Setelah setahun penuh merantau dan menjalani hari-hari jauh dari kampung halaman, akhirnya momen yang paling aku rindukan datang juga: Lebaran di Padang. Rasanya tak ada yang lebih membahagiakan selain bisa kembali ke rumah, bertemu keluarga, dan menikmati segala hal yang selama ini cuma bisa aku bayangkan dari jauh—terutama masakan mama.
Satu hal yang paling aku tunggu dari semua hidangan lebaran di rumah adalah soto ayam khas Padang buatan mama. Dari luar, mungkin orang mengira soto itu ya soto biasa, tapi versi mama berbeda. Kuahnya kaya rempah, kental, dengan aroma serai dan lengkuas yang begitu menggoda. Ayamnya empuk, ditambah perkedel kentang, irisan telur rebus, dan sambal pedas yang selalu bikin keringat mengalir. Mama selalu bilang, rahasianya ada di kaldu ayam kampung yang direbus lama, dan tentu saja: cinta seorang ibu yang dimasukkan ke setiap sendoknya.
Lebaran kali ini terasa istimewa. Sudah setahun aku tak menginjak tanah Padang, dan rasa rindu itu seperti tumpah ruah begitu aku mencium wangi dapur mama pagi-pagi buta di hari raya. Setelah salat Ied dan bermaafan dengan keluarga, kami duduk melingkar di ruang makan, dengan semangkuk soto ayam hangat di depan masing-masing.
Tawa pecah di antara obrolan ringan, cerita tentang hari-hari yang terlewat, dan candaan khas keluarga yang tak pernah berubah. Di tengah semua itu, ada rasa syukur yang begitu dalam—karena bisa kembali, karena masih punya rumah untuk pulang, dan karena mama masih menyajikan soto terenak sedunia.
Lebaran memang selalu punya caranya sendiri untuk menyatukan hati. Tapi buatku, soto ayam mama adalah simbol kehangatan itu sendiri—hangatnya rumah, cinta keluarga, dan rasa rindu yang akhirnya terbayar lunas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI