Mohon tunggu...
ranny m
ranny m Mohon Tunggu... Administrasi - maroon lover

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Terjebak Memori Valentine

10 Februari 2020   10:13 Diperbarui: 10 Februari 2020   10:21 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Februari. Bulan yang identik dengan cinta, merah jambu atau pun coklat. Mengapa? Karena ada tanggal 14 di bulan ini yang disebut dengan hari Valentine. Nggak ngerti sih gimana asalmulanya. Banyak pendapat. Dan aku memilih untuk tidak membahas itu secara rinci. Aku hanya ingin sejenak menjebakkan diri sendiri pada memori Februari bertahun-tahun silam.

Kadang, terjebak memori itu tidak selamanya pilu. Yah, bahkan kadang kita perlu meluangkan secuil waktu untuk menjebakkan diri sendiri ke masa lalu. Untuk apa? Untuk memanggil kembali rasa yang mungkin sudah lama tak terasa. Atau untuk bersyukur dan mengambil pelajaran dari kisah yang telah berlalu. Atau bahkan untuk mentertawakan betapa bodoh atau naifnya kita kala itu. Atau pun untuk menyadarkan kita sudah setua apa kita hari ini.

Tentang valentine 17 tahun silam. Valentine yang sulit dilupakan. Kala itu masih kelas 3 SMP. Masih unyu-unyunya. Dan bukan kategori anak popular juga sih, jadi nggak begitu banyak yang naksir. Tapi bukan yang cupu-cupu banget juga. Ini kisah anak laki-laki yang kata orang sih "my first love".

Dulu kami sering satu angkot bareng, karena rumahnya searah meskipun sekolahnya beda. Jadi sering ketemu. Actually kami satu almamater SD sih! Singkat cerita, kelas 2 SMP aku mulai menyukainya. Yah, ala-ala bad boy pada jamannya sih.

Yang baju seragamnya nggak pernah dimasukin, yang kadang-kadang keliatan pegang rokok, yang gaya rambutnya sok-sok kekinian macam David Beckam. Dan ketika mengenangnya, aku jadi tertawa dalam hati sendiri. "Kok bisa-bisanya dulu sukanya yang model gitu dah?" Ahahahahahaa!

Waktu itu 14 Februari 2003. Sehari sebelumnya, aku sudah beli coklat. Toblerone! 2! Satu sudah kuberikan ke teman sebangkuku waktu kelas 2 SMP, yang satu lagi tersimpan manis di tas sekolah. Bener-bener coklat aja, tanpa pita, tanpa ucapan.

Siang itu aku tunggu dia di halte. Biasanya kami bertemu di sana dan naik angkot yang sama. Bukan takdir! Hanya aku yang sengaja menunggunya. Menunggunya datang dan naik angkot yang ditumpanginya. Ah bucin sekali! Selang beberapa menit dia datang. Dia duduk depan samping supir di angkot itu dan aku duduk di belakang. Tak ada percakapan. Ya iyalah, gimana mau ngobrol, kan duduknya terpisah jauh. Aku bahkan bingung bagaimana cara memberikan coklat ini untuknya. Ah lucu sekali!

Akhirnya aku turun angkot lebih dulu karena rumah dia lebih jauh dari rumahku. Ketika aku turun, aku berikan ongkosnya ke Pak Supir yang otomatis aku melewatinya yang duduk di depan tadi. Uang kuberi ke Pak Supir, coklat kuberikan padanya. Dududuuw so sweet!

"Ini untuk lo!" Dengan deg-degan kuberikan padanya.

"Eh apaan?" Tanyanya

Aku sudah keburu berbalik saking geroginya dan Pak Supir pun sudah menginjak pedal gas angkotnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun