Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|Suka bercerita lewat tulisan|S.kom |www.lalakitc.com|Web Administrator, Social Media Specialist, freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merenungi Banyak Hal Setelah Deep Talk

1 Mei 2025   18:00 Diperbarui: 1 Mei 2025   18:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana terang bulan di stasiun Bogor (Dokpri/mynotetrip)

Seiring berjalannya waktu, hidup menuntun saya untuk kembali menjadi pekerja full time dan harus pulang-pergi Bogor Jakarta hampir setiap hari. Saya bersyukur, akhirnya mendapatkan penghasilan lagi setelah sempat enam bulan harus rajin mencari pekerjaan baik via menulis, konten reels dan peluang baik lainnya.

Tantangannya sangat berbeda dari beberapa tahun kebelakang. Saat ini KRL di jam-jam berangkat dan pulang kerja, selalu padat merayap oleh para pengguna. Semakin digandrungi karena paling ekonomis. 

Di Jakarta, saya berkutat dengan hal-hal yang harus serba cepat dan tetap teliti. Ketika menginjakkan kaki ke Bogor, jam 20.00 WIB area rumah (masih daerah Kota) sudah lumayan sepi. 

Kadang suka bertanya dalam hati "sampai kapan ya saya akan jalani peran seperti ini?" Tentu bukan maksud berkeluh atau melemah. Hanya saja memang jarak dan waktu yang terbuang di perjalanan lumayan banyak juga. 

Maka saya pun coba cari-cari solusi secara pelan dan terstruktur. Sesekali saya ajak orangtua mengobrol sepulang bekerja. 

Dari Deep Talk Jadi Merenung

Rupanya orangtua pun sudah senang melihat saya di tahun 2022 sampai pertengahan 2024 karena sering kerja dari rumah atau WFH (Work from home). "Lebih efektif dan hemat tenaga. Kemudian kamu sehat juga"Ujar bapak. 

Meski begitu bapak mengingatkan untuk menjalani tugas dan tanggung jawab yang sekarang dengan sebaik mungkin dan tinggalkan jejak baik. Tentu, integritas dan kualitas kerja harus terekam baik di ingatan atasan dan rekan kerja. Hal baik ini akan membuka banyak peluang luar biasa dan semesta kadang akan lebih baik membuka kesempatan yang makin besar.

"Hidup sederhana aja, atur uang gaji yang didapatkan. Kalau bisa nabung dan investasi. Siapin 5-10 tahunan kedepan, bikin masa itu kami nggak perlu bulak balik Bogor-Jakarta setiap hari" Nasehatnya sangat melekat diingatan dan sebetulnya saya pun sudah hidup cukup hemat namun kadang suka ada aja pengeluaran tak terduga nya .

Dari sisi biaya transportasi pulang pergi pun, secara rincian sederhana: Naik ojol dari rumah ke St Bogor Rp10.000 naik KRL Rp5.000,- naik Busway Rp3.500,- kalau jam pulang kerja busway padat parah dan macet luar biasa, kadang jadi memutuskan naik ojek online untuk memangkas waktu agar tiba lebih cepat ke stasiun terdekat. Kalau ditotal ya lumayan juga. 

Untuk makan siang, Alhamdulillah bekal. Sesekali dapat traktiran dari atasan juga. Camilan? Kadang bekal. Kayak beli buah kiloan di stok di rumah, camilan hasil bikin dan lainnya. Pengeluaran terbesar memang untuk transportasi dan membantu kehidupan sehari-hari orangtua serta keponakan. 

Maka saya pun rajin mengambil kerjaan tambahan seperti: menulis artikel, membuat konten reels, ikutan lomba menulis, lomba reels, lomba foto, kuis. Hal-hal ini saya rasa tidak mengganggu pekerjaan utama dan bisa saya kerjakan saat di perjalanan berangkat atau pulang (jika memungkinkan) Kalau tidak ya kerjain di rumah misal lagi libur atau sepulang kerja. 

Dari tambahan-tambahan receh tersebut, saya tabung sedikit demi sedikit. Harga emas batang melambung dan jujur saya agak kesulitan buat investasi di bidang tersebut. Meski begitu saya paham investasi logam mulia itu menguntungkan di masa mendatang (10-20 tahun kedepan). 

Investasi Kebun & Sawah

Berhubung daerah kami masih ada lahan perkebunan dan pesawahan, bapak menyarankan kumpulkan uang untuk membeli tanah kebun atau tanah sawah dan saya paham bapak bisa mengelolanya dengan baik.

Kebun Jagung di Sukabumi (Dokpri/mynotetrip)
Kebun Jagung di Sukabumi (Dokpri/mynotetrip)

Opsi ini lumayan, meski harga keduanya malah lebih tinggi lagi dari Logam mulia. Namun kebun dan sawah jadi lahan produktif yang bisa terus menghasilkan selama cara mengelolanya tepat. 

Maka dari situ saya jadi merenung dan semakin berpikir jauh kedepan. Bolehlah masa muda ini diisi dengan sibuk luar biasa, namun harus tetap punya arah dan tujuan. Kebebasan keuangan perlu diupayakan dan menjadi karyawan terus-menerus bukan salah satu impian tetap saya juga sih. 

Sering menjadi marketing buat produk homemade yang orangtua bikin, membuat saya sadar kalau diri ini punya kemampuan menjual juga. Mungkin bila ada modal dan kesempatan tepat, saya akan coba juga untuk punya usaha sampingan yang bisa kasih tambahan penghasilan di luar dari gaji. 

Kemudian terus mempelajari dunia pertanian bahkan peternakan di masa kini. Setidaknya saya punya banyak gambaran teori dan nantinya bisa di praktikkan. 

Tetap butuh bekal ilmu yang mumpuni dan kesiapan mental jika memutuskan menjadi wirausaha. Harus memahami teknik marketing untuk meningkatkan penjualan dan mengelola keuangan secara lebih tepat. 

Jika usaha yang dirintis berkembang, tentu harus mampu menghandle SDM yang akan bekerja di tempat usaha kita. Butuh ilmu dan sharing pengalaman dari orang-orang yang telah berkutat langsung dibidang tersebut. 

Dari sebuah deep talk, menghasilkan banyak perenungan. Tentang bagaimana kondisi diri di lima tahun hingga sepuluh tahun mendatang, apabila masih diberikan kesempatan untuk hidup sama yang kuasa. 

Manusia Berencana dan Pencipta Menentukan

Sebagai manusia biasa, harus ingat juga kalau manusia ini hanya sebagai perencana, berusaha dan berdoa. Selebihnya yang menentukan ya sang Pencipta. Maka harus tersisa ruang tawakkal dan mampu menerima ketetapan dariNya. 

Dengan begitu, tetap bisa bangkit meski sesekali menemui kegagalan dan selalu yakin bahwa segala usaha yang di ridhoi sang pencipta pasti diberikan ujian dan nantinya naik kelas. 

Jadi gimana, apa saja yang sudah kamu pikirkan di usia 30-an awal? Tentu tidak harus sama ya sobat kompasiner. Percaya atau tidak garis start dan kondisi setiap orang berbeda-beda juga. 

Bahkan di lima tahun pertama saya bekerja, bersyukur bisa membiayai kuliah diri sendiri dan membantu perekonomian keluarga tanpa punya tabungan. Memang kuncinya harus sabar dan berusaha mencari solusi atas hambatan-hambatan yang menghampiri kehidupan. 

Semakin banyak ujian yang dilalui, maka naik kelas menjadi sebuah keniscayaan dan cara memandang hidup akan lebih berbeda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun