, supaya kita tidak mengidap stres yang berlebihan karena menginginkan kehidupan seperti orang lain, tapi tidak sesuai dengan taraf perekonomian kita.

Hal pertama yang harus kita lakukan, adalah jadikan rasa iri kita sebagai pacuan untuk diri kita sendiri agar berusaha meraih hal seperti kehidupan yang di sosial media. Dengan lebih rajin bekerja ataupun dengan rajin belajar.

Review Tas Marhen J by Molita Lin | Sumber : YouTube Molita Lin
Review Tas Marhen J by Molita Lin | Sumber : YouTube Molita Lin
Misal, ingin memiliki tas Marhen J, harganya satu jutaan ke atas untuk yang asli dan tiga ratusan untuk yang kualitas KW. Kumpulkan uang tersebut, cari kerja tambahan, namun ingat jangan sampai terfokus pada pekerjaan tambahan, sampai lupa pada pekerjaan utama. Karena bukan membantu kita menambah pendapatan, eh, malah kehilangan pekerjaan utama akibat lebih fokus pada pekerjaan tambahan. 

Ketika kita melihat tas itu diberbagai media sosial, katakan pada diri kita dengan lantang, "suatu hari nanti saya pasti punya tas Marhen J!".

Jadi jangan dilamuni saja tasnya, atau dimaki-maki orang yang punya tas Marhen J karena merasa orang tersebut pamer. Semangati diri kita untuk mendapatkannya. 

Hal tersebut akan membuat diri kita merasa bangga karena mendapatkan tas tersebut dari hasil jerih payah kita sendiri, tanpa harus memberikan masalah lain untuk diri kita sendiri, yakni hutang yang banyak atau memberikan beban untuk orangtua kita. 

Kasihan orangtua dari pagi sampai malam bekerja, bahkan menahan diri tidak berbelanja untuk kebutuhan diri mereka sendiri, eh, kita malah foya-foya untuk memuaskan ego.

 

Maudy Ayunda diterima dalam dua universitas terbaik di dunia | Sumber : Blogunik.com 
Maudy Ayunda diterima dalam dua universitas terbaik di dunia | Sumber : Blogunik.com 
Kemudian, bila ingin berprestasi seperti Maudy Ayunda misalnya

Dalam wawancaranya dengan Najwa Shihab di YouTube Channel, Catatan Najwa, Maudy Ayunda menyatakan bahwa ia benar-benar berusaha untuk bisa lulus ujian masuk ke Stanford ataupun Harvard. 

Perlu waktu yang lama untuk bisa mengisi ujian masuknya. Bahkan rasa down pun juga dirasakan olehnya, deg-degan ragu akan diterima, dan sebagainya dialami oleh seorang Maudy Ayunda, yang kita anggap sebagai seorang wanita yang memang pintar dari orok.

Berdasarkan penuturan Maudy, ada netizen yang mengatakan bahwa ia bisa lulus ujian masuk tersebut dikarenakan profesinya sebagai artis. Tapi ada juga netizen lainnya yang malah merasa terpacu ingin meraih cita-cita dan prestasi seperti dirinya.

Nah, akan lebih baik bila mau berprestasi seperti Maudy Ayunda ini, contohlah para netizen yang malah jadi terpacu untuk belajar dengan baik, dan jangan sekedar menghafal pelajaran saja, tapi membuka wawasan dengan banyak membaca buku, menonton film ataupun berita yang berkualitas. Kalau tidak biasa, ya biasakan. Karena kesuksesan itu diawali dari kebiasaan yang disiplin dan latihan yang konsisten, bukan sekali kerja langsung sukses. Bahkan proses menuju kesuksesan selalu ada kesakitan dan kekecewaan.

Tidak masalah sakit dan kecewa, karena itu adalah proses kita supaya menjadi pribadi yang lebih kuat, yang penting selalu ingatlah kalau hasil tidak pernah mengkhianati usaha yang keras.

Gunakan rasa iri kita ini terhadap Maudy Ayunda, misalnya, dengan mengatakan pada diri kita sendiri, "Maudy bisa ! Saya juga bisa!", tanamkan terus mindset itu dalam diri kita, dan jangan lupa terus berdoa dan berusaha. Jangan setelah berdoa, kemudian mengkhayal saja, sampai kita tua pun, kita tidak akan mencapai prestasi yang kita inginkan.

Tidak ada manusia yang pintar ataupun bodoh, yang ada mau belajar atau tidak. Mau berusaha atau tidak.

Walau mendapatkan imej bad girl, tapi Awkarin tetap banyak yang mengaguminya | Sumber : Sneaker.co.id
Walau mendapatkan imej bad girl, tapi Awkarin tetap banyak yang mengaguminya | Sumber : Sneaker.co.id
Ingin sukses dan terkenal seperti Awkarin, misalnya.

Pelajari apa yang menjadikan dirinya terkenal dan sukses, serta disukai banyak orang. Walau image sebagai bad girl tersemat dalam dirinya, namun banyak hal yang bisa kita pelajari dari dirinya.

Awkarin memiliki target dalam bekerja, kreatif dalam membuat konten sosial medianya dan semua bidang bisnisnya, kemudian di story-storynya pasti tersisip bahwa ia lebih senang bekerja dengan orang-orang yang benar memiliki semangat kerja yang tinggi. Artinya dibalik image-nya yang bad girl dan penuh dengan sensasi, ia adalah seorang pekerja keras dan ulet.

Jangan hanya mengatakan "enak ya jadi orang kaya", rasa iri seperti itu tidak akan membawa diri kita kemana-mana, selain hanya dongkol sendiri kemudian stres sendiri. Apakah pendapatan kita bertambah atau kehidupan kita akan lebih baik setelah mengatakan seperti itu?

Carilah banyak informasi mengenai cara mengumpulkan uang yang benar bagaimana, cara supaya karier sukses dan terkenal bagaimana, dan sebagainya. 

Informasi seperti itu sekarang sudah banyak bertebaran di buku, artikel ataupun YouTube Channel para influencer, sehingga kita bisa mendapatkannya dengan mudah. Hanya tinggal kita mau atau tidak mempelajarinya dan mengaplikasikannya dalam hidup kita.

Ketika melihat Awkarin, katakan pada diri sendiri, "Gue bakal jauh lebih sukses dari lo", nah, rasa iri seperti itu baru benar. Tapi bukan berarti menjadikan diri kita malah membencinya, anggaplah diri Awkarin itu sebagai pemicu untuk menjadi sukses. 

Rasa benci adalah suatu perasaan yang sia-sia belaka, tidak membawa keuntungan, malah justru memberikan banyak kerugian, karena pikiran kita menjadi tertutup dan tidak bisa berkreasi dengan baik.

Jadi mari gunakan rasa iri dalam diri, sebagai pemicu untuk meraih apa yang kita impikan. Jangan hanya sekedar mengkhayal saja dan memendam rasa dongkol sendiri. 

Bila terlalu sering seperti ini, selain stres, sudah pasti kita akan mengidap gangguan mental lainnya, seperti cemas berlebihan, selalu mengeluh, merasa diri paling kasihan sedunia, dan sebagainya. Alhasil, orang yang membuat kita iri terus maju dan semakin mendapatkan apa yang kita inginkan, sedangkan kita terpuruk pada kesedihan dan penyesalan. Apakah kita mau seperti itu? 

Rasanya diri kita jauh lebih berharga daripada harus merasakan kesedihan dan penyesalan seperti itu.

Salam Sukses

Referensi

  1. Halodoc (2018, 25 Juni). 10 Tanda Psikologis sedang Terganggu. Diakses tanggal 24 Juni 2019 dari Halodoc.com
  2. Putri, Tiara (2018, 1 Maret). Generasi Milenials Paling Rentan Alami Stres, Ini Faktor Penyebabnya. Diakses tanggal 24 Juni 2019 dari Okezone.com
  3. Parenting.orami.com (2018, 14 Desember). Ternyata Inilah 5 Alasan Mengapa Orang Gampang Menghina di Media Sosial. Diakses tanggal 16 Juni 2019 dari Parenting.orami.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun