Mohon tunggu...
Nabila Anggy Rosita
Nabila Anggy Rosita Mohon Tunggu... Mahasiswa at UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya tertarik dan semangat untuk mempelajari hal baru

Selanjutnya

Tutup

Politik

Laut Natuna dan strategi modern Indonesia: bukan sekedar kapal perang

9 Oktober 2025   10:46 Diperbarui: 9 Oktober 2025   10:46 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau kita bicara soal Laut Natuna Utara, ini bukan cuma tentang ikan atau gas alam. Ini tentang harga diri bangsa dan kemampuan Indonesia menjaga rumahnya sendiri. Tapi di era sekarang, cara menjaga wilayah laut tidak cukup hanya dengan mengirim kapal perang atau membangun pangkalan militer. Dunia sudah berubah, dan begitu juga cara kita harus berpikir soal pertahanan maritim.
Selama ini, Indonesia sebenarnya sudah menerapkan prinsip strategi modern dalam menghadapi tantangan di Laut Natuna. Misalnya, lewat konsep deterrence atau pencegahan. Artinya, kita membangun kekuatan agar negara lain terutama Tiongkok yang sering mengklaim "nine-dash line" tidak berani bertindak seenaknya di wilayah kita. Peningkatan patroli TNI AL dan pembangunan Pangkalan Terpadu di Natuna adalah bentuk nyata dari strategi itu. Bukan untuk cari ribut, tapi untuk menunjukkan bahwa Indonesia siap dan tidak bisa diremehkan.
Tapi kekuatan militer bukan satu-satunya cara. Pemerintah juga menjalankan diplomasi pertahanan cara cerdas untuk menjaga kedaulatan tanpa harus perang. Contohnya, Indonesia aktif bicara di forum ASEAN, mengusulkan kerja sama keamanan maritim, dan menolak klaim sepihak dengan bahasa diplomatik yang tegas tapi sopan. Ini bagian dari prinsip "bebas aktif" yang jadi ciri khas politik luar negeri kita sejak dulu: kita tidak berpihak, tapi juga tidak diam.
Selain itu, ada juga unsur teknologi modern yang mulai dimanfaatkan. Dulu, pengawasan laut masih mengandalkan laporan nelayan atau patroli manual. Sekarang, sudah mulai ada penggunaan radar, satelit, dan sistem pemantauan digital yang bisa melacak pergerakan kapal asing secara real time. Ini langkah maju yang penting, karena kita tidak mungkin menjaga laut seluas itu tanpa bantuan teknologi.
Namun, jujur saja, strategi ini belum sempurna. Masih ada masalah dalam koordinasi antar Lembaga kadang Kementerian Pertahanan, KKP, dan Bakamla berjalan sendiri-sendiri. Padahal, strategi maritim yang modern butuh sinergi. Kalau tidak kompak, hasilnya setengah-setengah. Belum lagi kesadaran masyarakat pesisir soal pentingnya kedaulatan laut juga masih rendah. Banyak yang tidak sadar bahwa keberadaan mereka di wilayah itu sebenarnya ikut menentukan kekuatan Indonesia.
Saya melihat, Indonesia perlu memperluas pendekatan ke depan: tidak hanya fokus pada militer, tapi juga pada pembangunan manusia dan ekonomi laut. Kalau masyarakat pesisir sejahtera dan sadar akan pentingnya laut, mereka bisa jadi "penjaga pertama" kedaulatan. Selain itu, pendidikan maritim harus digalakkan, supaya generasi muda tidak cuma tahu Natuna dari berita konflik, tapi juga dari potensi dan kebanggaannya.
Jadi, menjaga Laut Natuna bukan cuma soal siapa yang punya kapal perang lebih banyak. Ini soal bagaimana Indonesia bisa memadukan kekuatan, diplomasi, dan kecerdasan teknologi dalam satu strategi besar. Kalau semua elemen ini berjalan seimbang, Natuna bukan hanya jadi simbol kedaulatan, tapi juga contoh bahwa Indonesia bisa menghadapi tekanan global dengan kepala tegak dan cara yang beradab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun