Pelestarian Bahasa Minoritas dalam Kaitannya dengan Identitas Bahasa
Bahasa minoritas memiliki peran penting dalam mempertahankan keragaman linguistik dan kebudayaan suatu bangsa. Namun, banyak bahasa minoritas yang kini terancam punah akibat modernisasi, urbanisasi, serta dominasi bahasa mayoritas dalam berbagai sektor kehidupan. Dokumentasi dan revitalisasi bahasa menjadi langkah strategis untuk menjaga eksistensi bahasa-bahasa tersebut. Dokumentasi bahasa meliputi pencatatan sistem bunyi, struktur, dan kosakata, sedangkan revitalisasi berfokus pada upaya menghidupkan kembali bahasa melalui pendidikan, media, dan kegiatan budaya. Pelestarian bahasa minoritas tidak hanya menyelamatkan alat komunikasi, tetapi juga menjaga nilai-nilai, pengetahuan lokal, dan identitas kultural yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat penutur sangat diperlukan agar bahasa-bahasa minoritas tetap lestari di tengah arus globalisasi.
Dalam perspektif sosiolinguistik, bahasa memiliki hubungan yang erat dengan identitas sosial penuturnya. Bahasa mencerminkan jati diri individu sekaligus menjadi penanda keanggotaan suatu kelompok sosial atau etnis. Pergeseran atau hilangnya bahasa sering kali berimplikasi pada pudarnya rasa memiliki terhadap budaya asal. Dengan demikian, upaya pelestarian bahasa minoritas juga merupakan bentuk perlindungan terhadap identitas dan keberagaman manusia. Studi sosiolinguistik membantu memahami bagaimana faktor sosial seperti kelas, etnisitas, dan kekuasaan memengaruhi penggunaan bahasa serta sikap masyarakat terhadap bahasa mereka sendiri. Menjaga keberagaman linguistik berarti menjaga keberagaman identitas, karena setiap bahasa merepresentasikan cara pandang unik terhadap dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI