Mohon tunggu...
PPK ORMAWA HIMATIKA UNIMUS
PPK ORMAWA HIMATIKA UNIMUS Mohon Tunggu... Mahasiswa

PPK Ormawa HIMATIKA UNIMUS adalah tim mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui inovasi berbasis potensi lokal. Program tahun 2025 mengusung tema “Inovasi Hilirisasi Jambu Biji Merah” untuk mewujudkan desa agropreneur mandiri dan berkelanjutan di Ngargosari. 🌿

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ketika Limbah Jambu Disulap Jadi Kompos: Cerita Pemberdayaan Petani Ngargosari

5 Oktober 2025   09:30 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:30 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai bagian dari usaha nyata untuk memberdayakan masyarakat di desa, Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) yang diprakarsai oleh HIMATIKA Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) hadir di Desa Ngargosari dengan membawa semangat untuk memanfaatkan potensi lokal secara berkelanjutan. Desa Ngargosari sendiri terkenal sebagai salah satu daerah penghasil jambu biji merah, namun sampai sekarang limbah dari hasil panen jambu tersebut belum dikelola dengan sebaik mungkin. Menyadari hal ini, tim mahasiswa mengadakan pelatihan yang diberi nama Getas Hijau. Pelatihan ini mengajarkan bagaimana cara mengubah limbah jambu biji merah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan sekaligus menguntungkan dari sisi ekonomi bagi para petani. Pelatihan ini diikuti oleh peserta yang mayoritas adalah para bapak petani, yaitu mereka yang memang terlibat langsung dalam budidaya jambu di desa tersebut.

Pelatihan ini dirancang dengan metode yang bersifat partisipatif dan langsung dipraktikkan. Kegiatan dimulai dengan mengadakan pretest atau tes awal yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman peserta mengenai konsep limbah, manfaat pupuk organik, dan pentingnya pertanian yang berkelanjutan. Setelah pretest, tim pelaksana memberikan materi teori yang berisi penjelasan mengenai macam-macam limbah organik yang ada, manfaat pupuk kompos bagi kualitas tanah dan pertumbuhan tanaman, serta tahapan-tahapan dasar dalam proses pembuatan pupuk kompos.

Tidak hanya memberikan penjelasan saja, tim fasilitator juga melakukan demontrasi secara langsung bagaimana proses pembuatan kompos itu berlangsung. Demonstrasi meliputi mulai dari pengumpulan limbah organik, pencacahan atau pemotongan bahan limbah agar lebih mudah diolah, pencampuran limbah dengan bahan tambahan seperti tanah gembur, daun kering dan bakteri pengurai efektif (EM4), hingga proses fermentasi yang dilakukan dalam wadah tertutup agar bahan organik dapat terurai dengan baik.

Demonstrasi praktek yang dilakukan langsung di depan peserta ini memberikan gambaran yang jelas dan nyata, sehingga para peserta kemudian diberi kesempatan untuk mencoba sendiri proses pembuatan kompos tersebut dengan bimbingan dari mahasiswa sebagai pendamping. Saat praktik berlangsung, antusiasme para petani sangat tinggi, mereka aktif mengajukan pertanyaan dan juga berdiskusi selama sesi tersebut berlangsung. Setelah kegiatan praktik selesai, peserta kembali mengikuti posttest atau tes akhir untuk mengukur peningkatan pemahaman mereka setelah mengikuti pelatihan. Hasil dari posttest menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan para peserta, serta munculnya ketertarikan dan motivasi untuk melakukan pembuatan kompos secara mandiri di lahan atau kebun mereka masing-masing.

Pada sesi tanya jawab yang menjadi penutup dari kegiatan ini, para peserta banyak menyampaikan pertanyaan yang bersifat teknis, seperti apa bahan terbaik yang bisa digunakan untuk membuat kompos, serta kemungkinan kerja sama atau kolaborasi yang dapat dilakukan ke depannya. Diskusi yang berlangsung berjalan dengan sangat dinamis dan memberikan ruang bagi pertukaran ilmu yang positif antara peserta dengan tim pelaksana.

Bagi mahasiswa yang menjadi pelaksana, pelatihan ini memberikan pengalaman langsung dalam proses memberdayakan masyarakat. Mereka dapat memperkuat kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan keterampilan memecahkan masalah yang ditemui di lapangan. Interaksi langsung dengan para petani juga membuka wawasan baru bagi mahasiswa mengenai kondisi dan tantangan yang dihadapi dalam dunia pertanian desa. Respon yang diberikan oleh para peserta terhadap pelatihan ini sangatlah positif. Mereka merasa bahwa pelatihan yang diberikan sangat praktis, mudah diaplikasikan di lapangan, dan mampu mengatasi masalah-masalah nyata yang mereka hadapi, terutama terkait limbah hasil panen dan kesuburan tanah. Pelatihan Getas Hijau ini menjadi titik awal yang penting untuk menumbuhkan kesadaran baru di kalangan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah pertanian secara bijak dan produktif.

Sebagai bentuk kelanjutan dari program ini, tim PPK Ormawa HIMATIKA UNIMUS berencana untuk melakukan monitoring secara rutin dan memberikan pendampingan teknis lebih lanjut bagi para peserta yang ingin terus memproduksi pupuk kompos secara berkelanjutan. Dengan adanya langkah ini, kegiatan pelatihan bukanlah sebuah kegiatan yang berhenti begitu saja, melainkan menjadi awal dari terbentuknya gerakan petani yang mandiri dan menjalankan pertanian yang berkelanjutan di Desa Ngargosari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun