Mohon tunggu...
Namira Indriati
Namira Indriati Mohon Tunggu... Mahasiswa - a communication sciences student

hi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kaum Rebahan di Masa Pandemi? Ini Waktunya Kamu Berubah Sekarang

25 Juli 2021   09:41 Diperbarui: 25 Juli 2021   09:50 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari belakangan kita disuguhkan oleh suatu fenomena yang sangat mencemaskan yaitu pandemik virus corona. Pandemik ini masih menjadi pusat perhatian dan keprihatinan dunia. 

Media massa juga masih terus mengulas tentang pandemi ini. Virus Covid-19 menjadi sebuah tantangan baru untuk semua aspek kehidupan yang ada di dunia karena pandemik ini benar-benar menghambat seluruh aspek yang ada, mulai dari aspek kesehatan yang cukup kewalahan dengan cepatnya penyebaran virus Covid-19, lalu aspek pendidikan yang harus terpaksa ditutup dan mengharuskan anak-anak untuk sekolah secara online, dan yang paling terasa yaitu aspek ekonomi yang terganggu akibat pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) demi mengurangi penyebaran virus yang mengakibatkan kegiatan semakin terbatas.

Dikarenakan oleh hal tersebut masyarakat diharuskan untuk selalu berada dirumah. Akibat dari Pandemik ini membuat kegiatan manusia jadi terbatas dan membawa beberapa konsekuensi akibat perubahan kebiasaan perilaku hidup aktif menjadi lebih santai atau sedentary lifestyle. Indah puspasari, M Sulchan, dan Nurmasari Widyastuti dalam artikelnya yang berjudul Sedentary Lifestyle Sebagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Obesitas Anak Stunted Usia 9-12 Tahun di Kota Semarang yang dimuat di Jurnal Of Nutrition College Volume 6 Nomor 4 Tahun 2017 menyatakan bahwa sedentary lifestyle adalah kebiasaan seseorang yang tidak banyak melakukan aktivitas fisik atau tidak banyak melakukan gerakan. Perilaku sedentari seperti penggunaan peralatan elektronik (TV, laptop, videogame) di kamar anak sangat lazim terjadi pada masa yang sudah canggih seperti sekarang ini, dan hal ini dapat berkaitan dengan risiko kesehatan.

Atau dalam bahasa sederhana sedentary lifestyle  adalah kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik atau sangat sedikit aktivitas yang dilakukan seperti contohnya kebiasaan duduk lama atau rebahan dalam waktu lama dan berlangsung secara terus menerus dan tidak di imbangi dengan olahraga. Di masa pandemik seperti sekarang secara tidak sadar kita telah menerapkan sedentary lifestyle dikehidupan kita. 

Hal ini tentu saja sangat berbahaya kebiasaan sedentary lifestyle berhubungan dengan resiko meningkatnya penyakit diabetes melitus, obesitas, penyakit kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah. 

Hal ini dikarenakan ketika seseorang duduk terlalu lama atau rebahan dapat menyebabkan gangguan pada metabolisme glukosa serta gangguan keseimbangan pembuluh darah yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan metabolik dan kakunya pembuluh darah. Kebiasaan rebahan sambil mengudap atau mengemil mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme tubuh dan faktor risiko peningkatan berat badan.

Karena terus menerus berada dirumah dan tidak pernah melakukan kegiatan fisik yang berarti, secara tidak sadar tubuh kita mengalami penurunan kualitas. Dari yang biasanya selalu produktif di luar rumah mau tidak mau kita dipaksa untuk melakukan semua aktivitas di rumah saja. Untuk membunuh rasa bosan jalan pintas yang dipilih adalah dengan menonton layar kaca dan tiduran sepanjang hari. 

Kebanyakan orang mungkin berpikir hal ini tidak akan berdampak apapun terhadap kesehatan, namun jika terus dilakukan secara terus menerus tentu akan ada dampak buruk. Dampak buruk ini memang tidak dirasakan secara langsung namun ia akan membunuh secara perlahan. Duduk 8 jam setiap hari serta duduk menonton TV atau gadget dalam waktu 4 jam setiap hari akan meningkatkan resiko terjadinya kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

Maka dari itu untuk menghindari semua hal buruk tersebut terjadi mulai dari sekarang kita harus melakukan kegiatan fisik atau olahraga. WHO (World Health Organization) merekomendasikan  latihan fisik selama 150-300 menit dengan intensitas sedang atau 75-150 menit dengan intensitas berat, atau kombinasi diantara keduanya per minggu. 

Olahraga seperti ini bisa dilakukan di rumah meskipun tanpa bantuan alat. Dyah Ayu Woro Setyaningrum dalam artikelnya yang berjudul Pentingnya Olahraga Selama Pandemi Covid-19 yang dimuat di Jurnal Biomedika dan Kesehatan Volume 3 Nomor 4 Tahun 2020 menyatakan bahwa ada beberapa tips supaya tetap aktif dan mengurangi perilaku santai (sedentary) yaitu mengambil waktu sesaat untuk beraktivitas fisik rutin setiap hari misal menari, bermain dengan anak, mengerjakan  pekerjaan rumah sehari-hari seperti membersihkan rumah, atau berkebun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun