Tapiii, kita semua pasti akan diberi kesempatan untuk menikmati apa yang belum pernah kita capai sebelumnya. One day, your dreams will come true. Pun sama dengan kisahku, liburan kali ini tiba-tiba saja sahabat karibku ngajak "muncak" alias mendaki gunung.
Sahabatku ini memang sejak dahulu kala (2018) pengen naik gunung gara-gara terpengaruh film yang berjudul 5 cm. Iyaa, film tentang persahabatan yang pemerannya mendaki ke puncak tertinggi pulau Jawa ituu lho. Dia terpengaruh film dan akhirnya memengaruhi diriku. Lengkap sudah, bukan?
Sama-sama kena virus pengen mendaki gunung, meski masih kecil-kecilan dulu. Tentu saja mendaki untuk menikmati pemandangan dari puncak, bukan hanya melihat dari kejauhan, foto-foto sebentar, sambil pulang menenteng kantong kresek berisi jajanan.
Cocok untuk Pemula
Awalnya, keraguan menyelimuti seluruh badan sebelum berangkat mendaki. Ragu apakah tubuhku bisa diajak kerja sama mendaki gunung, ragu apakah dapat izin dari orang tua, ragu apakah gunung yang dituju jalurnya friendly untuk pemula yang hobi rebahan ini?
"Ayo, aku juga belum pernah ke gunung. Jalurnya cocok buat pemula, kok"
Berbekal ajakan bestie dan restu orang tua, ku ucapkan "bismillah" dan menjawab "iya" dengan ketulusan sedalam samudera. Aduh, serius amat yaa? Mau mendaki gunung atau menerima lamaran dari calon pasangan?
Yaahh, begitulah. Karena sejak kecil sudah diracuni dengan nasehat yang diambil dari Hadis Riwayat Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim yang berbunyi:
Ridha Allah bergantung pada Ridha kedua orang tua dan murka Allah bergantung pada murka orang tuaÂ
Akhirnya, hingga sekarang masih tetap segar di ingatan. Bahkan, nasehat yang satu ini sangat berguna dalam mengambil keputusan, tak terkecuali ketika menentukan destinasi liburan.
Jadi, kalau orang tua sudah bilang "boleh, asal hati-hati" rasanya kayak dapet golden ticket yang nggak boleh disia-siakan. Bisa ditebak kalimat apa yang ku kirimkan ke bestie-ku yang mendadak ngajak naik gunung? Tidak lain dan tidak bukan adalah...