Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cincin batu Sulaiman, Batu Pelanangan --- Mila Yakin Mas Bejo Telah Membuahi Ovumnya (BCDP -04/11)

24 Maret 2012   09:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13325841131686923956

Pasar Rawabening ramai padat --- di sini segala batu ada, dari yang bakalan permata dan batu cincin , sampai permata dan perhiasan dengan potongan dan gosokan Amsterdam. Ia hanya akan belanja batu dari Australia dan batu safir Birma. Ia harus waspada ancaman pencopet dan penawaran batu sintetis.

Di pelataran luar pasar ia menemukan seseorang yang sedang menggurinda batu Sattam yang sangat keras. Ia mendapat tawaran bermacam-macam batu akik dan berjenis-jenis Safir --- ia hanya menimbang-nimbang dan mempelajari tawaran-tawaran.

Mengingat pasaran dia adalah suasana bathin magis, di tempat ziarah dan kantor-kantor pejabat ---maka batu dagangannya harus yang mempunyai latarbelakang magis dan keajaiban. Itu strategi dagangnya.

Di warung kopi Bejo merenung --- ia akan menghadap ayah Mila, konon ayah Mila bersikeras menolak dirinya, sebagai calon suami Mila. Bejo sedang mengalihkan perhatiannya pada Ukir keris gaya Surakarta berbahan kayu Nagasari. Ia penasaran tawaran ibu Diah yang telah memberikan kartu namanya. Batu Sulaiman Pelanangan.

 

 

 

Ia ingat ajudan Bupati, Kang Purwadi --- konon Bupati mencari batu-batu ajaib, sampai-sampai batu Mirah Delima yang harganya selangit. Di mana pula akan dicari batu ajaib itu, cara pengujian asli tidaknya saja sudah rumit, pikir Bejo dalam hati.

Keris Majapahit dan Tongkat kayu Nagasarinya telah terjual --- ia masih mempunyai modal. Ia kembali mengenang Mila --- “mas, aku yakin benihmu sedang tumbuh di rahimku. Aku senang akan mempunyai anak --- kamu ?”

Memang Mila berbahagia sekaliseandainya ia bisa hamil --- ia takjub dengan persetubuhan, tetapi ia akan lebih takjub seandainya ia bisa hamil.Mila selalu mengutuk para wanita yang melakukan aborsi, membuang bayi atau bahkan membunuh bayi --- anak mereka sendiri.

Bejo telah berhasil mem-barter keris kunonya--- keris ber- warangkaSandang Walikat dengan 8 keris masa kini --- ukuran kecil berwarangka Gayaman dengan berbagai pamor --- cantik-cantik.Banyak pejabat dan PNS sekarang mencari keris jenis kecil itu.

Bejo akan menjualnya dengan harga berlipat-lipat --- dia tinggal memberi ilustrasi dongengan keampuhan keris bertuah itu --- disenangi atasan, dapat posisi basah, kalau korupsi pasti selamat. Dia teringat Bu Syamsiah Jaksa yang menyuruhnya mencari keris Patrem yang pernah digunakan Ken Dedes.Malah telah memberi voorschot Rp 2 juta untuk memburu keris itu.

Bejo akan ke rumah Bu Diah --- dia akan melihat batu pelanangan yang ditawarkan, juga dia konon mempunyai Cundrik, yang menjadi tusuk konde selir PB II, yang dibuat oleh Mpu Nyai Sombro.

Malam selepas Magrib mas Bejo mendatangi rumah pak Marah Hasan, anehnya tuan rumah itu ditunggu-tunggu tidak muncul-muncul --- Bu Kastiah, ibu tiri Mila mengambil inisiatif --- mereka berunding bertiga.Mila berbisik ke telinga ibu tirinya, “Hamil atau tidak, saya harus menikah dengan mas Bejo --- saya tidak perlu menikah dengan pesta-pesta, cukup Ijab Kabul dan selamatan sekedarnya.”

“Bu, mas Bejo akan pulang besok sore --- ibu tolong sadarkan ayah, saya ingin kawin tahun ini juga, saya sudah keburu tua bu,”Mila menangis di pangkuan ibu-tirinya.

Kemarin malam, “Mas, mas mau ‘kan menikahi saya --- walau tanparestu ayah ?” Mas Bejo mengangguk ngambang. Lantas ia menunjukkan pada Mila, batu Sulaiman berwarna kecoklatan kuning keemasan dengan konfigurasi, gambaran keris dengan warangkanya, ukirnya keputihan jelas melambangkan kepala naga --- konfigurasi itu juga sebenarnya bisa terlihat seperti berbentuk ‘Rencong Aceh’ --- itu adalah Asma Allah , terbaca Bismi.

Lama kedua manusia yang dimabok cinta itu merundingkan nasib dan hari depan perkawinan mereka.

Marah Hasan, ayah Mila bersikeras ia tidak dapat menerima calon suami Mila, yang berstatus duda itu --- sudah duda kere pula, pikir Ayah Mila.

Sampai awal Februari Mila tidak mendapat mens --- ia yakin mas Bejo berhasil menghamilinya, ia yakin kini ia sedang mengandung benih janin mereka.Bagaimana pun ia tidak akan menggugurkan buah cinta itu --- walaupun perkawinannya dengan mas Bejo tidak disetujui Pak Marah Hasan.

“He, kamu anak bodoh --- apa pula mau menikahi lelaki yang baru dikenal, duda pula --- he, apakah kamu telah berbuat dosa dengan lelaki itu, ha ?”

Mila tidak menjawab, ia bungkam --- bulan Maret nanti, mungkin perutnya akan mulai membesar.

Ibu Kastiah sudah mengetahui kalau Mila telah terlanjur bersetubuh dengan mas Bejo --- sebagai orangtua yang memiliki 2 gadis perawan --- ia sadar kehamilan bukanlah hal yang mudah disembunyikan. Ia kuatir menghadapi kenyataan itu.

“Mil, kalau ayah tetap bersikeras --- apakah lebih baik kalau sekarang kita gugurkan saja ?”

“Tidak bu !” Mila menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Mil, kamu mempunyai 2 adik perempuan --- kalau kehamilanmu sampai ketahuan mereka, ibu musti bilang apa ? Bulan depan pasti badanmu membusung --- ayah pasti kecewa, ia akan marah sekali, dan kita mungkin menanggung malu”.

“Bu, saya tidak mau menggugurkan kandungan saya --- janin ini anak saya bu. Kalau tidak mau menikahkan saya --- berilah saya surat dari ayah, agar mungkin saya menikah dengan wali hakim --- pekan depan saya akan menyusul mas Bejo ke Jawa Tengah”.

“Mil, apakah ibu harus berterusterang pada ayah --- bahwa keadaanmu ……………… telah”, ibu Kastiah bergetar dan merasakan kekuatiran yang mendalam.

 

Naluri keibuan Mila, tanpa sadarnya ia mengelus-elus perutnya --- batu Baiduri Teh pemberian mas Bejo diusap-usapkan ke perutnya.

Terbayang kisah cintanya di Parangkusumo, yang berlanjut di Parangtritis --- terbayang kembali, saat ia merasakan pertama sekali bagian tubuh mas Bejo di dalam tubuhnya --- berhari-hari mereka  meluangkan kesempatan --- menikmati persetubuhan, pada hal Mila yakin itu adalah saat-saat ia “subur” --- bukan hanya orgasme dan romantisme percintaan --- Mila sadar ia ingin menjadi wanita yang mampu melahirkan.

[MWA] (Buah Cinta dari Parangkusumo; novel bersambung ke -04/12)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun