Mohon tunggu...
Nabilah Octaviandani
Nabilah Octaviandani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - -

psychology student

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Lebih Dalam Tentang "Anxiety Disorder"

17 Juli 2019   10:20 Diperbarui: 25 Agustus 2020   21:06 3041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By: Nabilah Octaviandani

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa rasa cemas yang berlebihan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari kita. Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan cemas. Cemas merupakan perasaan yang normal dialami setiap manusia, dengan catatan perasaan cemas tersebut tidak berlebihan. 

Seseorang biasanya mengalami cemas apabila ia akan menghadapi situasi yang membuatnya khawatir atau takut. Situasi tersebut dapat berupa wawancara kerja, menghadapi ujian sekolah, memberikan pidato, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, jika rasa cemas tersebut dialami secara berlebihan dan tidak terkendali maka individu tersebut menjadi tidak sehat secara psikologis yang biasanya disebut dengan gangguan kecemasan (Anxiety Disorder). 

Seseorang yang memiliki anxiety disorder sebaiknya segera diberi pertolongan kepada pihak professional, karena jika tidak segera ditangani maka gangguan kecemasan tersebut akan semakin parah yang pada nantinya akan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan data Riskesdas 2013 yang menunjukan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai 14 juta jiwa atau sekitar 6% dari jumlah penduduk Indonesia. 


Sementara itu, pada 2016 International Health Metrics and Evaluation (IHME) mengestimasi terdapat lebih dari 1,1 milyar penduduk di dunia mengalami gangguan mental (Mental Disorder) dan bergantung pada substans adiptif. 

Wilayah yang paling banyak megidap gangguan mental (Mental Disorder) adalah Greenland yaitu mencapai 22,14% dari total populasi atau sekitar 12.440 jiwa. Prevalensi gangguan mental setiap tahun semakin tinggi. Anxiety merupakan jenis gangguan mental dengan prevalensi tertinggi.

Jika dilihat dari hasil penelitian terdahulu, jumlah orang yang mengalami gangguan kecemasan (Anxiety Disorder) tidaklah sedikit, namun sayangnya masih ada beberapa orang yang memandang sebelah mata gangguan kecemasan.

Sebenarnya apa sih Anxiety itu? 

Menurut APA (American Psychology Association) anxiety merupakan emosi yang terkarakterisasi dari perasaan yang tegang, pikiran-pikiran cemas dan keadaan fisik yang berubah seperti naiknya tekanan darah. 

Jadi dapat dikatakan bahwa anxiety merupakan gangguan kecemasan yang tidak wajar, penderita Anxiety Disorder biasanya sering kali merasakan kekhawatiran tentang peristiwa buruk akan terjadi meskipun tidak ada pertanda yang cukup logis. Jika tidak segera ditangani, gangguan ini dapat menghambat seseorang dalam beraktivitas.

Gangguan kecemasan ini dibagi menjadi 5 jenis:

Gangguan kecemasan Tergeneralisasi

Individu yang mengalami gangguan kecemasan tipe ini tidak mampu untuk menunjukan alasan yang jelas atas kecemasannya. Individu dengan gangguan kecemasan ini merasa cemas hampir setiap saat.

Gangguan Panik

Gangguan kecemasan ini ditandai dengan ketakutan akan terror yang tiba-tiba. Biasanya serangan panik muncul tanpa peringatan.

Gangguan Fobia

Sebuah gangguan kecemasan dimana penderita mengalami ketakutan yang irasional dan berlebihan akan suatu objek.

Gangguan Obsesif-Kompulsif

Gangguan ini biasa disebut dengan OCD (Obsessive-Compulsive Disorder). Ditandai dengan pikiran yang tak masuk akal serta ketakutan (obsesi) yang menyebabkan perilaku kompulsif.

Gangguan Stres Pascatrauma

Gangguan ini biasa disebut dengan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) yang muncul melalui pengalaman tarumatis, penyiksaan yang parah, maupun bencana alam.

Apa saja gejala Anxiety Disorder?

Secara umum, gejala Anxiety Disorder meliputi hal-hal berikut ini:

  • Perasaan cemas, panik yang tidak terkontrol.
  • Jantung berdebar-debar.
  • Kesulitan untuk tidur.
  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Mudah terkejut.
  • Mual.

Apa penyebab dari Anxiety disorder?

Stres lingkungan, seperti kesulitan saat bekerja, masalah asmara, atau masalah keluarga.

Genetik, individu yang memiliki riwayat keluarga pengidap gangguan kecemasan lebih berpeluang besar untuk mengidap gangguan kecemasan.

Masalah pada fungsi sirkuit otak yang mengatur rasa takut dan emosi. Menurut penelitian, stres berat  dapat mengubah aliran sel saraf dalam sirkuit yang berfungsi mentransfer informasi dari satu bagian otak ke bagian lainnya.

Pengobatan Anxiety Disorder

Self-Treatment: terdapat beberapa latihan yang membantu individu untuk lebih fokus dan mengurangi Anxiety Disorder dalam jangka pendek, yaitu dengan manajemen stres (belajar mengendalikan stres dapat membantu meredam pemicu yang berpotensi) serta teknik relaksasi (yoga).

Psikoterapi: pada umumnya, psikoterapi yang digunakan yaitu Cognitive-Behavior (CBT), yang bertujuan untuk mengenali dan mengubah pola pikir berbahaya yang dapat membentuk perasaan cemas.

Menjaga asupan makan dan mengubah pola hidup.

Mulai dari sekarang perhatikan rasa cemas anda, apakah rasa cemas tersebut berlebihan atau tidak. Jika anda merasa rasa cemas anda sudah tidak terkontrol dan menunjukan gejala-gejala dari Anxiety Disorder segeralah mengunjungi pihak professional (psikolog) dan jangan mendiagnosa diri sendiri.

Jika ada teman terdekat atau anggota keluarga yang menunjukan gejala dari Anxiety Disorder hadirlah untuk mereka sehingga mereka tidak merasa sendirian. Dan bagi penderita Anxiety Disorder tetap semangat menjalani aktivitas sehari-hari. You will heal, not immediately, but definitely.

DAFTAR PUSTAKA

Felman, Adam. (2018). "What to Know About Anxiety". Diakses dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/323454.php\

Honestdocs. (2019). "Anxiety Disorder: Gejala, Penyebab, Pengobatan". Diakses dari https://www.honestdocs.id/anxiety-disorder

Kata Data. (2018). "Negara-negara dengan Penderita Gangguan Mental Terbesar". Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/09/negara-negara-dengan-penderita-gangguan-mental-terbesar

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). "Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat". Diakses dari http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html

King, Laura. (2010). "Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif". Jakarta: Salemba Humanika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun