Yogyakarta selalu punya cara untuk terus memikat. Tak hanya lewat seni, budaya, dan kulinernya yang khas, namun juga melalui berbagai inovasi yang memudahkan warganya dan wisatawan. Salah satu yang paling mencuri perhatian saya beberapa hari terakhir adalah kehadiran Maxride, moda transportasi baru yang beroperasi layaknya ojek namun membawa pengalaman yang berbeda.
Saya tidak sekadar menjadi pengamat dari jauh. Hari ini saya benar-benar menjajal langsung Maxride. Rasa penasaran membawa saya naik salah satu kendaraan Maxride yang sedang menunggu di sekitar titik nol kilometer Yogyakarta. Kendaraan ini bentuknya seperti becak motor modern, tapi dengan desain lebih ramping dan elegan. Cocok untuk suasana kota budaya seperti Jogja.
Wawancara Singkat dengan Pak Ahmad, Pengemudi Maxride
Saya beruntung mendapat kesempatan berbincang langsung dengan Pak Ahmad, salah satu pengemudi Maxride yang sudah menjalani profesi ini selama tiga minggu. Meski tergolong baru, antusiasme warga dan wisatawan sudah cukup tinggi.
"Alhamdulillah, baru tiga minggu, tapi sudah ramai penumpang, apalagi kalau sore dan malam di Malioboro. Kadang antri juga, Mas," ujar Pak Ahmad dengan senyum ramahnya.
Menurut beliau, Maxride hadir sebagai solusi praktis dan nyaman untuk wisatawan yang ingin menjelajahi area Malioboro dan sekitarnya tanpa harus berjalan kaki terlalu jauh. Bentuknya yang seperti kendaraan mini terbuka membuat penumpang tetap bisa menikmati suasana kota secara langsung.
Tarifnya? Cukup bersahabat. Hanya Rp14.000 per kilometer. Dalam satu kendaraan, bisa diisi maksimal tiga orang, menjadikannya opsi hemat jika pergi bersama teman atau keluarga.
Praktis, Ramah Lingkungan, dan Serasa Tur Wisata Pribadi
"Kalau naik motor atau mobil, kadang kita kelewatan suasana jalanannya. Kalau ini kan terbuka, jadi bisa lihat dan dengar semuanya," kata teman saya, Ila , yang tampak sangat menikmati.