Mohon tunggu...
Muhammad Nafi' Udin
Muhammad Nafi' Udin Mohon Tunggu... -

menjadi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gangguan Seksualitas

24 Desember 2014   16:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:33 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bukan hanya aneh, tetapi juga menjadi perdebatan panjang bagi banyak kalangan. Sebuah fenomena seksualitas yang tidak selazimnya dewasa ini banyak diperagakan bagi beberapa pelaku sek. Entah itu sebagai upaya agar mencapai puncak kenikmatan dalam berhubungan, atau memang sebagai kebutuhan bagi sebagian orang, sehingga mengharuskan mereka untuk melakukan berbagai macam gaya atau cara yang ke-lewat aneh. Pertanyaan-pertanyaan sederhana ini sering kali menggelitik nalar, sehingga memaksa tangan ini untuk menulis. Upaya ini dimaksudkan agar para pembaca turut merasakan kegelian yang penulis rasakan, tentunya dengan ikut bercengkrama dengan tema seksi seperti ini.

Sedikit pengantar diatas yang terkesan fulgar bisa jadi hanya sebagai trik penulis saja untuk mengiming-imingi pembaca agar tertarik untuk membaca tulisan ini. Untuk itu sebelum terlambat, sebagai penulis yang baik saya berpesan agar tidak membuang waktu anda untuk menghabiskan satu atau dua alinia tulisan ini, terlebih membacanya hingga usai. Akan tetapi jika anda memaksa untuk terus membacanya ya tidak masalah.

Meski isu ini sudah lawas diperbincangkan, akan tetapi tetap hangat untuk diangakat sebagai bahan diskusi. Memang sih tema ini sedikit tabu untuk dibicarakan, akan tetapi ini akan menjadi bermakna juka kita mampu memandangnya sebagai kajian keilmuan. Terlebih dengan menggunakan sudut pandang yang lebih beragam. seperti sosial, psikologi, dan agama. tentunya itu akan terlihat lebih indah dan terarah.

Bisa kita sepakati bersama bahwa hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis sekaligus kebutuhan psikologis setiap orang. Bahkan aktivitas ini juga menjadi kebutuhan dasar sebagai cara manusia untuk melanjutkan keturunan. Meski demikian, tidak serta merta hubungan intim ini dapat dilakukan sesukanaya. Artinya, meski organ reproduksi kita sudah mencapai kematangan, akan tetapi tetap saja kita tidak boleh sembarangan melakukan hubungan ini. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan, seperti sudah boleh kah kita untuk melakukan aktivitas itu, dengan siapa kita melakukannya, dengan cara apakah kita melakukannya, adakah atauran atau norma yang kita langgar terkait hubungan initim yang kita lakukan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Idealnya, hubungan seksual boleh dilakukan jika apa yang menjadi pertimbangan tersebut terpenuhi. Namun, lagi-lagi tidak semua orang mampu untuk memenuhi hal itu. Apalagi ketika aturan dan norma sudah tidak lagi mereka jadikan pedoman dalam menjalani kehidupan. Ketika kondisi sudah sedemikian rupa, kasus seperti kekerasan seksual, pelecehan seksual, dan perilaku abnormal lain dalam berhubunan intim akan menjadi kasus yang sering kita jumpai. Namun, apakah kita sudah memasuki fase itu.

Ada beberapa aktivitas seksual yang tergolong tidak normal. Ada fatisisme, yaitu suatu ketergantungan seseorang pada objek tak hidup untuk memperoleh rangsangan seksual. Kasus ini sering dialami oleh laki-laki.Seperti halnya dorongan seksual terhadap sepatu perempuan. Ini dikatakan fatisisme manakala dorongan seksual ini terjadi berulang-ulang dan mendalam.

Fatisisme ini biasanya menampilkan parafilia (ketertarikan) yang lainnya. Fatihisme transfestik adalah gangguan dimana seorang laki-laki terangsang pada pakaian dan peralatan perempuan lainnya. Ada juga pedofilia, yaitu kelainan orang dewasa yang tertarik untuk melakukan kintak seskual dengan anak-anak. sedangkan ketertarikan hubungan seksual dengan anggota keluarga yang tidak diperkenankan untuk menikah, seperti adik-kakak perilaku ini sering disebuat inces.

Sebenarnya masih banyak sekali kasus-kasus yang lain. Lebih lengkapnya akan dibahas pada tulisan berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun