Mohon tunggu...
Nadiya Putri Rusjdi
Nadiya Putri Rusjdi Mohon Tunggu... @narichifleur

Saya adalah seorang ibu tunggal, event styling, floral stylist, sekaligus penulis reflektif yang percaya bahwa luka masa lalu bisa menjadi ladang cahaya, asal diolah dengan cinta dan kesadaran. Lewat platform Narichifleur, saya menciptakan dekorasi bunga yang tak sekadar indah, tapi juga menyentuh sisi emosional manusia. Hobi saya menulis, menyusun rangkaian bunga, dan membangun ruang healing untuk perempuan yang ingin bangkit dengan cara yang lembut namun berdaya. Topik favorit saya meliputi: refleksi diri, kehidupan ibu tunggal, healing lewat seni dan simbolisme bunga, spiritualitas praktis, hingga self-design dengan teknologi. Saya percaya bahwa setiap cerita perempuan, sekecil apa pun, layak didengar. Kompasiana adalah ruang saya untuk berbagi serpihan proses, pelajaran, dan harapan agar siapa pun yang membaca tahu bahwa ia tidak sendirian. Mari berproses hingga mendapatkan hasil akhir kehidupan yang indah, sebagaimana merangkai bunga satu persatu, untuk kemudian menjadi satu rangkaian yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Remaja, WhatsApp, dan Tantangan Single Mom

6 September 2025   22:09 Diperbarui: 8 September 2025   13:25 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Punya anak remaja memang penuh greget. Salah satunya: gaya komunikasi mereka di WhatsApp. Pesan sudah dibaca, tapi balasan lama sekali, atau kalau pun ada, hanya satu kata: "Iya ma", "ok ma", udah ma .

Kadang saya ingin dia bercerita panjang lebar, seperti dulu.. apalagi karena sekarang dia tinggal di asrama. Tapi kenyataannya, cerita itu sudah jarang keluar lewat chat. Karena itulah, saya harus banyak-banyak memaklumi kondisi anak saya.. tidak mau terlalu mengekang, tapi juga tidak melepas begitu saja.

Jujur, kadang kurang sabar. Kalau dipendam, saya bisa cepat burnout. Untungnya, ada sedikit penenang hati. Karena Sohnshine di asrama, saya masih bisa menghubungi pembina atau guru kelas. Kadang saya minta tolong mereka menasihati atau sekadar memberi kabar atau sekedar memfoto dia karena ingin melihat kondisinya. Itu lumayan meringankan beban emosional sebagai single mom.

Dari pengalaman ini saya jadi tahu bahwa remaja generasi sekarang memang punya cara komunikasi sendiri. Mereka lebih suka singkat, lebih visual, dan sering kali mood-based. Bukan berarti tidak sayang, tapi memang bahasanya begitu. Mereka akan merespon ketika mereka merasa sudah waktunya.

Jadi untuk sesama orang tua, terutama single mom yang mempunyai anak remaja jaman now, mungkin kita perlu banyak belajar menyesuaikan diri. Tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Kadang memang melelahkan, tapi dengan sedikit pengertian, kesabaran, dan bantuan orang lain, hati jadi lebih ringan. Sebagai ibu, apalagi single mom, memang perlu ekstra energi untuk menyesuaikan diri. Saya belajar beberapa hal kecil yang lumayan membantu:

  • Jangan panik atau emosional kalau dibaca tapi tidak dibalas.

  • Coba gunakan pertanyaan singkat atau pilihan, bukan paragraf panjang.

  • Sesekali biarkan percakapan menggantung agar mereka yang penasaran.

  • Ingatkan diri sendiri bahwa ini bukan personal, hanya gaya komunikasi zaman sekarang.

Saya tulis ini bukan karena sudah ahli, tapi justru karena saya masih belajar. Kadang kurang sabar, kadang malah ikut emosi. Begitulah perjalanan saya..masih belajar, sering kesal, tapi pelan-pelan menemukan cara agar komunikasi dengan anak tetap terjaga, meski hanya lewat chat yang kadang bikin gemas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun