Mohon tunggu...
Nadhia Annisa Arief
Nadhia Annisa Arief Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

menyukai sesuatu tentang musik atau hal-hal yang berkaitan dengan psikolog

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apakah Mungkin Reaktivasi Jalur Kereta Api di Madura?

18 Mei 2023   22:50 Diperbarui: 18 Mei 2023   23:13 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Reaktivasi Jalur kereta di Madura akhir-akhir ini kembali digaungkan, hal ini dibuktikan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendorong reaktivasi tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di beberapa daerah, dan Madura termasuk ke dalamnya. 

Selain memenuhi amanat dari peraturan tersebut tentunya reaktivasi jalur kereta ini juga mempunyai manfaat lainnya, seperti yang dipaparkan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur "Pasalnya jalur rel KA ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Madura. Selain menjadi transportasi massal yang efektif dan efisien, juga membawa dampak luas bagi pertumbuhan ekonomi di pulau garam tersebut," jelas Wakil Gubernur Emil. 

Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga terus berupaya mempercepat reaktivasi jalur rel kereta api di pulau Madura dan menjadikan prioritas utama dengan mengintensifkan komunikasi ke pemerintah pusat.

Jalur rel KA di Pulau Madura ternyata sudah pernah ada sejak tahun 1897 yang merupakan peninggalan masa Hindia-Belanda yang dibangun dan dikelola oleh Madoera Stoomtram Maatschappij. 

Rel tersebut membentang dari Pelabuhan Kamal di Kabupaten Bangkalan sampai Pelabuhan Kalianget di Kabupaten Sumenep sepanjang 225 kilometer. Pada awalnya transportasi KA ini digunakan sebagai sarana untuk mengangkut garam sebagai komoditi utama Madura antara Kalianget dan Kamal ataupun sebaliknya. Seiring berjalannya waktu kereta tak hanya untuk mengangkut garam tetapi menjadi transportasi paling cepat dan murah pada masanya. 

Jalur rel KA di Madura resmi ditutup pada tahun 1987 karena seiring kemajuan zaman dimana masyarakat beralih ke sarana angkutan lain. Serta pada masa kolonial Jepang jalur KA Kalianget sampai Pamekasan dibongkar tentara Dai Nippon dengan memerintahkan pasukan Romusha. Rel besi bekas jalur kereta api tersebut dijadikan mesin perang pada Perang Pasifik (Perang Dunia II) oleh Jepang.

Pada beberapa jalur kereta telah tertimbun dan menjadi jalan raya dikarenakan sudah terlalu lama tak dipakai, maka dari itu reaktivasi jalur kereta Madura membutuhkan dana yang sangat besar. Berdasarkan kajian Kemenhub, nilai investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 3,375 triliun. 

"Sesuai Perpres 80 Tahun 2019, reaktivasi rel kereta api di Madura membutuhkan nilai investasi sebesar Rp 3,375 triliun. Angka tersebut memang tidak sedikit. Tapi kami optimistis reaktivasi ini segera terealisasi. Kami melihat dari dampak domino yang dihasilkan," ujar Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak pada acara Forum Group Discussion (FGD) Pokja Wartawan Grahadi Surabaya, Selasa (21/3/2023).

Selain dorongan dari Pemerintah Jawa Timur tentunya kesuksesan reaktivasi ini juga harus didukung oleh tokoh pemimpin yang berada di Madura itu sendiri. Achmad Fauzi selaku Bupati Sumenep juga pantas disorot mengenai usahanya dalam reaktivasi ini. Beliau telah berhasil mendapat dukungan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. 

Hal yang membuat beliau memperjuangkan reaktivasi ini karena beliau yakin dampak-dampak positif akan terjadi jika reaktivasi bisa direalisasikan oleh pemerintah pusat, yaitu diantaranya mampu memberikan perubahan-perubahan, khususnya terkait dengan pertumbuhan ekonomi di pulau Madura. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka secara otomatis akan mampu menurunkan angka kemiskinan, memperbaiki gini ratio (kesenjangan), menaikkan indeks pembangunan manusia (IPM), dan mengurangi pengangguran.

"Ini bukan kepentingan pribadi hanya kebetulan saja yang menyuarakan itu Bupati Sumenep, bupati di ujung paling timur Madura. Sehingga persepsinya keinginan Bupati Sumenep yang paling getol karena paling timur, dia berpikir masyarakatnya. Ya itu kan persepsi, sah-sah saja. Tapi saya tidak berpikir khusus masyarakat saya, saya berpikir ini untuk Madura. Hanya kebetulan yang menyampaikan Bupati Sumenep," ungkap Fauzi dalam Webinar Online, Kamis (4/5/2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun