Mohon tunggu...
Nafisha Olivia
Nafisha Olivia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukasi seputar bisnis dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mulutmu Harimaumu

20 Desember 2023   09:32 Diperbarui: 20 Desember 2023   09:43 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

“Be careful with your words, they can only be forgiven, not forgotten.” – Risma Risansyah

Pernahkah kalian merasa tersinggung dengan perkataan orang lain yang menyangkut suatu hal dalam diri kalian? Lalu apakah kalian memaafkan atau melupakan perkataannya? Seperti perkataan yang mengomentari bentuk tubuh kalian, menanyakan status hubungan, jabatan pekerjaan, atau sekadar pertanyaan simpel tentang keseharian kalian. Sampai membuat rasa kepercayaan diri kalian berkurang, karena merasa belum memenuhi standar yang ada.

Saat kumpul keluarga atau saat reuni, banyak perkataan atau pertanyaan basa-basi yang disampaikan orang lain kepada kalian. Saya sendiri pun sering mengalami dan melihatnya secara langsung pada saat kumpul keluarga. Saudara saya, perempuan, sudah berumur 27 tahun, dan belum menikah. Banyak dari kerabat kami yang menanyakan hal yang sama padanya, “Kapan akan menikah? Kamu sudah umur 27 tahun lho.” Atau yang saya alami, ada beberapa kerabat yang berkata “Kok semakin besar saja badannya” atau “Kok makin gelap sih kulitnya? Di sana panas ya?” Saat itu saya merasa tersinggung dan merasa tidak percaya diri, padahal mungkin maksud dari kerabat saya menanyakan hal itu hanya untuk basa-basi. Namun, tetap saja hati ini terasa sakit saat mendengarnya. Lalu ketika saya menceritakan hal ini kepada teman-teman saya dan melihat respons dari mereka, saya tahu bahwa apa yang saya alami ini juga banyak dialami oleh orang lain.

Revita (2014) dalam sebuah tulisannya yang berjudul ‘Talonsoang’ di Harian Padang Ekspres mengatakan, banyak orang yang kebablasan dalam berbahasa sehingga mereka seperti sudah menjebol koridor etika dan norma sosial dalam konteks budaya dan kesantunan berbahasa. Saat koridor berbahasa yang disebut juga dengan etika atau kesantunan berbahasa sudah bobol, akan banyak orang yang tersakiti. Perkataan yang disampaikan orang lain dengan maksud berbasa-basi tanpa maksud menyakiti atau yang memang secara sengaja untuk menyinggung hati orang lain ini sering kali menimbulkan efek negatif baik diri sendiri maupun lawan bicaranya. Apalagi jika dilakukan terus-menerus akan muncul dampak yang lebih dalam dan memengaruhi kehidupan sosialnya.

Apakah sebelum mengutarakan pendapat atau pertanyaan tidak dipikirkan terlebih dahulu? Apakah dengan mengutarakan semua yang ada di pikiran terkait orang lain membuat kepuasan tersendiri? Padahal tidak semua pendapat atau pertanyaan harus diutarakan, kita tidak tahu apa yang terjadi dalam hidup orang tersebut. Mungkin kita bermaksud berbasa-basi, tetapi tidak ada yang tahu apa yang dirasakan orang tersebut ketika mendengarnya. Perasaan tersinggung atau hati yang tersakiti, sedih, marah, bahkan tidak percaya diri ini timbul hanya karena perkataan basa basi orang lain. Orang yang mengatakannya pun akan di cap buruk dan menciptakan keregangan bahkan memutus hubungan baik. Karena itu ada istilah mulutmu harimaumu yang berarti perkataan bisa menjadi “senjata tajam” sehingga dapat menyakiti orang lain jika tidak dijaga, dan merusak hubungan.

Jika sudah telanjur mengutarakan sesuatu yang menyinggung orang tersebut, intropeksi diri, jelaskan dan meminta maaf lah segera. Mungkin orang tersebut akan memaafkan, namun biasanya sulit untuk dilupakan. Untuk kalian yang tersinggung dengan perkataan orang lain tentang kalian, lupakanlah! Jangan acuhkan perkataan orang lain yang membawa dampak negatif terhadap hidup kalian. Jadi berhati-hatilah dalam bertutur kata, pikirkan terlebih dahulu apakah yang akan kalian sampaikan ini dapat menyinggung perasaan orang lain atau tidak. Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 263 bahwa ‘Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.’ Artinya ucapkan perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, dan kata-kata yang tidak menyakitkan atau tidak menyinggung perasaan.

Saat acara keluarga atau acara reuni, memang penting untuk berbaur. Basa basi ini sangat perlu biar kamu bisa berbaur dengan yang lain, tetapi ingat! Jangan berkata sesuatu yang sekiranya dapat membuat orang lain tersinggung! Basa basi bisa dimulai dari menanyakan kabar, memujinya, atau tertarik dengan pekerjaannya. Contohnya “Hai! Apa kabar?” atau “Eh sekarang kamu kuliah di UPJ ya? Katanya bagus kan ya, adek ku mau di sana juga soalnya.”  Kalau sedari awal sudah terlihat keterarikan, orang lain akan dengan senang meresponnya. Bahkan akan muncul topik-topik pembicaraan yang lain sehingga komunikasi terus berlanjut.

Istilah mulutmu harimaumu memang benar-benar terjadi dikehidupan nyata manusia. Jika tidak dijaga dengan baik, bisa saja menyinggung perasaan orang lain, dan menimbulkan efek negatif bagi diri sendiri karena meregang bahkan memutus hubungan baik. Jadi pikirkan lah terlebih dahulu sebelum berkata! Jika masih terus mengungkapkan apa yang kalian pikirkan terhadap orang lain tanpa memikirkan dampaknya, maka pastikan kalian mampu menerima semua dampak negatifnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun