Mohon tunggu...
Muzlifah Muhiddin
Muzlifah Muhiddin Mohon Tunggu... Pernah bekerja sebagai guru di SMPN 16 Jakarta dan pelukis yang memiliki studio di Pasar Seni Ancol Blok C92

Saya senang membaca dan menulis, serta akan mencoba mengirim tulisan ke kompasiana. Harapan saya tulisan saya dapat menghiasa laman kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Ulangan di Galeri Nasional Indonesia Bersama ARAFURA

31 Juli 2025   08:52 Diperbarui: 31 Juli 2025   14:51 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ARAFURA "Ulangan". (Foto: Muzlifah M)

Tidak percaya atau kalian menganggap berkelakar jika saya katakan, Jumat, 25 Juli 2025 saya mengikuti ulangan  untuk memperoleh kekayaan berupa sebidang tanah di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.  Ruang ulangan terdapat di salah satu ruangan di Gedung A. Ketika berada di depan ruangan itu, seorang 'guru' perempuan akan menyambut, seraya bertanya,"Apakah mau mengikuti ulangan? Jika mau silakan duduk".

Ruang ditata seperti  ruang kelas dengan empat set meja kursi untuk murid. Di atas meja tersebut  terdapat kotak berisi beberapa pensil 2B, lampu duduk, dan sepertangkat soal ulangan yang bersifat sangat rahasia lengkap dengan lembar jawaban komputer.  Lampu meja akan dinyalakan ketika ulangan untuk menerangi kita ketika  membaca soal dan menulis jawaban karena ruangan ditata dengan cahaya minimalis. Menurut ulasan kuratorial, di sini kita bisa duduk dan menjawab pertanyaan  seperti murid di sekolah.

Di bagian tengah depan terdapat sebuah kotak berwarna jingga, laksana sebuah di meja guru. Itu adalah  alat berteknologi canggih untuk memproses lembar jawaban dan hasil yang akan diperoleh. Tdaklah mengherankan jika untuk menghitamkan lingkaran huruf nama dan jawaban, digunakan pensil 2B  agar jawaban terbaca komputer.

Saat ulangan. (Foto: Koleksi Muzlifah M).
Saat ulangan. (Foto: Koleksi Muzlifah M).
Soal ulangan. (Foto: Muzlifah M).
Soal ulangan. (Foto: Muzlifah M).
Hasil ulangan. Nama dan luas lahan kita tertera di dinding. (Foto: Koleksi Muzlifah M)
Hasil ulangan. Nama dan luas lahan kita tertera di dinding. (Foto: Koleksi Muzlifah M)

Dengan meletakkan lembar jawaban dan menekan tombol khusus di mesin tersebut, kita akan mengetahui hasil ulangan, tapi bukan berupa nilai (angka). Hasilnya akan muncul di dinding ruang yang dipercantik tata cahaya yang menggambarkan suatu lahan luas terbentang hijau.  Lahan tersebut ditumbuhi pepohonan hijau. Selain itu, ada  deretan gambar rumah tradisional, menara listris, dan  lubang bekas galian. Nama peserta ulangan dan berapa luas lahan yang diperoleh akan muncul di dinding tersebut. Hasil jawaban ini akan membentuk perkiraan masa depan karena tanah tempat kita hidup menyimpan banyak cerita dan kita harus menjaganya.

Paparan di atas merupakan karya ARAFURA "Ulangan", (2025,  instalasi interaktif: proyeksi visula dalam ruang gelap, sistem digital, output generatif, kursi, dan meja). Kata ulangan merujuk pada ruang ruang kelas dengan pengunjung duduk dan menjawab soal. Namun, ulangan bisa dimaknai sebagai perjuangan sejarah. Dan generasi hari ini memegang kendali pada perkembangan masa depan.

ARAFURA memanfaatkan cahaya dan teknologi sebagai kekuatan utama untuk menjembatani sejarah tersebut dengan situasi masa kini. Di tengah tantangan lingkungan dan politik yang terus mengubah relasi manusia dan alam, waktunya berpikir secara kolektif, bagaimana cara hidup bersama, bukan hanya dengan sesama manusia lain, tetapi juga dengan tanah.

Tanah  digambarkan  bukan sekadar ruang fisik, melainkan bagian dari laku hidup: tempat doa dipanjatkan, nilai ditumbuhkan,  dan martabat dijaga. Di era kolonial, ketika arah perubahan menjauhi akar budaya, masyarakat Indonesia  merasa terasing dalam ruang yang sangat akrab. Hal ini mengingatkan pada keadaan di tanah Jawa, ketika kolonial mulai mengusik ranah keraton yang menimbulkan perlawan Pangeran Diponegoro hingga pecahnya perang Jawa tahun 1825 -- 1830. Dan respon pengunjung akan membentuk lanskap spekulatif tanah Jawa, sesuai jawaban mereka.

ARAFURA, studio yang didirikan di Bandung pada tahun 2020 oleh Ady Setyawan dan Pande Made Anagha Divantara. Mereka menggabungkan seni cahaya, video mapping, dan instalasi interaktif sekaligus mengeksplorasi cara-cara narasi visual untuk membuka ruang imajinasi, terutama untuk cerita yang jarang mendapat tempat dalam arus utama seni media baru.

Karya ARAFURA tersebut di atas merupakan bagian dari pameran 'NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro' di Galeri Nasional Indonesia yang diresmikan oleh Fadli Zon, Kementerian Kebudayaan RI (Kemenbud).  Kegiatan yang  digelar untuk menyambut peringatan 80 tahun Kemerdekaan RI dan mengenang dua abad Perang Jawa, berlangsung  22 Juli -  15 September 2025, pukul 09.00-19.00 WIB. Silakan datang karena selain karya ARAFURA, kita dapat menyaksikan lukisan Raden Saleh yang menggambarkan penangkapan Pangerang Diponegoro.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun