Mohon tunggu...
Nabila Puteri
Nabila Puteri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Bahasa Alay Sosial Media dalam Pendidikan dan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

10 Mei 2021   16:27 Diperbarui: 10 Mei 2021   16:34 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengantar
Untuk berkomunikasi dengan seseorang baik di dunia nyata maupun maya kita memerlukan yang namanya bahasa. Disaat sekarang ini ada banyak bahasa yang digunakan ketika berkomunikasi di sosial media. Selain dari bahasa yang biasa digunakan ada yang namanya bahasa alay dalam berkomunikasi di sosial media

Bahasa
Di zaman modern seperti sekarang ini sudah banyak yang menggunakan gadget mulai dari usia anak-anak hingga orang tua. Tidak jarang anak-anak saat ini sudah menggunakan gadget. Berbeda dengan anak-anak zaman dulu yang menjadikan permainan rakyat sebagai hiburan bermain bersama teman-temannya, anak-anak zaman sekarang memilih gadget untuk dijadikan sarana hiburan. Mengasikkan diri di dunia digital tersebut dan menjadi pribadi yang lebih individualis. Rasa empatinya terhadap lingkungan juga kurang peka. Tidak hanya anak-anak bahkan orang tua zaman sekarang banyak sekali yang berlomba-lomba dalam sosial media. Menggunakan sosial media sebagai media komunikasi. Munculnya ponsel dan sosial media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Instragram yang digunakan oleh pengguna sosial media baik anak-anak hingga orang dewasa ini harus diakui telah ikut mendorong munculnya ragam bahasa tersendiri. Istilah populernya bahasa alay, akronim dari anak lebay, yakni bahasa tulis berupa campuran bahasa gaul lisan, bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode, angka, dan visualisasi.

Bahasa alay yang digunakan tentunya bertentangan dengan kaedah penulisan yang baik dan benar berdasarkan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) bahasa alay biasanya menggunakan penulisan dengan kata yang disingkat, kata yang disingkat biasanya dihilangkan huruf vokalnya. Ataupun huruf tertentu yang tidak mengubah maksud yang ingin disampaikan. Menggunakan bahasa alay dalam berkomunikasi tetap harus memperhatikan kondisi seperti asal daerah lawan bicara dalam berkomunikasi di sosial media karena terkadang beda daerah beda pula bahasa alay yang digunakan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Bahasa alay yang biasanya banyak digunakan dalam sosial media remaja zaman sekarang seperti "kepo" kata kepo ini merupakan kode untuk seseorang yang selalu ingin tahu urusan orang lain. Selain kepo ada juga kata "baperan" baperan merupakan akronim dari bawa perasaan yang bermaksud menunjukkan bahwa orang yang disebut baperan ini terlalu membawa perasaan terhadap candaan yang terlontar. Kata baperan sering digunakan ketika seseorang merasa tersinggung disaat di bercanda oleh temannya. Akibat negatif dari bahasa alay baperan ini seseorang menjadi seenaknya untuk menyakiti perasaan orang lain yang dibungkus dalam kata bercanda namun ketika seseorang tersebut merasa sakit hati malah dikatakan sebagai seseorang yang baperan atau terlalu membawa perasaan disetiap bercandaan. Selain kode dan akronim bahasa alay yang lainnya yaitu mengetik pesan dengan tulisan yang disingkat seperti "Aku brangkt ke pku bsk pgi" yang mana dalam penulisan yang benar adalah "Aku berangkat ke Pekanbaru besok pagi" jelas bahwa penulisan bahasa alay ini tidak sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia

Menurut data Kemenkominfo, pengakses internet terbanyak adalah remaja, mencapai 64 persen. Indonesia berada di peringkat tiga dunia sebagai pengguna media jejaring sosial (26 juta), setelah Amerika Serikat (130 juta) dan Inggris (28 juta). Bayangkan, 26 juta dari 234,2 juta penduduk Indonesia (Data BPS 2010) menggunakan bahasa alay, kendati frekuensi penggunaannya terbanyak di kalangan remaja. Bisa disimpulkan, selama media jejaring sosial dan SMS ponsel digunakan, bahasa alay akan terus berkembang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun