Pada sub-bab terakhir yaitu kartini yang terkuburkan, penulis menceritakan sedikit kisah mengenai sosok neneknya. Bagaimana neneknya yang tidak menempuh pendidikan formal kolonial Belanda, tidak bisa menulis huruf latin, namun menjadi seorang pengajar dan pendidik yang mendirikan sekolah dasar Islam di beberapa tempat dengan kekayaan yang dimilikinya sendiri. Sosok nenek penulis ini sangat disegani dan hormati oleh murid-muridnya dan masyarakat sekitar. Nenek penulis merupakan produk muslim kolonial.
Murid dari K.H. Mas Abdurrahman---pendiri perguruan Mathlaul Anwar di Menes, Pandeglang, Banten. Meskipun nenek dari penulis tidak memiliki ilmu lain selain ilmu Islam, namun ia tidak pernah menyebut-nyebut perlunya negara Islam ataupun politik Islam. Nenek dari penulis tidak mengenal kata "feminis" dan tidak pernah mengajari pengetahuan tersebut sepanjang hidupnya. Namun, sepak terjangnya selama hidup mencerminkan nilai-nilai feminis, seperti kemandirian dan kemerdekaan atas dirinya. Namun, kontribusi yang ia berikan tidak pernah tertulis sebagai bagian dari sejarah hidupnya, sejarah perempuan, maupun sejarah pendidikan Islam.
Penulis menyayangkan kekurangan penulisan dalam sejarah hanya menuliskan orang-orang yang berkuasa atau yang memiliki akses terhadap kekuasaan, sementara mereka yang secara nyata hidup di dalam komunitas yang terpinggirkan, bisu dan tidak memiliki kemampuan mengartikulasikan peran hidupnya jarang ditulis sebagai bagian dari sejarah. Tulisan sederhana penulis ini dipersembahkan untuk mengukir perannya sebagai pendidik yang dengan segenap jiwa dan raganya diabadikan sepanjang hidupnya.
Sampailah pada akhir dari ulasan saya sebagai resensator pada buku Islam, Kepemimpinan Perempua, dan Seksualitas ini. Hanya sedikit bagian dari buku ini yang saya resensikan, namun sudah banyak menjelaskan seperti apa dan bagaimana kondisi perempuan selama ini dalam masyarakat. Perempuan yang hidup masih dalam kukungan masyarakat patriarkis ini nyatanya masih terisolasi untuk dapat mengeksplorasi diri dan kemampuan yang dimilikinya. Pada faktanya, masyarakat pun butuh peran perempuan dalam kepemimpinan terhadap masyarakat. Untuk itu, terus kembangkan dan eksplorasi diri untuk menjadi lebih baik lagi agar berguna bagi diri sendiri dan juga masyarakat.
Buku ini sangat bagus untuk dibaca tidak hanya oleh perempuan, namun juga laki-laki. Buku ini menyamapaikan makna yang dapat dengan mudah kita pahami karena penulisannya yang mudah untuk dipahami. Buku ini juga dapat memberikan informasi baru yang mungkin sebelumnya belum kita ketahui dan banyak orang-orang yang masih tabu pada perempuan dan hubungannya dengan kepemimpinan.
Sabtu, 16 November 2019
Resensator,
Nadien Ayu Ananda