- Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah harimau endemik pulau Sumatra, Indonesia. Keberadaan harimau sumatera menjadikan simbol kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Harimau Sumatra menjadi hewan endemik khas yang masih hidup hingga saat ini. Sayangnya, popolasi harimau Sumatera semakin berkurang akibat faktor dari berbagai arah maupun ulah yang dilakukan manusia.
- Dilansir dari situs WWF, secara fisik harimau sumatera jantan dewasa memiliki tinggi hingga 60 cm, panjang kepala hingga kaki mencapai 250 cm dan berat hingga 140 kg. Sedangkan, harimau betina memiliki rata-rata panjang hingga 198 cm dan berat mencapai 91 kg. Â Warna kulit dari spesies ini relatif lebih gelap, dengan lorengnya yang lebih rapat.
- Motif belang yang berada di bulu harimau sumatera lebih tipis dari pada harimau yang lain. Harimau sumatera juga memiliki surai lebih lebat. Harimau Sumatra adalah jenis hewan yang lihai berenang, terdapat selaput di antara jari kakinya. Selaput di antara jari kaki ini memudahkan mereka untuk berenang saat mengejar mangsa.
- Habitat asli harimau sumatera tersebar di berbagi ekosistem hutan, Indonesia, mereka mendiami berbagai jenis kawasan hutan seperti hutan pegunungan, hutan dataran rendah, hutan rawa air tawar dan hutan gambut. Habitat yang didiami oleh harimau Sumatera harus luas dan memungkinkan untuk mereka mencari mangsa, berkembang biak dan mempertahankan wilayah kekuasaannya. Satwa mangsa harimau sumatera seperti rusa, kijang dan babi hutan. Sebagai predator puncak harimau sumatera berperan penting dalam menjaga keseimbangan populasi dan ekosistem hutan secara keseluruhan. Tanpa kehadiran predator puncak seperti harimau Sumatera memungkinkan populasi herbivora melonjak dan mengganggu kelestarian tumbuhan di hutan.
- Sayangnya, hutan sebagai habitat asli harimau Sumatera menyempit akibat aktivitas yang dilakukan manusia. Alih fungsi lahan, pembabatan hutan dan penebangan liar (illegal logging) menjadi penyebab utama berkurangnya habitat asli harimau sumatera. Kondisi ini akan mengancam keberlangsungan hidup harimau sumatera. Selain itu pemburuan liar menyebabkan jumlah harimau menjadi berkurang.
- Alih fungsi lahan hutan (deforestasi hutan) semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Terjadinya alih fungsi lahan biasanya digunakan untuk tempat permukiman, kawasan industri, wisata, jalan raya dan infrastruktur yang lain, kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pertumbuhan masyarakat. Perubahan fungsi lahan pada awalnya dilakukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, namun lama-kelamaan akan menjadi dampak yang justru dapat mengganggu keberlangsungan ekosistem.
- Kegiatan penebangan liar (illegal logging) yang dilakukan menyebabkan kawasan hutan sebagai tempat tinggal dan berlindung bagi harimau maupun hewan lainnya berkurang sehingga akan berpengaruh pada populasi hewan yang terdapat di dalam hutan. Hutan yang dulunya rimbun menjadi lahan terbuka yang merugikan banyak satwa. Hilangnya habitat asli hutan menyebabkan harimau dan hewan yang lain kehilangan sumber makanan, ruang gerak, serta tempat berkembang biak yang aman.
- Karena kondisi habitat yang semakin menyempit dan berkurangnya sumber makanan menyebabkan harimau sumatera memasuki permukiman warga. Tak jarang kondisi ini sering menyebabkan konflik antar manusia dengan harimau. Harimau biasanya mengincar ternak warga untuk dijadikan santapan. Kondisi ini berujung harimau akan ditangkap atau bahkan dibunuh oleh warga untuk melindungi diri dan harta benda mereka.
- Selain itu, perburuan liar juga menjadi faktor ancaman bagi harimau Sumatera. Perburuan liar atau penangkapan liar biasanya dilakukan oleh pemburu dengan menggunakan cara pikat, jerat dan tembak. Dari hasil perburuan, biasanya kulit harimau paling diminati oleh pemburu untuk dijual, karena nilai ekonomisnya yang tinggi di pasar gelap. Ini merupakan trik licik yang dilakukan oleh pemburu untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Tak jarang harimau yang baru di lepasliarkan di hutan menjadi incaran untuk diburu.
- Akibat dari kegiatan deforestasi hutan, illegal logging, konflik harimau dengan manusia dan perburuan liar yang berlanjut, tidak hanya keberlangsungan hidup satwa yang terancam, tetapi keseimbangan ekosistem hutan juga terganggu. Saat ini populasi harimau semakin menurun. Berkurangnya hewan predator ini akan mengganggu rantai makanan dan fungsi ekosistem, sehingga hutan akan kehilangan perannya sebagai penopang kehidupan
- Berapakah jumlah harimau saat ini? Berdasarkan data dari Indonesia.go.id pada tahun 2022, diperkirakan hanya ada 604 ekor Harimau Sumatera di Indonesia, dengan 234 ekor di habitat alam liar dan 370 ekor di kawasan konservasi. Harimau sumatra justru menjadi satwa paling rentan punah di Pulau Sumatra. International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan harimau sumatra sebagai satu satu jenis satwa endemik Indonesia yang terancam punah dengan status kritis (Critically Endangered/CE). Pemerintah juga telah memasukkan harimau Sumatra ke dalam daftar hewan dilindungi seperti yang disebutkan di dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
- Hilangnya harimau Sumatera tidak hanya berarti kepunahan satu spesies, tetapi juga rusaknya keseimbangan hutan. Populasi hewan yang akan terganggu, populasi satwa lain yang melonjak tak terkendali, serta vegetasi hutan akan rusak karena dimakan hewan herbivora. Lambat laun manusia juga akan merasakan dampaknya, seperti meningkatnya hewan herbivora seperti babi hutan dan rusa, penurunan produksi oksigen, penyebaran penyakit, serta kerugian ekonomi.
- Meskipun tantangannya besar, harapan untuk menyelamatkan harimau sumatera masih ada. Kita pun bisa ikut berkontribusi, dengan mendukung penggunaan produk yang tidak menggunakan bagian tubuh hewan yang dilindungi, hingga menyebarkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian satwa. Dengan langkah kecil yang kita lakukan, dampak besar bisa tercipta. Harimau Sumatera akan tetap ada sebagi simbol warisan yang tidak ternilai. Melindungi harimau berati kita sudah berkontribusi untuk melindungi alam seisinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!