Mohon tunggu...
Nadia safira Wardani
Nadia safira Wardani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswa yang aktif dan berdedikasi di Universitas Airlangga. Saat ini, saya sedang mengejar gelar sarjana di program studi S1-Ekonomi Pembangunan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Standar Emas: Analisis Historis tentang Signifikansi dan Dampaknya

12 Mei 2023   00:34 Diperbarui: 12 Mei 2023   00:39 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak zaman kuno, emas telah dianggap sebagai simbol kekayaan, stabilitas, dan nilai yang universal. Dalam sejarah sistem moneter, emas memainkan peran sentral sebagai landasan bagi sistem standar emas. 

Dalam essay ini, akan dijelaskan secara mendalam mengenai standar emas, sebuah sistem moneter yang mempertahankan nilai mata uang dengan mengaitkannya dengan emas. 

Seiring dengan perkembangan zaman, standar emas telah mengalami transformasi dan memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan moneter negara-negara di seluruh dunia. Melalui analisis historis yang mendalam, essay ini akan membahas sejarah standar emas, pengaruhnya terhadap sistem ekonomi, serta alasan mengapa sistem ini akhirnya ditinggalkan.

Sistem standar emas memiliki sejarah yang panjang dan kompleks dalam perkembangan sistem moneter dunia. Standar emas adalah sistem di mana nilai mata uang suatu negara diikat atau terkait dengan cadangan emas yang dimiliki oleh negara tersebut. Nilai mata uang dalam sistem ini ditentukan oleh jumlah emas yang dapat ditukar dengan mata uang tersebut.

Sejarah standar emas dimulai pada periode kuno, di mana emas digunakan sebagai bentuk mata uang yang diakui secara internasional. Namun, sistem standar emas modern yang lebih terstruktur berkembang pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Standar emas modern pertama kali diimplementasikan secara luas oleh Inggris pada tahun 1821 dengan Undang-Undang Uang Standar. Hal ini memungkinkan poundsterling Inggris ditukarkan dengan emas pada tingkat tetap.

Salah satu puncak popularitas sistem standar emas terjadi pada era Victoria di Inggris. Pada saat itu, poundsterling Inggris menjadi mata uang utama di dunia dan digunakan sebagai standar internasional. Keberhasilan sistem ini mendorong negara-negara lain untuk mengadopsi sistem standar emas sebagai cara untuk menjaga stabilitas mata uang mereka dan memfasilitasi perdagangan internasional.

Namun, sistem standar emas juga memiliki keterbatasan. Pertama, ketersediaan emas terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi dan perluasan pasokan uang. Selain itu, sistem ini rentan terhadap fluktuasi harga emas yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi negara-negara yang mengikuti standar tersebut. 

Selama periode perang atau ketidakstabilan politik, negara-negara sering kali menghadapi tekanan untuk meningkatkan pengeluaran dan mencetak lebih banyak uang, yang dapat mengganggu keseimbangan standar emas.

Pada awal abad ke-20, sistem standar emas menghadapi tantangan yang signifikan akibat Perang Dunia I. Negara-negara yang terlibat dalam perang mengalami defisit keuangan yang besar dan mencetak lebih banyak uang untuk membiayai pengeluaran perang. 

Hal ini menyebabkan inflasi dan melemahnya nilai mata uang. Setelah Perang Dunia I, upaya untuk mengembalikan sistem standar emas internasional dilakukan melalui Konferensi Genoa pada tahun 1922 dan Konferensi Moneter Internasional di Bretton Woods pada tahun 1944.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun