Mohon tunggu...
Najwa Rosalia
Najwa Rosalia Mohon Tunggu... 24107030036

Mbak mbak uin yang sedang mengejar nilai sempurna untuk mata pelajaran jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Jeritan Sunyi di Negeri Orang: Kisah TKI Asal Batang yang Terlupakan

1 Juni 2025   17:59 Diperbarui: 1 Juni 2025   17:59 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
postingan facebook @sonny john (sumber: tangkapan layar pribadi)

Isu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri sudah menjadi perbincangan lama yang tak kunjung reda. Di balik gemerlap janji pekerjaan dan upah tinggi, seringkali tersembunyi cerita pilu yang nyaris tak terdengar. Salah satu kisah menyedihkan datang dari dua perempuan muda asal Batang dan Kalimantan Barat yang diduga menjadi korban eksploitasi selama belasan tahun di Malaysia.


Baru baru ini grup aplikasi Facebook BatangInfo di hebohkan oleh kasus hilangnya tenaga kerja wanita asal Batang yang diunggah oleh akun @Sonny John BMC Kisah ini bermula dari laporan seorang warga Indonesia yang berdomisili di Kalimantan Barat. Seorang ayah melaporkan bahwa anak perempuannya hilang kontak sejak bekerja sebagai TKI di Malaysia. Sudah lebih dari 13 tahun ia tidak mendengar kabar apa pun, bahkan sempat mengira bahwa anaknya telah meninggal dunia. Namun secercah harapan muncul ketika seorang mantan rekan kerja anaknya menghubunginya dan menyampaikan bahwa anak yang selama ini ia cari ternyata masih hidup, dan dulu sempat bekerja di rumah majikan yang sama.

Informasi tersebut menjadi titik terang. Sang mantan rekan kerja yang telah keluar dari rumah majikan karena tidak betah, memberikan detail bahwa anak sang ayah sempat bekerja bersamanya, namun tidak bisa keluar karena dokumen pribadinya ditahan majikan. Dari keterangan tersebut, diketahui bahwa dua perempuan muda bernama Isa Bella (asal Kalimantan Barat) dan Tutik alias Kuntring (asal Batang) telah bekerja di rumah majikan yang sama sejak usia 13 tahun, yakni sekitar tahun 2008. Kini mereka berusia 29 tahun, dan selama lebih dari 15 tahun bekerja, mereka tidak pernah menerima gaji sedikit pun. Lebih menyedihkan lagi, mereka tidak pernah memegang uang selama bekerja, dan tidak pernah diberi akses untuk menghubungi keluarga.

Penderitaan mereka perlahan mulai diketahui setelah supir pribadi sang majikan merasa iba. Ia membantu mereka diam-diam untuk menghubungi pihak luar, dan dari situlah terungkap alamat lengkap keduanya. Isa Bella dan Tutik diketahui berasal dari Dukuh Kebon Batur, RT 05/03, Desa Wonomerto, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Selain itu, Tutik juga berhasil mengingat beberapa nama keluarganya, seperti Bapak Siswanto, Ibu Mistari, Ibu Sutinah, serta saudara-saudara lainnya: Mohammad Sobirin, Taryuti, Admirin, dan Kisruh.

Cerita ini bukan hanya potret kegetiran yang dialami oleh dua perempuan muda, tapi juga menyuarakan kepedihan yang lebih besar: tentang lemahnya perlindungan terhadap TKI, terutama mereka yang berangkat tanpa prosedur resmi atau tidak memiliki pengetahuan cukup soal hak-haknya sebagai pekerja. Tak jarang mereka diiming-imingi mimpi kehidupan yang lebih baik, namun nyatanya justru menjadi korban kerja paksa dan pelanggaran hak asasi manusia.

Kisah Isa Bella dan Tutik juga menunjukkan bahwa masih ada pekerja migran yang hidup dalam "penjara tak terlihat." Mereka tidak disekap dalam artian dikurung, tapi mereka terjebak dalam sistem yang menahan identitas, komunikasi, dan bahkan kebebasan mereka sendiri. Bertahun-tahun bekerja tanpa upah, tanpa kabar, tanpa akses keluar, menjadikan mereka nyaris tak terdengar di tengah gegap gempita dunia modern yang konon makin terbuka.

TKI yang hilang (sumber: facebook @sonny john)
TKI yang hilang (sumber: facebook @sonny john)


Jika kita melihat dari sudut pandang hukum dan kemanusiaan, kasus seperti ini harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, terutama pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI). Sudah saatnya sistem pengawasan dan tindak lanjut terhadap TKI di luar negeri diperkuat, agar kasus serupa tidak terulang.

Di sisi lain, penting juga adanya edukasi bagi calon TKI agar tidak tergiur oleh janji-janji manis calo atau agen yang tidak resmi. Pengetahuan tentang hak-hak dasar, seperti upah yang layak, jam kerja, dan akses komunikasi dengan keluarga harus ditanamkan sebelum mereka berangkat. Dalam jangka panjang, kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah dalam membina dan mengarahkan warga yang berniat kerja di luar negeri perlu diperkuat.

Sebagai mahasiswa, tugas kita bukan hanya menyelesaikan tugas kuliah, tapi juga menjadi bagian dari suara masyarakat. Kita bisa memanfaatkan media sosial, forum kampus, atau bahkan tulisan seperti ini untuk ikut menyuarakan keprihatinan dan mendorong perubahan. Kisah Isa Bella dan Tutik bukan hanya sekadar kisah dua orang perempuan, tapi cerminan dari masalah sistemik yang selama ini masih banyak luput dari perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun