Kota Lama Banjarmasin, yang berlokasi di Jalan Simpang Hasanuddin HM (Hasanuddin bin Haji Madjedi), Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dulunya dikenal sebagai kawasan yang sepi dan terabaikan. Deretan bangunan tua yang tidak terawat menciptakan kesan mati dan kehilangan daya tarik. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kawasan ini mengalami perubahan besar. Banyak bangunan lawas disulap menjadi kafe kekinian dan tempat makan yang menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda. Reinkarnasi ini tidak hanya menghidupkan kembali ruang kota, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.
Transformasi Kota Lama tidak terjadi secara tiba-tiba. Beberapa pelaku usaha dan komunitas kreatif mulai melihat potensi kawasan ini sebagai ruang publik yang dapat dikembangkan. Bangunan tua direnovasi tanpa menghilangkan nilai sejarahnya, kemudian diubah menjadi tempat yang estetik dan nyaman untuk bersantai.
Perubahan ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup generasi Z. Saat ini, kafe bukan sekadar tempat makan dan minum, tetapi juga menjadi ruang kerja, belajar, dan bersosialisasi. Kehadiran koneksi internet, suasana yang tenang, serta desain interior yang menarik menjadikan kawasan Kota Lama sebagai pilihan utama untuk "nongkrong" maupun "work from cafe".
Kebangkitan Kota Lama membawa dampak positif terhadap perekonomian lokal. Munculnya berbagai usaha seperti kedai kopi, toko cendera mata, dan galeri seni mendorong pertumbuhan UMKM di kawasan ini. Hal ini secara langsung membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, mulai dari barista, staf dapur, hingga pelaku industri kreatif.
Selain itu, meningkatnya jumlah pengunjung juga berdampak pada sektor lain, seperti transportasi daring, layanan parkir, dan penjualan produk lokal. Aktivitas ekonomi yang sebelumnya terpusat di kawasan modern kini mulai menyebar ke wilayah kota lama, menciptakan pemerataan ekonomi secara perlahan.
Fenomena kebangkitan Kota Lama tidak dapat dilepaskan dari peran generasi Z yang aktif menciptakan tren dan menghidupkan ruang-ruang sosial baru. Mereka menjadikan kafe bukan hanya sebagai tempat untuk menikmati makanan, tetapi juga sebagai ruang berekspresi, berkarya, dan berjejaring.
Melalui media sosial, mereka turut mempromosikan keberadaan kafe dan tempat makan unik di Kota Lama. Konten yang dibagikan di Instagram, TikTok, atau platform digital lainnya memiliki daya jangkau yang luas, sehingga menarik lebih banyak pengunjung ke kawasan tersebut. Dengan kata lain, generasi Z tidak hanya berperan sebagai konsumen, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mendorong pergerakan ekonomi lokal.
Kehadiran komunitas kreatif, event lokal, hingga diskusi terbuka di ruang-ruang kafe menciptakan atmosfer baru yang dinamis. Kota Lama kini menjadi titik temu ide dan kreativitas, berkat partisipasi aktif dari generasi muda yang ingin menghadirkan wajah baru bagi Banjarmasin.
Kebangkitan Kota Lama Banjarmasin menjadi bukti bahwa kawasan bersejarah dapat dihidupkan kembali melalui kreativitas dan kolaborasi. Dengan dukungan generasi muda dan pelaku usaha, kawasan yang dulunya mati kini menjadi pusat interaksi sosial sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi. Kota Lama tidak lagi menjadi ruang yang dilupakan, melainkan wajah baru Banjarmasin yang penuh potensi.
Penulis, Nadya Salma Putri
Mahasiswa Prodi Akuntansi FEB ULM