Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Depan Mereka Sebagian Ada di Tangan Kita

7 Desember 2017   11:33 Diperbarui: 7 Desember 2017   11:54 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari ki-ka : Mbak Avy (komandan Koneks), Nabila, Aflah, Sepupu, Bu Sri, Naftalia (Dok. Pribadi)

Bermula dari Program Kitabisa yang digagas oleh Kompasiana pada tahun 2015, para Kompasianer di Surabaya (Koneks) terlibat aktif dalam membantu kehidupan anak-anak luar biasa ini. Mereka bertiga bernama Tsaqif, Nabila dan Aflah. Ketiga saudara kandung ini berasal dari luar Surabaya. Nasib kurang baiklah yang membawa mereka ke kota tercinta ini.

Latar Belakang Keluarga

Setelah program bantuan lewat Kitabisa tersebut, para anggota Koneks secara sporadis tetap mendukung mereka bertiga. Pada hari Minggu (3/11) kemarin, Mbak Avy (Ketua Koneks) bersedia menemani saya untuk mengantarkan titipan barang dan uang dari teman-teman. Barang kebutuhan pokok 1 dos, baju-baju layak pakai sebanyak 2 dos dan sejumlah uang tunai untuk mereka.

Kedatangan kami berdua disambut oleh Ibu Sri, Nabila, Aflah dan seorang sepupu mereka (yang saya lupa siapa namanya .. ). Ibu Sri adalah bibi kandung terdekat dari keluarga ibunya. Penampilannya sederhana, murah senyum, suaranya lembut. 

Beliau mempersilakan kami untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Ponakan yang sedari tadi ikut mendengarkan, tiba-tiba duduk di pangkuan Bu Sri. Sementara Nabila dan Aflah duduk di sofa berbeda. Sambil ngobrol dengan Nabila, tampak sekali Aflah manja ke kakaknya. Dia memeluk, lalu bersembunyi di belakang kakak perempuannya. Sementara Tsaqif sedang membantu di masjid.

Tsaqif bersaudara adalah anak yatim piatu. Ayah dan ibunya sudah meninggal dunia. Sang ayah meninggal pada tahun 2011 karena sakit kencing manis. Ibunya menyusul kepergian suaminya pada tahun 2014. Seketika itu juga ketiganya kehilangan panutan hidup. 


Tak terbayangkan kesedihan mereka. Kehilangan satu orangtua saja sudah menimbulkan duka mendalam, apalagi dalam waktu tidak terlalu lama mereka harus merelakan kepergian ibunya secara mendadak. Diawali sakit panas, ibunya berobat dan tidak kunjung sembuh. Tidak lama kemudian sang ibu menghembuskan nafas terakhir disaksikan ketiga buah hatinya.

Untunglah ada Bu Sri, adik kandung ibunya yang segera memboyong mereka ke Surabaya. Ibu Sri sendiri bukanlah wanita yang berkecukupan. Hidupnya sederhana. Rumah yang ditempati adalah milik keluarga besar. Panggilan naluri sebagai bibi yang mendorong Bu Sri memboyong para keponakan tercinta. Sejak mereka kecil, Bu Sri sudah sering mengasuh ketiganya bila mereka berlibur ke Surabaya. 

Bu Sri sendiri tidak menikah. Hidupnya diberikan untuk membantu kakak-kakaknya. Sebelum mengasuh Tsaqif bersaudara, Bu Sri pernah mengasuh keponakan lain yang juga yatim piatu, namun sekarang keponakan-keponakan itu sudah mandiri. Sehari-hari kesibukan Bu Sri mengasuh para keponakannya. Sementara kakak-kakaknya bekerja, anak-anak mereka diasuh oleh Bu Sri. Bisa dibayangkan suasana rumah yang tidak pernah sepi dari canda tawa anak-anak dan tentu saja.. keributan khas anak-anak!

Bu Sri tidak bekerja di luar rumah, hanya ada dagangan gas LPG 3 kg yang tampak berderet di ruang tamu. Untuk memenuhi kebutuhan Tsaqif bersaudara, Bu Sri mengandalkan bantuan dari para saudara kandung lainnya serta bantuan dari donatur tidak tetap. Kebutuhan anak-anak tersebut selain kebutuhan sandang pangan, juga pendidikan.

Ki-Ka : Tsaqif, Bu Sri, Keponakan, Nabila, Aflah, dan saya (dok. pribadi)
Ki-Ka : Tsaqif, Bu Sri, Keponakan, Nabila, Aflah, dan saya (dok. pribadi)
Pendidikan Formal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun