Pajak adalah sumber utama pendapatan negara yang menopang pembangunan di berbagai sektor mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga infrastruktur. Namun, di balik perannya yang berpengaruh besar, kesadaran pajak di kalangan generasi muda masih tergolong rendah. Banyak anak muda yang menganggap pajak sebagai urusan orang tua atau perusahaan besar, padahal di era digital economy ini, siapa pun bisa menjadi wajib pajak termasuk para freelancer, kreator konten, hingga pelaku UMKM muda.
Membangun kesadaran pajak tidak cukup hanya dengan sosialisasi formal. Pemerintah perlu hadir dengan pendekatan yang lebih dekat dengan dunia anak muda. Misalnya melalui kampanye kreatif di media sosial, kolaborasi dengan influencer edukatif, atau integrasi literasi pajak ke dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi. Upaya ini akan membantu generasi muda memahami bahwa pajak bukan sekadar angka dalam laporan, tetapi napas pembangunan bangsa yang nyata manfaatnya.
Selain itu, generasi muda juga perlu melihat pajak bukan sekadar kewajiban, melainkan bentuk kontribusi nyata terhadap bangsa. Dengan membayar pajak, mereka turut membangun fasilitas publik, membantu masyarakat kurang mampu, dan memperkuat ekonomi nasional.
Menumbuhkan kesadaran pajak sejak dini berarti menanamkan rasa tanggung jawab sosial dan cinta tanah air. Sebab, negara yang kuat bukan hanya karena sistemnya, tetapi juga karena warganya yang sadar akan perannya, berintegritas, dan peduli terhadap kemajuan bersama. Ketika anak muda memahami makna di balik pajak, mereka bukan sekadar generasi pembayar pajak, tetapi juga generasi pembangun masa depan Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI