Gimana rasanya patah hati setelah tujuh tahun bersama dan mulai terlihat tanda-tanda menyerah? Eitsss, ini bukan tentang romansa. Ini merupakan kisah nyata antara saya dan laptop ASUS Vivobook yang saya beli di tahun 2018.Â
Usianya sudah tujuh tahun membersamai saya. Terlahir banyak karya dan entah berapa ratus pekerjaan bisa selesai melalui laptop yang berbobot lumayan berat. Iya tipe laptop dulu kan masih rada gede, gombrong dan bobotnya lumayan.Â
Tepatnya bulan Agustus, di tanggal tanggung bulan. Si laptop ASUS ini mulai memberikan sinyal tak sehat. Suaranya menderu, bising. Lalu sempat blank dan saya diamkan beberapa hari. Saat saya nyalakan ulang, masih sama. Akhirnya saya mengingat kembali mata kuliah tentang cara kerja hardware & software perangkat.Â
Beberapa yang dosen bahas dan sampaikan, ajaibnya masih saya ingat. Tentu akan menjadi ladang amal jariyah bagi dosen saya karena sudah memberikan ilmu bermanfaat.Â
Sudah saya tebak kerusakan dan masalahnya. Lalu tidak mau gegabah service, saya cari orang yang memang kenal dan bisa di percaya. Iya, saya tuh nggak punya peralatan buat buka laptop. Dulu ada lengkap, pas sudah lulus beberapa tahun saya hibahkan buat yang emang suka service. Tebakan saya benar. Ada satu komponen yang mesti diganti.Â
Perkiraan biaya service yang awalnya hanya berkisar di angka Rp250.000,- mulai membuat saya ngecek di beberapa marketplace harga salah satu komponen yang mesti di ganti. Syukurlah perkiraan saya nggak meleset, bahkan tepat Rp400.000,-Â
Inilah pentingnya peranan dana darurat. Tanggung bulan, ekonomi melemah, laptop satu-satunya buat berkarya dan bekerja rusak. Aduh, patah hati bukan main. Apalagi dompet kembang-kempis.Â
Tetapi saya bersyukur, setidaknya yang memperbaiki cukup amanah. Walaupun komponen pengganti ini tuh standar banget dan sudah tertebak setelah perbaikan akan agak effort (tidak sat-set cepat kayak biasanya). Ini resiko dari sebuah perangkat.Â
Diatas lima tahun dengan pemakaian bener-bener gila dan sering diajak kerja keras berminggu-minggu tanpa istirahat. Yaaa pernah kerja di salah satu vendor teknologi informasi dan dapat tantangan project membuat sistem, otomatis laptop saya biarkan menyala terus sambil mikirin alur dkk nya.Â
Belum lagi dalam keseharian pun bisa dari pagi sampe menjelang tengah malam baru di matikan laptopnya. Kalau weekend, malah movie marathon. Kacau banget kan? Di porsir maksimal dan kayaknya si empunya ini nggak mau rugi hahaha.Â