Mohon tunggu...
Najla Nafilah
Najla Nafilah Mohon Tunggu... mahasiswa UIN JAKARTA

saya seorang mahasiswa yang memiliki banyak hobi salah satunya yaitu memasak dan juga nonton film

Selanjutnya

Tutup

Politik

Affan Kurniawan: Nyawa yang Hilang, Narasi Perlawanan yang Hidup

23 September 2025   21:40 Diperbarui: 23 September 2025   21:40 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tragedi meninggalnya Affan Kurniawan, seorang driver ojek online yang terlindas mobil taktis Barracuda milik Brimob saat demonstrasi di Jakarta, mencerminkan lebih dari sekadar kecelakaan lalu lintas. Peristiwa ini memperlihatkan bagaimana kekuasaan negara diekspresikan melalui simbol-simbol intimidatif, di mana kendaraan taktis menjadi representasi kekerasan simbolik negara terhadap rakyatnya.

Rekaman video amatir yang tersebar di media sosial mengubah peristiwa ini menjadi narasi kolektif. Publik tidak melihatnya sebagai insiden biasa, tetapi sebagai bukti kegagalan negara melindungi warganya. Media sosial pun menjadi ruang perlawanan, tempat narasi dominan negara dipatahkan dan aparat justru dipandang sebagai pelanggar ketertiban.

Permintaan maaf Kapolri kepada keluarga Affan dipandang publik secara ambivalen. Meski menunjukkan sisi empati, tindakan simbolik itu dianggap tidak cukup tanpa transparansi dan akuntabilitas nyata. Hal ini menegaskan bahwa masyarakat kini semakin kritis dan tidak lagi puas dengan simbolisasi belaka.

Tragedi ini mengungkap pola komunikasi kekuasaan di Indonesia yang masih mengandalkan intimidasi dan kekerasan ketimbang dialog. Namun, publik juga menunjukkan kebangkitan dengan menghadirkan ruang wacana tandingan. Affan yang awalnya hanya berjuang mencari nafkah akhirnya menjadi simbol perlawanan atas praktik komunikasi represif negara.

Kisahnya menjadi pengingat penting bahwa komunikasi berbasis ketakutan hanya akan melahirkan resistensi. Untuk membangun kembali kepercayaan publik, negara harus belajar berkomunikasi dengan bahasa kemanusiaan, bukan kekerasan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun