Mohon tunggu...
Nadya A
Nadya A Mohon Tunggu... Freelancer - sedang bereksplorasi

Menulis topik sosial, politik, K-Pop, dan isu-isu digital.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Diversifikasi Pangan Menguatkan Ketahanan Pangan Nasional

15 September 2019   10:02 Diperbarui: 15 September 2019   10:17 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap negara harus mampu menyediakan kebutuhan pangan nasional secara kuantitas dan kualitas. Dengan adanya ketahanan pangan nasional berdampak pada ketahanan nasional. 

Sumber daya masyarakat yang berkualitas tentu akan meningkatkan produktifitas suatu negara. Pemerintah sebagai penggerak kebijakan juga turut melakukan diversifikasi pangan untuk memenuhi konsumsi nasional.

Indonesia tidak mampu menjaga ketidakseimbangan antara pola konsumsi pangan dengan ketersediaan pangan nasional. Dalam segi kesehatan, kualitas SDM Indonesia rendah.  Direktur Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat dari Millenium Challenge Account Indonesia, Minarto, menjelaskan sebesar 7,6 juta balita di Indonesia menderita stunting atau terhambat pertumbuhannya, akibat kekurangan gizi kronis. 

Bahkan menurut laporan Global Nutrition pada 2016 menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-108 di dunia dengan kasus gizi buruk terbanyak. Ironisnya, sebagai negara agraris, Indonesia juga masih melakukan impor bahan pangan. 

Areal lahan yang luas serta tanah yang subur masih belum mampu meningkatkan produktivitas pangan nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai impor Indonesia sebesar US$ 11,47 miliar di Oktober ini, dimana nilai impor US$ 8,53 miliar dalam kurun waktu 10 bulan berasal dari 29 jenis komoditas pertanian dari berbagai negara. Hal ini menunjukan tingkat ketergantungan impor Indonesia masih tinggi.

Ada beragam penyebab permasalahan diversifikasi pangan di Indonesia. Tingkat perhatian pemerintah terhadap pengembangan pangan lokal rendah. Dalam tataran konsep, pemerintah telah sampai pada titik idealnya. Namun, ketika proses implementasi, pemerintah sebagai pelaksana seringkali mengalami dilema, terutama dalam memutuskan kebijakan moneter. 

Selain itu, pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap diversifikasi pangan dan gizi juga masih kurang. Kebanyakan masyarakat tidak memiliki pemahaman terhadap bahan pangan yang memiliki nilai subtitusi sehingga mampu menjadi pengganti bahan pangan yang biasa dikonsumsi. 

Contohnya, pola konsumsi dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat, masyarakat masih terpaku pada konsumsi nasi. Padahal, sumber karbohidrat yang berasal dari potensi-potensi lokal di Indonesia juga sangat variatif, mulai dari singkong, jagung, terigu, dan sagu.

Integrasi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan menyelesaikan permasalahan terkait diversifikasi pangan nasional. Pemerintah harus meningkatnya produksi pangan domestik yang berbasis sumber daya lokal. 

Lahan-lahan yang ada di berbagai daerah, harus ditekan agar tidak dilakukan konversi tanah pada produk-produk komoditas, seperti kelapa sawit dan kopi. Melainkan berfokus pada kebutuhan pangan masyarakat lokal. 

Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap diversifikasi pangan dan gizi. Harus diberikan sosialisasi serta pendidikan yang terintegrasi dalam setiap lapisan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun