Mohon tunggu...
Nadiva Putri Karunia
Nadiva Putri Karunia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Telkom

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Mata Uang Kerajaan Islam di Nusantara

12 November 2023   20:46 Diperbarui: 12 November 2023   21:46 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan:Tahukah kalian terdapat banyak jenis Mata Uang Kerajaan Islam di Nusantara? Salah satu museum yang menjelaskan sejarah mata uang kerajaan islam ini terletak di Museum Sribaduga  yang terletak di Jl. BKR No. 185, Kota Bandung. Artikel ini akan memuat informasi terkait sejarah mata uang kerajaan islam di nusantara, dan apa nilai budaya yang dapat di ambil?

Nusantara, wilayah yang kaya akan keberagaman dan sejarah, menyimpan sisa-sisa uang penghormatan terhadap kemegahan para raja Islam terdahulu. Mata uang bersejarah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara akan diulas dalam artikel ini, beserta bagaimana logam-logam yang tak ternilai harganya ini menjadi pengingat akan masa kejayaan budaya Islam di wilayah ini. Di baca lebih lanjut yuk! Agar tau sejarah mata uang kerajaan islam di nusantara.

1.Aceh: Ducat Aceh
Ducat Aceh adalah koin emas yang dikeluarkan oleh bekas pusat komersial dan budaya, Kerajaan Aceh. Uang ini menampilkan simbol dan gambar Islam yang melambangkan kekayaan alam, menggambarkan seni dan keindahan Aceh pada masa lalu.

2.Kesultanan Demak: Dirham Demak
Dirham Demak adalah koin perak yang dibuat oleh Kesultanan Demak, salah satu penguasa Islam pertama di Jawa. Seringkali kaligrafi Islam dan simbolisme yang kuat menghiasi uang tunai ini. Kemajuan Demak di bidang kebudayaan dan perekonomian pada kurun waktu tersebut tercermin dalam dirham Demak.

3.Kesultanan Mataram: Pitis Mataram
Pitis Mataram adalah nama mata uang perak yang dikeluarkan Kesultanan Mataram yang mencapai puncaknya pada abad ketujuh belas. Seringkali terdapat representasi tumbuhan, hewan, dan lambang kerajaan, pitis ini menampilkan kekayaan alam dan budaya Mataram.

4.Kesultanan Banten: Kasha
Di Kerajaan Banten, uang disebut dengan "Uang Kasha" atau hanya "Kash". Di wilayah Banten, khususnya di kawasan pelabuhan Jawa, uang Tionghoa ini banyak digunakan. Pelaut Portugis Tome Pires yang tiba di Banten, Pulau Jawa, pada tahun 1513, menyebut uang Kasha dalam kroniknya. Lubang uang Kasha bisa kecil atau heksagonal. Uang ini pertama kali dibuat antara tahun 1550 dan 1596 di Kerajaan Banten.

5.Kerajaan Mataram Kuno: Ma atau Masa
Uang ini dulunya merupakan bentuk pembayaran yang layak, namun kini telah habis masa berlakunya. Namun sekitar akhir tahun 1200-an, mata uang ini kembali beredar ketika Majapahit mengambil alih. Kerajaan Mataram Kuno menerima sejumlah mata uang emas dan perak selain uang Ma, termasuk uang Tahil. Ada beberapa bentuk uang Ma yang berbeda, antara lain persegi, bulat, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, dan segitiga.

Apakah nilai budaya pada Mata Uang Kerajaan Islam di Nusantara masih ada? Tentunya masih ada, sejarah dinasti Islam yang pernah menguasai nusantara diam-diam tersimpan dalam mata uang ini. Kita dapat menikmati warisan budaya yang tak ternilai harganya dan mengingat kembali keanggunan dan kebijaksanaan masa lalu dengan mata uang ini.

Bagaimana nilai Komunikasi Antar Budaya pada Mata Uang Kerajaan Islam di Nusantara? Setiap koin memiliki desain khas yang mencerminkan esensi kerajaan yang menciptakannya. Simbol-simbol Islam, kaligrafi, dan gambar tumbuhan dan hewan berpadu menceritakan kisah visual tentang cita-cita sosial, budaya, dan agama pada zaman tersebut. Pada zamannya, uang berkembang menjadi alat untuk mengekspresikan identitas dan cita-cita masyarakat.

Nah itu dia penjelasan tentang Sejarah Mata Uang Kerajaan Islam di Nusantara. Sangat menarik dan beragam bukan? Terdapat banyak nilai-nilai sejarah juga yang dapat kita ambil dari artikel ini. Semoga artikel ini memberukan gambaran tentang Sejarah Mata Uang Kerajaan Islam di Nusantara.

Kesimpulan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun