Mohon tunggu...
nada Tputri
nada Tputri Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta'15 Let's be friend! Ig : @nadatputri

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peran Media Sosial dalam Perubahan Perilaku Masyarakat

2 Oktober 2017   16:09 Diperbarui: 2 Oktober 2017   16:28 2086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar Instagram

Perilaku Masyarakat untuk Peduli dengan Banjir di Ketapang 

Berkembangnya media baru menciptakan inovasi yang baru juga dalam berkomunikasi. Komunikasi yang diciptakan oleh media baru ini pun bukan dengan tatap muka (face to face), melainkan dengan komunikasi bermedia. Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara telponan, chatting, video call, dan lain sebagainya. Istilah-istilah lain dalam berkomunikasi melalui media baru sekarang sudah banyak bermunculan, salah satunya yaitu sistem Upload atau mengunggah foto atau video. Sistem upload foto dan video kini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat sekarang, di zaman Generasi Z ini, usia tidak menjadi patokan lagi dalam melakukan interaksi dengan orang-orang.

Menjalin komunikasi melalui media sosial telah banyak dilakukan, karena untuk melakukannya cukup mudah dan sederhana. Komunikator dan komunikannya tidak perlu bertemu dalam menyampaikan pesan, dari jarak jauh pun mereka sudah dapat menyampaiakan komunikasi tersebut. Salah satu media sosial yang digunakan dalam menyampaikan pesan secara tidak langsung adalah Instagram. Kegunaan media ini adalah dapat meng-upload berbagai macam foto dan video, berkomentar, dan Like (suka) pada setiap foto atau video yang telah di posting atau unggah. Munculnya media baru yaitu media sosial menimbulkan dua fungsi konsep di kalangan masyarakat, yang pertama dapat dijadikan untuk berdemokrasi dan yang kedua isi pesan pada media massa atau sosial dapat memberikan berbagai macam gambaran positif dan negatif di pikiran masyarakat (Katz&Lazarsfeld, 2009, hal.16).

Media sosial dapat dijadikan tempat berdemokrasi dan bersuara oleh masyarakat. Mereka dapat mengungkapkan kesenangan, keluhan, serta cerita mengenai aktifitasnya di media sosial. Tidak hanya itu, selain menjadi tempat untuk berdemokrasi, media baru ini juga dapat digunakan sebagai tempat untuk melakukan persuasi atau kampanye. 

Cara yang dilakukan untuk mempersuasi atau berkampanye disini bergantung dari keaktifan yang dilakukan oleh komunikator. Keaktifan ini dapat dilakukan dengan cara broadcast message (menyiarkan pesan) dan spam gambar atau video pada media sosial yang dimiliki. Ketika melakukan sebuah persuasi peran komunikator sangatlah penting, tujuannya agar masyarakat atau khalayak (viewers) dapat terpancing oleh pesan yang disampaikan melalui media sosial tersebut.

Selain itu, adanya media sosial ini juga dapat memberikan efek perubahan dari segi pemikiran serta perilaku pada para penggunanya. Media dikatakan dapat menjadi tempat perubahan pemikiran serta perilaku karena secara tidak langsung media dapat menjadi tempat untuk menambah edukasi dan informasi, alhasil masyarakat dapat membuat sebuah opini dan menciptakan suatu perilaku yang baru dan tergerak untuk berubah atau bahkan tidak menciptakan gerakan tersebut. 

Kegagalan dalam menumbuhkan perilaku yang baru ini dapat diakibatkan karena kurangnya informasi dalam pesan, karena hal ini masyarakat menjadi tidak membuka tingkat kepekaannya untuk merespon. Respon dapat terjadi jika komunikator dapat memberikan pesan (stimulus) yang tepat sehingga khalayak  terangsang dan dapat memberikan suatu respon atau tanggapan (Mulyana, 2008, hal. 144).

Pada kedua poin diatas, menjelaskan bahwa media sosial dapat digunakan  sebagai wadah untuk melakukan demokrasi dan persuasi atau kampanye. Namun, dalam melakukan kedua hal tersebut di media sosial juga harus dengan cara yang tepat, tujuannya agar respon atau tanggapan khalayak terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diuraikan dan diungkapkan. 

Persuasi akan berhasil jika komunikator mendapatkan feedback dari komunikannya. Untuk mendapatkan sebuah feedback, maka komunikator perlu memperhatikan cara-cara dalam melakukan persuasi sesuai dengan salah satu teori yang ada, yaitu Teori Retorika. Teori ini mengajarkan 3 hal penting dalam mempersuasi seseorang, yaitu ethos, pathos dan logos.

Pertama, Ethos merupakan etika atau karakter komunikator dalam penyampaian pesan. Kedua, Pathos cara komunikator untuk merangsang emosi para khalayak, yang terakhir logos adalah logika yang digunakan oleh para komunikator untuk menyampaikan pesan-pesan mereka agar dapat di nalar oleh khalayak. Namun, tidak lupa juga dalam menyampaikan pesan ini, kredibilitas sangat diperlukan. Pesan yang jelas dan tepat akan membuat khalayak menjadi lebih respect terhadap komunikatornya, selain itu, pengalaman dari komunikator dan khalayak juga sangat diperhitungkan ketika melakukan persuasi (Eyman, 2015, hal.61).

Salah satu contoh persuasi yang dilakukan di Media Sosial ialah mengenai Bencana Banjir di Ketapang. Persuasi ini dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (BEM FISIP UAJY), mereka menggunakan media sosial sebagai wadah untuk melakukan Program Aksi Donasi untuk Banjir di Ketapang. Cara yang mereka lakukan untuk mempersuasi masyarakat, khususnya Mahasiswa UAJY adalah dengan membuat poster yang berisi tulisan "FISIP PERDULI BENCANA BANJIR KETAPANG". Media sosial yang di gunakan dalam melakukan persuasi ini hanya Instagram saja, sisanya mereka menggunakan broadcast message ke berbagai grup, seperti; Line dan WhatsApp yang dimiliki para anggotanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun