Pasuruan --- Di lereng Gunung Bromo, tepatnya di Dusun Surorowo, Desa Kayu Kebek, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, terdapat sebuah situs yang bagi warga setempat bukan sekadar makam biasa. Tempat itu dikenal dengan nama Pawon Sewu, sebuah makam keramat yang diyakini memiliki kekuatan spiritual dan sering didatangi oleh peziarah dari berbagai daerah.
Suasana di sekitar Pawon Sewu terasa hening, dipagari pepohonan rindang yang membuat udara sejuk menyapa setiap pengunjung. Jalan setapak menuju makam dipenuhi aroma tanah basah dan daun kering, seakan membawa siapa pun yang datang memasuki lorong waktu. Di sanalah, cerita-cerita tua mulai bergulir dari bibir para sesepuh desa.
Kisah Raden Bagus dari Masa Majapahit
Menurut penuturan Pak Waji, juru kunci Pawon Sewu, makam ini merupakan peristirahatan terakhir seorang tokoh yang disebut Raden Bagus. Konon, pada masa Kerajaan Majapahit, Raden Bagus memilih meninggalkan hiruk-pikuk istana dan melarikan diri ke lereng Bromo. Ia mencari ketenangan, bertapa, dan mengasingkan diri dari urusan duniawi. Di sinilah ia menghabiskan sisa hidupnya, hingga wafat dalam keadaan menyepi dan dimakamkan di lokasi yang kini disebut Pawon Sewu.
"Orang sini percaya, Pawon Sewu itu tempat yang penuh berkah. Banyak yang datang ke sini berharap doa mereka terkabul, entah itu soal rezeki, jodoh, atau kesehatan," ujar Pak Waji selaku juru kunci pawon sewu.
Suku Tengger: Warisan Roro Anteng dan Joko Seger
Pak Atmojo, sesepuh Dusun Surorowo yang bersuku Tengger, menuturkan bahwa keberadaan Pawon Sewu tidak bisa dilepaskan dari identitas masyarakat Tengger yang mendiami wilayah ini. Suku Tengger, menurut legenda, merupakan keturunan dari Dewi Roro Anteng dan Joko Seger --- pasangan yang menjadi simbol asal-usul masyarakat di sekitar Gunung Bromo.
Tradisi mereka memadukan nilai-nilai budaya Jawa Kuno dengan praktik spiritual yang khas. Di Dusun Surorowo sendiri, dua agama besar hidup berdampingan: Islam dan Hindu. Kedua pemeluk agama ini hidup rukun, saling menghormati tradisi masing-masing, dan sama-sama menghargai situs-situs bersejarah seperti Pawon Sewu.
"Orang Tengger, meskipun agamanya berbeda, punya rasa hormat yang sama terhadap leluhur. Pawon Sewu ini bukan hanya milik satu golongan, tapi bagian dari sejarah kami bersama," ujar Pak Atmojo.
Kepercayaan dan Tradisi Ziarah
Pawon Sewu menjadi salah satu tujuan ziarah yang ramai dikunjungi, terutama pada hari-hari tertentu seperti menjelang bulan Suro. Para peziarah membawa sesaji sederhana, menyalakan dupa, dan memanjatkan doa sesuai keyakinan masing-masing. Ada yang percaya tempat ini dapat mendatangkan keberuntungan, ada pula yang meyakini bahwa berdoa di sini akan membuat hati lebih tenang.