Mohon tunggu...
Nadiyah Asyifa Putri
Nadiyah Asyifa Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Financial

Nilai Kurs Yen Jepang terhadap Dollar AS Turun Drastis, Apa Sebabnya?

4 April 2023   10:25 Diperbarui: 4 April 2023   10:29 4198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pada bulan Juni tahun lalu, mata uang yen Jepang mengalami pemerosotan parah hingga terhadap dolar Amerika Serikat di awal perdagangan Asia. Hal ini mencetak rekor baru bagi Jepang sejak Oktober 1998, bahkan pemerintah Jepang menanggapnya sebagai sejarah "buruk". Sebelumnya, kurs yen terus merosot sebanyak nyaris 10% di sepanjang bulan Juni 2015 hingga akhirnya menyentuh level terendahnya di tahun 2022. Menurut kelompok perbankan Belanda ING Group, yen Jepang menjadi salah satu mata uang yang paling terpuruk di dunia tahun 2022.

Dikutip dari Bloomberg, pada Juni lalu, nilai yen Jepang terhadap dolar Amerika Serikat masih terdepresiasi 0,12 persen atau setara dengan 0,16 poin di level 136,410. Nilai tukar yen Jepang terhadap dollar Amerika Serikat (USD) menurun menjadi sekitar JPY 125/USD, memperpanjang kerugian yang telah membuat kemerosotan lebih dari 18 persen nilainya dibandingkan greenback tahun ini. Tidak hanya itu, dalam melawan rupiah juga yen Jepang mencapai titik terlemahnya sejak Januari 2017 menjadi RP 114/JPY dan merosot lebih dari 8 persen sepanjang bulan Maret.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi turunnya nilai yen Jepang, yaitu kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina sehingga terjadi kenaikan harga minyak di Jepang sebagai negara importer utama bahan bakar fosil. Selain itu, dalam menekan laju inflasi yang tinggi, kebanyakan bank sentral dari berbagai negara mengambil langkah dengan menetapkan kenaikan suku bunga. Misalnya, seperti bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang sebelumnya tetap bertahan dengan suku bunganya lalu beralih menjadi agresif menaikkan suku bunga.

Namun, menurut penjelasan, Tim Research & Development ICDX, Bank of Japan (BoJ) mengeluarkan kebijakan yang berbeda di mana terjadinya penetapan suku bunga ultra-rendah sebesar minus 0,1% hingga tingkat inflasi yang menyentuh target 2 persen. Dinyatakan oleh Gubernur Bank of Japan, Haruhika Kuroda, tujuan dari kebijakan tersebut ialah untuk menciptakan lingkungan yang mendorong perekonomian Jepang dalam mencapai stabilitas harga, bukan untuk mengendalikan pergerakan nilai tukar.

Di sisi lain, tim riset ICDX menilai bahwa semakin ketatnya kebijakan moneter Bank Sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dibandingkan dengan kebijakan moneter bank sentral Jepang atau Bank of Japan yang melonggar berpengaruh pada kalah kuatnya nilai yen dari dolar AS. Pergerakan indeks dolar AS yang menyentuh level 105.000 mendorong pelemahan yen hingga mencapai level 136,00.

Melemahnya kurs yen Jepang juga berkaitan dengan kebijakan Bank of Japan dalam mengatasi laju kenaikan yield obligasi. Dapat diketahui bahwa Bank of Japan memiliki kebijakan yield curve control (YCC), di mana yield obligasi pemerintahan tenor 10 tahun dengan imbal hasilnya dipertahankan dekat 0%. Yield tersebut telah merangkak naik secara perlahan hingga menyentuh 0,251% di mana merupakan level tertiggi sejak Januari 2016.

Demi meredam kenaikan yield tersebut, Bank of Japan mengambil langkah dengan membeli obligasi. Hal ini berarti likuiditas perekonomian Jepang menjadi bertambah sehingga yen melemah. Kondisi ekonomi pada saat itu yang tidak menjustifikasi perubahan kebijakan ultra longgar berakibat pada pergerakan nilai tukar yen terhadap dolar AS yang menjadi tidak terkendali. Meskipun begitu, Bank of Japan diperkirakan belum ada rencana untuk mengubah kebijakannya walaupun The Fed bersikap agresif dalam menaikkan suku bunga. Apabila ini berlangsung dalam jangka panjang, maka Bank of Japan akan jauh tertinggal dari bank sentral utama dunia lainnya dalam segi normalisasi kebijakan moneter.

Sejumlah ahli juga memberikan analisisnya mengenai penyebab anjloknya nilai yen Jepang. Ahli Strategi Wells Fargo, Brendan McKenna, mengatakan kepada Bloomberg bahwa terdapat faktor lain yang membebani nilai yen, yaitu permintaan mata uang safe-haven yang turun pada perdagangan per hari itu. Sementara itu, Joseph Capurso dari Commonwealth Bank of Australia menuturkan bahwa terjadi penyempitan surplus transaksi berjalan Jepang dan peningkatan tajam perbedaan suku bunga Amerika Serikat dengan Jepang adalah faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya nilai yen Jepang.

Mengenai dampak yang ditimbulkan dari peristiwa ini, Shunichi Suzuki, Menteri Keuangan Jepang, mengatakan bahwa penurunan nilai yen ini dapat berdampak secara positif bagi eksportir Jepang sehingga produksi ekspor dapat melonjak secara signifikan. Namun sebaliknya, penurunan nilai yen menjadi beban bagi rumah tangga terlebih di tengah situasi kenaikan harga energi.

Swiss Bank UBS mengatakan bahwa pelemahan yen juga kemungkinan berdampak buruk pada usaha kecil berorientasi domestik karena harus berhadapan dengan biaya impor yang meningkat dan lebih tinggi. Maka dari itu, stabilitas kurs yen menjadi sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, pemerintah Jepang menanggapi dapat menawarkan dukungan fiskal tidak lupa melakukan perluasan dukungan, bahkan intervensi pembelian (yen) mungkin perlu dilakukan apabila laju depresiasi kurs dinilai terlalu cepat.

Mengatasi hal tersebut, Hirokazu Matsuno sebagai Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, memperingatkan bahwa peristiwa lemahnya kurs yen yang terlalu cepat ini tidaklah diinginkan dan ia akan terus mengawasi pasar valuta asing sebagai "a sense of urgency" sehingga akan mengambil langkah-langkah darurat apabila diperlukan. Setelah pernyataan tersebut, kebangkitan kurs yen mulai dirasakan dalam dua hari terakhir. Namun, analis tetap memperingatkan risiko keberlanjutan pemerosotan yen yang terus berjalan, dan intervensi verbal dianggap tidaklah cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun