Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Taktik Perang Gerilya di Papua dan Aceh; Jangan Katakan Kriminal Biasa

10 Januari 2012   09:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:05 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13261861231372294360

Menyaksikan eskalasi dan ragam serangan --- itu test-case Perang Gerilya !Anasir itu cerdas --- mereka cerdas membaca situasi dan kondisi Indonesia’

 

Taktik perang gerlya --- kemenangan didapat dari remeh-temeh dan tidak terduga ---- lawan lengah.

 

Situasi Papua, kondisi sosial di kedua propinsi, intensitas hubungan dengan Pemerintah Pusat --- kecendrungan opini dan dukungan internasional. Mereka merebut opini dengan penembakan sasaran buruh Freeport atau anggota masyarakat lainnya. Mereka memetik kredit opini --- akan menggarap eskalasi lebih lanjut. Terutama eskalasi isu dan reaksi pihak pemerintah.

 

Situasi di Aceh --- pada bae. Jangan dianggap dengan inisiatif Perdamaian Helsinki --- lantas status daerah istimewa, suasana damai bisa langgeng. Keliru menganggap cita-cita kedaulatan Aceh telah berakhir. Ingat konsiderans perjuangan pemberontakan DI/TII sampai GAM --- bahwa Kerajaan Aceh masih dalam status perang dengan Pemerintahan Hindia Belanda. Kedaulatan NKRI telah ddukung dengan konsekwen oleh Rakyat Aceh --- tetapi janganlah Pemerintah mengecewakan, tidak efektif.

 

Anasir di Aceh telah melihat bahwa, Pemerintah tidak efektif --- mereka melakukan test-case perang gerilya dengan situasi dan kondisi saat ini.

 

Perang Aceh pasca Kemerdekaan RI telah merupakan pengalaman berharga bagi mereka --- sudah menjadi kodifikasi kesejarahan, kodifikasi teori dan praktek --- mereka telah mempunyai Network dan SDM yang sekaliber Panglima dan Jenderal.Apakah Jenderal dan Politisi Indonesia menyadari itu ?

Tampaknya mereka tidak menyadari dan peka --- maka proses perdamaian disimpulkan, segalanya terkendali.No !

 

Anasir separatis mengevaluasi :

 

1. Pemerintahan tidak efektif dan lemah

2.Prinsip Perang Gerilya adalah mendahului melakukan inisiatif, pembunuhan dan sabotase

3.Memperhitungan kekuatan lain yang juga merupakan faksi, atau kekuatan dominan yang akan tampil.

Kaum Republiken, para Patriot Proklamasi, para Nasionalis harus waspada--- ulasan diatas baru menyangkut anasir di dalam negeri --- hati-hati dan waspadalah Kekuatan Asing pun sedang menanti “kematangan momentum”.

“Mereka” akan datang dengan :

 

 

  1. Ide penyelesaian ketertiban, bantuan intervensi
  2. Memanfaatkan PBB kalau terjadi situasi chaos dan ancaman kemanusiaan
  3. Selanjutnya merumuskan Nusantara seperti model Negara Balkan, atau Mesir, atau Libya, atau model-model lain di Timur Tengah.

 

Kalau Budaya Korupsi tidak dikikis habis --- tampaknya nasib Nusantara akan ditakdirkan seperti Kompeni memperlakukan Kerajaan Mataram --- menjadi Surakarta dengan Yogyakarta --- setelah itu model Hamengkubuwono dan Pakualaman.

 

Lha apakah anak cucu Dokter Wahidin dan Tan Malaka, dan Sultan Hamengkubuwono IX, mau --- diacak-acak seperti Orang Dungu sekelas nenek moyang yang mentah-mentah dikibuli para Kolonialis ?

 

Enggak mau ?Segera lakukan

 

-Berantas Budaya Korupsi di Indonesia dengan tegas dan nyata --- kuasai Ilmu Perang Anti Gerilya.

-Aja neko-neko sira !

[MWA] (PolhankamNet -40)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun