Mohon tunggu...
Cerpen

Cerpen | Siapa Bilang Begitu

11 April 2018   00:00 Diperbarui: 11 April 2018   00:06 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anak yang tumbuh di keluarga kurang harmonis kerap dianggap bisa memiliki masa depan yang suram dan cenderung mengalami kegagalan. Hal ini dikarenakan mereka kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orangtua sehingga tak ada sosok figur yang bisa diteladani.Benarkah demikian?

Psikolog Liza Marielly Djaprie mengatakan, hal tersebut tidak sepenuhnya tepat. Gagal atau tidaknya sang anak broken home bergantung dari beberapa faktor yang berperan di dalamnya. Misalnya, perpisahan orangtua, pola asuh, kepribadian, dan lingkungan sekitarnya.

Hidup terkadang terasa tidak menyenangkan saat hal-hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengumpat menjadi pilihan sebagian orang. Menyalahkan hal-hal buruk yang terjadi, menyalahkan diri sendiri, orang lain bahkan Tuhan. Meminta Tuhan untuk mencabut nyawa karena kenyataan yang sama sekali sulit diterima. 

Bagaimana bisa dengan mudah menerima kenyataan bahwa ayah ibu memutuskan untuk tidak lagi sepasang suami isteri, hidup terasa sangat melelahkan, keinginan berlari menanggalkan semuanya dan menghilang dari kehidupan, tetapi hal itu hanya dilakukan oleh seorang pengecut. Hal itu bukan menjadi jalan keluar yang baik.

Tidak ada jaminan bahwa mereka yang tumbuh dan dibesarkan di keluarga yang berantakan, akan menjadi pribadi yang tidak baik dan hancur. Sebaliknya dengan keadaan seperti itu akan membuat mereka semakin mengerti tentang kehidupan yang tidak mudah, dan tertantang untuk mendapatkan kehidupan yang baik-baik saja di masa depan.

Memang keluarga yang tak utuh membuat diri menjadi malu dan sedih tak karuan, namun mau bagaimanapun, mau teriak, nangis darahpun keadaan tidak akan berubah hanya bisa belajar untuk ikhlas dan menerima keadaan.

Karena dengan menolak kenyataan tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik dan belajar untuk mencintai keberantakan sebab dari sana akan lahir kekuatan-kekuatan untuk diri sendiri.

"Cintailah dirimu, Cintai masalahmu, jangan mudah menyerah. Sebab kau adalah pribadi yang kuat , yang tumbuh bersama puing kehancuran namun tidak hancur bersamanya" Terang Chatreen Moko yang sudah merasakan Broken home

broken home tidak menjadi alasan untuk tetap memedulikan diri sendiri, menata hati yang rapuh, dan membuat keputusan sendiri untuk tetap melanjutkan hidup dan tetap bersyukur atas semua yang terjadi berhenti menyalahkan keadaan apalagi merusak diri, meskipun keberuntungan tidak memihak pada anak broken home, dimana setiap hari tidak bisa merasakan pelukan hangat seorang ayah dan masakan seorang ibu.

"untuk kalian di luar sana, ingatlah bahwa kalian masih memiliki kedua orang tua, mungkin kedua orang tua kalian telah berpisah, tak lagi satu rumah. Tapi cinta mereka akan terus mengalir untuk kalian. Kalian masih memiliki mereka sebagai orang tua kalian. Kasih sayang mereka pun tetap tercurah untuk kalian. Jangan lagi menganggap hidup kalian tidak utuh" Chatreen Moko.

Sebagai anak broken home kemandirian adalah hal yang terpenting untuk tetap mewujudkan mimpi dan meraih kesuksesan, dengan mempunyai tingkat kemandirian yang lebih besar cenderung tidak menggantungkn dirinya kepada orang lain karena sudah terbiasa hidup mandiri.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun