Mohon tunggu...
Mohammad Yoga Pratama
Mohammad Yoga Pratama Mohon Tunggu... -

Ordinary people working for government, happy husband with wife and two children, experience seeker by travelling abroad, and lovely father who'd like to stay at home and play with the kids

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sebarkan Berita Baik Tentang Jokowi dan Prabowo

31 Mei 2014   02:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:55 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan ini sering sekali kita lihat di berbagai media elektronik maupun media sosial segala bentuk kampanye negatif atau kampanye hitam yang mengumbar kejelekan kedua capres. Kita sebagai pemirsa media elektronik maupun pemilik akun di berbagai media sosial tentunya merasa gerah dengan kondisi tersebut. Oleh sebab itu, melalui tulisan ini, saya ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk berbuat lebih baik dalam mendukung kedua capres, agar pemilu yang akan datang berlangsung dalam keadaan damai dan lancar. Caranya adalah dengan mengkampanyekan Gerakan Sebar Berita Baik tentang Jokowi dan Prabowo. Mungkin ada yang menganggap saya lebay melakukan hal ini, tapi tidak apa-apa, karena buat saya, melakukan hal baik untuk mendapatkan pemimpin yang baik insha Allah akan direstui oleh Allah SWT.

Jokowi sebagai calon Presiden RI punya kekurangan, Prabowo juga punya. Jokowi ada kelebihan, Prabowo juga pasti ada. Skrg mari kita beri contoh yang baik-baik tentang keduanya:

1. Prabowo dikatakan memiliki kemampuan berbicara 3 bahasa asing, Inggris, Prancis, dan Spanyol. Bisa 4 bahasa malahan kalo selama di Yordania dia juga bicara bahasa Arab. Kemampuan bicara satu atau lebih bahasa asing ini sangat dibutuhkan oleh kandidat calon presiden karena dia harus menghadapi banyak sekali pertemuan internasional level tinggi, level kepala negara yang butuh kemampuan berbahasa asing, misalnya ASEAN Leaders Meeting, ASEAN+3 Leaders Meeting, ASEAN+6 Leaders Meeting, APEC Leaders Meeting, World Bank Annual Meeting, IMF Annual Meeting, ADB dan IDB Annual Meeting, G-20 Leaders Meeting dan masih banyak lagi.

Dalam setiap pertemuan tersebut, masing-masing kepala negara atau kepala pemerintahan biasanya tidak didampingi oleh siapapun, kecuali dirinya sendiri dan Tuhan, dalam mewakili negaranya, tidak juga seorang penterjemah, karena saat ini yg digunakan adalah translation devices berupa box penterjemah yang bisa mentranslasi isi pertemuan ke dalam berbagai bahasa resmi PBB, dan Indonesia bukan bahasa resmi PBB, jadi setidaknya Presiden RI harus bisa bahasa Inggris.

Biasanya pula, dia akan diminta menyampaikan speech, yang memang sudah disiapkan sebelumnya, atau bahkan spontaneous speech yang biasa disampaikan oleh para pemimpin besar dunia. Dalam hal ini, saya menilai Prabowo punya nilai lebih dari Jokowi, karena berdasarkan rekam jejaknya, Prabowo sepertinya lebih advanced dalam hal ini. Melalui kemampuan yang dimiliki Prabowo, secara sederhana kita berpendapat, Indonesia tidak akan mudah dibohongi oleh bangsa lain, karena ketika mereka membicarakan Indonesia, kita mengerti apa yang mereka bicarakan dan apa yang mereka rencanakan. Selain itu, dengan menguasai bahasa asing, kita juga akan lebih mudah menyampaikan keinginan-keinginan Indonesia kepada dunia internasional terkait dengan kemajuan bangsa ini ke depannya.

Sementara Jokowi, saya belum pernah melihat dia bicara bahasa Inggris atau bahasa lainnya. Mungkin saya sendiri yang belum berkesempatan melihat dia bicara bahasa asing, padahal mungkin orang lain sudah banyak yang melihat Jokowi bicara bahasa asing. Dalam hal ini pula, saya merasa Jokowi harus melakukan upaya lebih untuk bisa mencapai kebutuhan tersebut.


Jangan pula kemudian menafikkan hal ini, dengan menyampaikan pendapat "itu tidak lebih penting dibanding mengurus persoalan dalam negeri", karena dalam kondisi pergaulan internasional saat ini yang sudah begitu complicated, keberadaan suatu negara dalam konteks hubungannya dengan negara lain menjadi sama pentingnya dengan urusan dalam negeri negara tersebut. Kalau anda masih berpikiran seperti itu, anda yang naif.

2. Di sisi lain, Jokowi dikatakan bisa lebih menangani urusan pemerintahan dalam negeri karena lebih punya pengalaman dalam pemerintahan, lebih bisa dekat dengan rakyat, lebih banyak tahu persoalan riil di masyarakat karena dia senang turun ke bawah, dan lebih cepat merespon kebutuhan masyarakat.

Tipe pemimpin seperti ini, menurut sebagian orang, bisa jadi dianggap lebih cocok bagi Indonesia saat ini, karena berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia, seperti kata Anies Baswedan dalam debatnya dengan Mahfud MD di Mata Najwa beberapa hari lalu, masih berupa persoalan-persoalan elementer yang butuh penanganan langsung melalui mungkin metode blusukan yang dimodifikasi. Kenapa saya sebut dimodifikasi, karena kalo masih pake metode blusukan seperti yang Jokowi jalani saat ini, seperti kata Ahmad Yani dalam Mata Najwa juga, apa cukup dilaksanakan dalam 5 tahun?

Persoalannya sekarang, dalam konteks pemerintahan dalam negeri, apakah cukup pengalaman Jokowi sebelumnya di Solo dan Jakarta membantu dirinya mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini? Dengan dukungan yang kuat dari pemerintahan yang akan dibentuknya nanti apabila dia terpilih jadi RI-1, saya yakin Jokowi bisa. Tapi tidak sesederhana itu. Dalam hal ini, Jokowi harus bisa membuktikan kalau dirinya sendiri pun bisa memberikan jaminan bahwa ia akan mampu menjalankan pemerintahan dengan baik, dengan koalisi ramping yang ada saat ini. Sebagai media darling, entah atas kemauannya sendiri atau bukan, sedikit banyak kita memperoleh gambaran bahwa Jokowi sepertinya memang dicintai masyarakat yang pernah dipimpinnya. Hal tersebut bisa kita lihat dengan berbagai sambutan yang diberikan ketika Jokowi mengunjungi satu daerah tertentu. Tapi sekali lagi, itu bukan patokan.

Kembali mengutip perkataan Anies Baswedan, yang entah di set sedemikian rupa atau tidak di Mata Najwa, nilai lebih dari Jokowi adalah ketika dia datang dengan "kebaruan", ide-ide baru yang selama ini belum terpikirkan. Kalau ada yang bilang optimalisasi rumah susun, pembangunan kampung deret, atau pembebasan waduk dan upaya mewujudkan MRT di Jakarta bukan ide baru, setidaknya yang patut kita syukuri adalah semuanya bisa terwujud di masa kepemimpinan Jokowi di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun