Sumberoto, Donomulyo -- Suasana ceria dan penuh warna menyelimuti ruang kelas 1 dan 2 di SDN 4 Sumberoto, pada Rabu (16/7/2025) pagi. Puluhan siswa tampak antusias menorehkan krayon dan pensil warna mereka di atas kertas, menghidupkan kembali gambar-gambar yang mewakili kisah leluhur mereka dalam sebuah kegiatan kreatif yang diinisiasi oleh mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB). Program kerja ini menggagas sebuah program yang berfokus pada pelestarian warisan budaya lokal sebagai bagian dari implementasi program kerja FISIP Berbakti Desa (FBD) 2025 dengan judul "Mewarnai Cerita Rakyat Malang". Program kerja ini disajikan dalam bentuk buku gambar setebal 31 halaman yang berfungsi sebagai alat untuk mengajarkan budaya lokal bagi generasi muda. Beberapa contoh dari cerita yang diangkat meliputi Asal-usul Penamaan Daerah Malang, Legenda tentang asal-usul Suku Tengger, dan Legenda Kali Mewek.
Program kerja ini bertujuan untuk mempertahankan dan memperkenalkan cerita rakyat Malang kepada generasi muda. Cerita rakyat memiliki potensi yang sangat besar untuk tergerus dan dilupakan di tengah derasnya arus informasi global dan konten hiburan kontemporer. Terlebih lagi anak-anak SD di zaman sekarang banyak yang sudah  terkena konten-konten media sosial dengan bebas. Program kerja ini tidak hanya "mengenalkan" cerita, tetapi juga "melibatkan" cerita dalam proses kreatif anak-anak. Anak-anak menciptakan ikatan emosional dan visual yang lebih kuat dengan mewarnai karakter atau adegannya. Ini adalah pendekatan "jemput bola" untuk memastikan warisan budaya tetap hidup dalam imajinasi generasi penerus daripada hanya menjadi artefak usang di perpustakaan.
Dalam pelaksanaan program kerja tersebut, mahasiswa membagikan lembar demi lembar hitam-putih dari buku cerita secara bertahap untuk masing-masing siswa. Hal ini kemudian langsung disambut dengan tangan kecil dan sorot mata antusias siswa. Selanjutnya, setiap siswa menggunakan krayon atau pensil warna mereka untuk menuangkan ide-ide mereka, dengan menghidupkan gambar-gambar hitam-putih menjadi berwarna. Setelah itu, setiap halaman yang telah dipenuhi dengan sentuhan kreatif yang luar biasa ini akan dikumpulkan dan dirangkai kembali untuk membentuk sebuah buku cerita bergambar yang utuh. Metode ini dirancang dengan cermat untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dan kemampuan imajinasi anak. Selain Itu juga bertujuan untuk menanamkan rasa kebanggaan kolektif terhadap karya yang mereka buat bersama.
Para siswa-siswa kelas 1 dan 2 SD menyambut kegiatan ini, yang dimulai pada pukul 08.00 pagi. Â Kegiatan ini menjadi cara yang menyenangkan dan bermanfaat khususnya untuk berinteraksi dengan siswa kelas satu, dikarenakan mereka masih berada dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Mereka larut dalam proses kreatif dengan mewarnai setiap detail gambar yang mewakili kisah leluhur mereka. Program kerja ini berakhir sekitar pukul 09.00 WIB setelah semua anak telah selesai menyelesaikan tugas mewarnai mereka. Ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya dapat dimasukkan ke dalam kurikulum informal di tingkat pendidikan dasar.
Program kerja ini juga merupakan contoh nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama dengan fokus pada pengabdian kepada masyarakat. Secara keseluruhan, aktivitas ini berjalan lancar, edukatif, dan menyenangkan. Suasana kelas yang penuh kreativitas dan antusiasme menunjukkan bahwa anak-anak SDN 04 Sumberoto memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap warisan budaya mereka sendiri dan siap menjadi generasi penerus yang akan menjaga serta menceritakan kembali kisah-kisah lokal di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI