Mohon tunggu...
Nabila AshyaMahmuda
Nabila AshyaMahmuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jadilah diri sendiri dan Cintailah diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fenomena Bercocok Tanam pada Masa Pandemi

20 Juni 2021   20:15 Diperbarui: 20 Juni 2021   20:39 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polybag berbentuk kantong yang dapat di gantung (dokpri)

PENGANTAR 

    Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, maka dari itu Indonesia disebut sebagai Negara Agraris. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia sejak dahulu adalah bertani. Dalam hal ini, masyarakat Indonesia memanfaatkan sumber daya alamnya untuk bertahan hidup. Namun, seiring berjalannya waktu kegiatan bertani mulai ditinggalkan oleh masyarakat perkotaan sehingga kegiatan bertani umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan.

    Zaman pun terus berganti dan kebiasaan masyarakat perkotaan pun terus mengalami perubahan, terutama kebiasaan dalam bercocok tanam. Pada zaman modern, seperti saat ini masyarakat perkotaan mulai aktif kembali memanfaatkan lahan sempit untuk bercocok tanam. Kegiatan ini dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Terutama saat pandemi Covid-19 melanda negeri ini sejak tahun 2020. Pada tanggal 2 Maret 2020 pemerintah mengumumkan adanya pasien yang terinfeksi Covid-19. Sejak saat itu kasus positif Covid-19 di Indonesia terus bertambah dan merebah sehingga pemerintah menerapkan sistem lockdown di berbagai daerah.

    Pemerintah juga menganjurkan masyarakat untuk menerapkan Sosial Distancing, Work From Home, School From Home hingga melakukan protokol kesehatan (mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menggunakan masker, dan lain-lain). Akibat dari adanya pandemi Covid-19 ini segala kegiatan menjadi terbatas dan menimbulkan masalah baru pada berbagai sektor, terutama sektor ekonomi dan pertanian di Indonesia. Masalah ketahanan pangan menimbulkan dampak besar di berbagai kalangan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan yang mengalami PHK akibat dari pandemi Covid-19. Mereka memikirkan bagaimana mereka harus mencukupi kebutuhan keluarganya. Banyak di antara mereka yang menjadi produsen penyedia bahan makanan sehingga petani bukan satu-satunya produsen penyedia bahan makanan lagi untuk masyarakat. Mereka juga melakukan kegiatan bercocok tanam guna mempertahankan kebutuhan keluarganya.

     Kegiatan bercocok tanam sudah menjadi hobi baru di kalangan masyarakat perkotaan. Banyak masyarakat yang mulai membudidayakan tanaman sayuran, herbal hingga tanaman hias. Tanaman hias merupakan salah satu tanaman yang sangat digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, karena keunikan daun serta bunga yang dapat meningkatkan nilai keestetikan halaman rumah. Tanaman hias yang sedang populer di kalangan masyarakat sangat diburu dan dijadikan ladang bisnis rumahan bagi beberapa masyarakat, sebagai tambahan pemasukan untuk kebutuhan rumah tangganya. Selain tanaman hias, tanaman herbal dan sayuran juga ikut dibudidayakan di perkarangan rumah. Tidak heran jika kegiatan bercocok tanam pada masa pandemi ini menjadi fenomena yang cukup menarik perhatian masyarakat di berbagai kalangan. Kegiatan bercocok tanam di daerah perkotaan dengan lahan yang minim dapat dilakukan dengan berbagai macam metode alternatif, antara lain dengan metode hidroponik, akuaponik, vertikultur, dan polybag.

TEKNIK BERCOCOK TANAM

    Hidroponik 

     Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa tanah dan menggunakan air sebagai media tanam (Rineksane & Prabasari, 2020:2). Sistem hidroponik ini sudah ada sejak tahun 1.600 (Halim, 2016:8). Dibuku Sylva Sylvarum yang ditulis Francis Bacon (1627), seorang ilmuan inggris, menjelaskan tentang kegiatan membudidayakan tanaman di lahan sempit dan tanah kurang subur (Halim, 2016:8). Sejak itu teknik budidaya tanaman dengan media air semakin berkembang (Halim, 2016:8). Metode ini biasanya dilakukan untuk menanam tanaman sayur-sayuran, seperti bayam, kangkung, tomat, cabai, dan lain sebagainya. Menanam dengan hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam di lahan yang sempit. Hal ini disebabkan, media yang digunakan tidak membutuhkan tanah sehingga cocok untuk diaplikasikan di halaman rumah.

     Teknik Hidroponik ini memiliki 6 sistem dasar, yaitu Wick System (sistem sumbu), Ebb and Flow (pasang dan surut), Floating System (rakit apung), Aeroponik, Nutrient Film Technique, dan Drip Irrigation (irigasi tetes) (Halim, 2016:10). Wick System merupakan sistem hidroponik yang sering digunakan. Sistem hidroponik ini juga tidak menguras kantong, karena bahan dan alat yang murah. Bahkan, kita dapat menggunakan botol bekas sebagai media tanam hidroponik. Dengan menggunakan teknik ini kita tidak perlu menyiram tanaman, karena nutrisi sudah didapatkan dari air (Kurniawati et al., 2020:97). Cara menanam dengan Wick System sangat mudah, yaitu:

  1. Siapkan bahan dan alat yang dibutuhkan, seperti rockwool, bak, kain flanel, gelas aqua, nutrisi AB mix, bibit tanaman sayuran, net pot, dan papan penutup bak;
  2. Untuk melakukan penyemaian rockwool terlebih dahulu dibentuk menjadi beberapa kotak kecil, beri lubang di tengahnya, lalu masukkan bibit tanaman kedalamnya;
  3. Taruh rockwool yang sudah diisi bibit tanaman ke wadah seperti nampan atau tempat makan seukuran rockwool, lalu larutkan satu tutup botol nutrisi AB mix dengan air 1 liter;
  4. Tuangkan air larutan AB mix tadi ke wadah yang sudah tersedia rockwool secukupnya hingga rockwool lembap. Tuangkan larutan jika rockwool mulai kering;
  5. Biarkan di dalam ruangan hingga hari ke-2, setelahnya kecambah tadi boleh dijemur matahari selama 1 jam. Perkecambahan ini dilakukan selama 2 minggu.
  6. Menjelang pindah tanam tambahkan waktu menjemur agar tanaman kuat saat pindah tanam. Jika sudah 2 minggu maka tanaman harus pindah tanam;
  7. Siapkan media hidroponik, isi bak dengan air setengah ukuran bak. Lalu, campur dengan AB mix masing masing 500 ml ke dalam bak dan aduk hingga rata. Lubangi papan sebagai tutup bak dengan jarak 5 cm;
  8. Beri kain flanel pada lubang net pot taruh satu kotak kecil rockwool yang berisi tanaman tadi ke dalam netpot. Taruh netpot di atas tutup bak yang sudah dilubangi. Perhatikan pertumbuhan tanaman dan pastikan tidak kekurangan nutrisi dan cahaya matahari.

    Akuaponik 

      Akuaponik merupakan gabungan sistem akuakultur dengan teknologi hidroponik dalam satu sistem untuk mengoptimalkan penggunaan air dan tempat sebagai media pemeliharaan (Kurniawati et al., 2020:98). Teknik ini sangat mementingkan kualitas air, karena tidak hanya melakukan budidaya tanaman. Namun, juga budidaya ikan. Cara kerja teknik ini, seperti hidroponik, tetapi tidak memerlukan nutrisi AB mix, karena nutrisi untuk tanaman sudah digantikan dengan kotoran ikan itu sendiri (amonia). Semakin banyak tanaman yang ditanam, maka semakin efektif pengurangan amonia, karena amonia yang diserap kangkung dari akar sehingga tidak perlu lagi menguras air. Manfaat dari adanya teknik akuaponik ini, yaitu dapat membudidayakan ikan sekaligus membudidayakan tanaman dalam satu media yang sama, modal yang jauh lebih murah dari hidroponik itu sendiri, dan juga dalam perawatannya tidak rumit hanya menyediakan makanan untuk ikan. Rekomendasi jumlah pakan ikan setiap hari dalam sistem akuaponik adalah untuk sayuran daun 40-45 gram pakan per m2  per hari dan untuk sayuran buah 50-80 gram pakan per m2  per hari (Sastro, 2016:29).

Vertikultur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun