Mohon tunggu...
Najwa Shofy Aulia
Najwa Shofy Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Kulit Singkong Menjadi Kantong Plastik Ramah Lingkungan

7 Juni 2022   18:16 Diperbarui: 7 Juni 2022   18:23 2554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Saat ini, permasalahan sampah kantong plastik yang menumpuk masih menjadi tokoh utama di Indonesia. Indonesia menempati peringkat kedua dengan kategori negara penghasil sampah terbesar. Sampah plastik yang menumpuk ini disebabkan oleh penggunaan kantong plastik yang semakin hari semakin tidak terkendali di lingkungan masyarakat. Penggunaan kantong plastik yang tidak terkendali ini disebabkan karena kantong plastik memiliki peran yang sangat penting untuk mengemas barang-barang dan memiliki harga yang relatif murah.

Peningkatan penggunaan kantong plastik berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lerdy dan Anityasari pada tahun 2011, dalam satu tahun penduduk dunia dapat menggunakan kantong plastik sebanyak 500 juta hingga 1 miliar kantong plastik, dimana setiap orang menggunakan 150 kantong plastik tiap tahunnya.

Kantong plastik merupakan salah satu benda yang sangat penting dan berguna untuk kehidupan sehari-hari. Kantong plastik berfungsi untuk membawa barang-barang mulai dari yang kecil sampai besar. Kantong plastik sering dijumpai pada tempat-tempat perbelanjaan. Kantong plastik ini hanya bersifat lewat dan harganya yang relatif murah, maksudnya hanya digunakan sekali lalu dibuang.

Terdapat dampak besar yang ditimbulkan dari meningkatnya penggunaan kantong plastik, yaitu terjadi penumpukan sampah plastik, walaupun kantong plastik ini sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Sampah plastik merupakan sampah yang tidak mudah terurai. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Adiwijaya, plastik dari bahan polyethylene (PE) membutuhkan waktu sekitar 1.000 tahun untuk dapat diuraikan secara alamiah di tanah dan membutuhkan waktu 450 tahun untuk dapat diuraikan di air. Sampah plastik menjadi sampah yang paling banyak terkumpulkan, karena sampah plastik ini membutuhkan waktu yang lama untuk terurai.

Banyak novasi yang muncul untuk mengatasi penumpukan sampah kantong plastik dengan adanya permasalahan tersebut. Salah satunya yaitu membuat kantong plastik yang ramah lingkungan. Plastik ramah lingkungan dapat disebut juga plastik biodegradable. Bahan baku yang dapat digunakan dalam proses pembuatan plastik biodegradable ini adalah pati, selulosa, dan Poly Lactic Acid (PLA). Namun, dalam jurnal yang ditulis oleh Swammy dan Singh menyatakan bahwa jenis plastik biodegradable yang paling banyak diproduksi adalah plastik berbahan dasar pati.

Indonesia sudah memproduksi plastik yang ramah lingkungan. Plastik biodegradable yang dibuat berbahan baku pati singkong. Kandungan pati yang cukup tinggi dari kulit singkong memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable. Hal ini yang dapat memberikan nilai tambah pada kulit singkong sebagai bahan baku atau bahan dasar dalam pembuatan kemasan plastik yang ramah lingkungan.

Langkah-langkah pembuatan film plastik biodegradable telah ditulis dalam beberapa jurnal, salah satunya yang ditulis oleh Fauzi Akbar, Zulisma Anita, dan Hamidah Harahap, mahasiswa Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang dimuat dalam Jurnal Teknik Kimia. Pembuatan film plastik dari kulit singkong dimulai dengan pembuatan bahan baku pati kulit singkong yang kering. Pembuatan pati kulit singkong dengan cara membersihkan kulit singkong sampai bersih, lalu ditambahkan dengan 100 ml air untuk mempermudah penghancuran. Proses penghancuran dilakukan dengan menggunakan alat blender. Setelah diblender sampai halus, dibiarkan sampai menimbulkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan dengan menggunakan oven, smapai menjadi bubuk pati kulit singkong kering.

Selanjutnya adalah pembuatan film plastik biodegradable dari bahan baku pati kulit singkong yang telah dibuat sebelumnya. Pati kulit singkong diambil sebanyak 12 gram lalu ditambahkan dengan 25 ml air, asam asetat dan 2 ml gliserol. Gliserol disini berfungsi sebagai plastizer yaitu membuat film plastik menjadi lebih elastis. Campuran ini terus diaduk agar tidak menggumapal dan hasil akhirnya akan berbentuk seperti lem. Campuran ini diuji keasamannya dengan memberikan kertas indikator di dalamnya. Jika masih asam, ditambahkan NaOH agar menjadi netral. Campuran yang telah netral diletakkan di atas cetakan yang sebelumnya telah disiapkan yang terbuat dari polimer agar tidak lengket ketika diangkat. Tahap terakhir yaitu dikeringkan di dalam suhu kamar sampai kering.

Kuat lemahnya sifat mekanik dipengaruhi oleh penambahan gliserol pada pati kulit singkong. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fauzi Akbar, Zulisma Anita, dan Hamidah Harahap, mahasiswa Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang dimuat dalam Jurnal Teknik Kimia, menyatakan bahwa sifat mekanik terbaik pada ukuran berat pati 12 gram dengan penambahan volume gliserol 4 ml dengan nilai kekuatan tarik 0,2122 kgf/mm2 dan pemanjangan saat putus sebesar 3,5% dengan waktu pemanasan selama 30 menit. Uji penguraian plastik biodegradable pati kulit singkong ini menghasilkan bahwa plastik ini dapat terurai di dalam tanah selama 14 hari atau 2 minggu.

Plastik biodegradable pati kulit singkong ini belum banyak diproduksi di Indonesia karena permintaannya yang masih sedikit. Selain itu, plastik biodegradable ini memiliki harga yang cukup mahal dibanding dengan plastik yang berbahan baku polimer sintesis. Hal ini yang menyebabkan masih banyaknya konsumen plastik sintesis dibanding dengan plastik biodegradable. Padahal dengan menggunakan plastik biodegradable ini dapat mengurangi masalah penumpukan sampah di Indonesia yang masih menjadi tokoh utama permasalahan sampah saat ini.

Plastik ramah lingkungan dapat disebut juga plastik biodegradable. Plastik biodegradable sangat lebih mudah terurai daripada plastik sintesis karena plastik ini dibuat dari polimer alami. Salah satu polimer alami yang dapat dimanfaatkan adalah pati. Pati merupakan polimer alami terbaik yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun