Mohon tunggu...
Najwa Rani
Najwa Rani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA STEI BINAMUDA BANDUNG

Beribadah lah seakan akan kau akan mati esok Berprestasi lah seakan akan kau akan hidup selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Duka di Hari Raya

15 April 2021   19:38 Diperbarui: 15 April 2021   19:38 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bagai  tersambar petir di siang bolong,mungkin itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan perasaan ku kala itu.Hari dimana semua orang berkumpul bersama  kerluarga berbalut kebahagiaan,mungkin disaat orang lain larut dalam kebersamaan. 

Namun tidak dengan aku.  yang ku dapatkan kala itu berita duka,kenyataan yang pahit dan patah hati yang amat besar yang dirasakan oleh anak perempuan  ialah saat ia harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya yakni di tinggal pergi selamanya oleh belahan jiwa sekaligus cinta pertamanya.

Mungkin lisan ini berkata "aku ikhlas" namun tak dapat di pungkiri hati ini sulit mengiyakan apa yang saat itu aku ucapkan.Saat terberat dalam hidupku saat aku  harus berdiri kuat dan  tegar disaat merasakan kehilangan dah patah hati untuk kesekian  kalinya.

Tak banyak waktu yang dapat kulalui dengan nya disaat ibu meninggalkan ku  untuk selamanya ,saat itu aku berusia 3 tahun,,mungkin saat teman teman seusiaku merasakan hangatnya dekapan orang tua,namun tidak dengan aku.kenyataan yang harus aku terima saat itu adalah kehilangan separuh nafas dalam hidupku yaaaa aku kehilangan ibuku sosok yang sangat berarti dalam hidupku .

Tak cukup sampai disitu beberapa tahun kemudian aku merasakan terjangan badai kembali datang menghampiri,namun harus ku hadapi,tepat nya di hari raya.yahhh mungkin saat hari itu bagi ku adalah  "Duka di hari raya. Dunia terasa kelam hancur sehancur hancurnya perasaanku kala itu dan hanya pertanyaan yang timbul di benak ku,apakah aku mampu menjalani ini? 

Bahkan setelah itu,aku merasa dunia tak adil,mengapa? mengapa aku yang harus menerima ini?mengapa aku yang harus menjalani kehidupan ini.

Hingga pada suatu malam aku terbangun dan  merenungkan semua kenyataan ini dan akhirnya tuhan membuka hati dan pikiran ku untuk selalu berpikir jernih.

Ya dan akhirnya aku menyadari bahwa apapun kenyataan yang aku hadapi ini adalah merupakan takdir nya,yang harus tetapku jalani,hidup masih harus berlanjut karena berlarut larut dalam kesedihan takkan merubah segalanya.

Kehilangan mengajariku banyak hal,kehilangan memberiku banyak pelajaran,jika saja hal itu tak terjadi mungkin aku tak akan bisa berdiri sekuat dan setegar ini.terimakasih yaallah atas takdir yang telah kau rencanakan untukku,dan terimakasih ya allah karena engkau selalu melapangkan dan menguatkan hatiku,untuk senantiasa bersyukur dan bersabar menjalani kehidupan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun