Mohon tunggu...
Nadiah Endi Nugraheni
Nadiah Endi Nugraheni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Psychology Student. Universitas Muhammadiyah Malang. Nadiah Endi Nugraheni. NIM: 202110230311485

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self-Diagnose terhadap Diri Sendiri, Berbahaya atau Tidak?

27 September 2021   23:12 Diperbarui: 27 September 2021   23:35 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini, teknologi informasi berkembang sangat pesat. Informasi apapun dapat dengan mudah kita akses menggunakan internet. Termasuk informasi tentang kesehatan. Dengan internet, kita bisa lebih cepat mengakses informasi daripada mengunjungi dokter. 

Di Indonesia sendiri, banyak sekali website yang menawarkan pelayanan kesehatan. Seperti halodoc.com dan alodokter.com Di sana, Kita dapat mencari informasi berbagai macam penyakit.

Namun, tahu kah kamu? Manusia memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Ketika mereka mengalami sejumlah keluhan, hal pertama yang dilakukan yaitu mencari tahu keluhannya melalui internet. Setelah membaca informasi tersebut, pasien bisa mendiagnosis dirinya sendiri. 

Mendiagnosis diri sendiri atau Self-Diagnose merupakan memutuskan penyakit yang kita miliki berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi yang berkaitan dengan keluhan tersebut, kebiasaan mendiagnosis diri sendiri secara berlebihan disebut cyberchondria (White & Horvitz, 2009).

Self-Diagnose mempengaruhi kehidupan siswa, karena beberapa individu mulai mengambil langkah yang tidak diperlukan, beberapa siswa bahkan berakhir dengan pengobatan tanpa profesional. Tanpa disadari, mereka membuat skema mengenai gangguan tersebut dan mengembangkan kasus gangguan kecemasan (Aaiz Ahmed & Stephen S., 2017).

Dampak dari Self-Diagnose sendiri, pasien tidak paham betul mengenai gejala yang mereka alami. Akibatnya, mereka justru semakin cemas, bahkan obsesif dengan diagnosis yang mereka putuskan sendiri. Padahal, informasi yang mereka temui tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 

Nah, jika pasien salah mendiagnosis, hal ini bisa berpengaruh pada kesehatan mental yang menyebabkan pasien mengalami kekhawatiran yang tidak perlu.

Banyak juga pasien yang lebih percaya informasi yang ada di internet, karena mereka takut pada apa yang akan dikatakan dokter mengenai keluhannya. 

Mereka takut  jika gejala yang dialaminya merupakan gejala penyakit berat. Dalam hal ini, komunikasi antara dokter dan pasien adalah hal yang sangat penting. 

Pasien ke dokter menyampaikan keluhannya. Penyampaian informasi dari pasien kepada dokter harus dilakukan dengan jujur. Karena, apabila pasien tidak menyampaikan fakta terkait keluhannya, diagnosis penyakit pada pasien bisa salah.

Lalu, apakah Self-Diagnose terhadap diri sendiri, berbahaya atau tidak? Hal tersebut bergantung pada bagaimana pasien menanggapi informasi yang didapat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun