Mohon tunggu...
Muzlifah Muhiddin
Muzlifah Muhiddin Mohon Tunggu... Pernah bekerja sebagai guru di SMPN 16 Jakarta dan pelukis yang memiliki studio di Pasar Seni Ancol Blok C92

Saya senang membaca dan menulis, serta akan mencoba mengirim tulisan ke kompasiana. Harapan saya tulisan saya dapat menghiasa laman kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pameran Seni Rupa Kecil Itu Keren Yang Fenomenal

4 Juli 2025   21:19 Diperbarui: 4 Juli 2025   21:19 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan KOMPPI  yang terjual. (Foto: KOMPPI)

Pameran Seni Rupa Internasional "Kecil Itu Keren"  (PSRI KIK) berakhir pada Minggu, 29  Juni 2025, tetapi euforia pelukis yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut, masih terasa. Grup percakapan yang beranggotakan lebih dari 300 orang, masih ramai dengan chat ungkapan terima kasih kepada penyelenggara dan kebanggaan mereka karena dapat mengambil peran dalam pameran yang berlangsung pada 18 -- 29 Juni 2025 di Galeri Cipta 1 dan 2 Gedung Trino Sumardjo Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

PSRI KIK dapat dikatakan sebagai peristiwa seni rupa yang fenomenal, terutama jika dilihat dari peserta yang jumlahnya lebih dari lima ratus pelukis. Mereka menampilkan karya dengan beragam teknik dan media, tetapi dengan ukuran yang sama, yakni 15 x 15 cm.

Selain saat peresmian pameran, hampir setiap hari pameran ini banyak dikunjungi masyarakat umum dan para pelukis peserta pameran. Mereka bersosialisasi, berdiskusi, dan memberikan apresiasi pada karya yang dipamerkan.

Suasana pameran. (Foto: Muzlifah M).
Suasana pameran. (Foto: Muzlifah M).

Buat saya pribadi yang berpartisipasi, PSRI KIK memberikan informasi  tentang seni rupa di luar Indonesia  karena pameran ini juga menampilkan karya pelukis negara sahabat, seperti  Sunar Sugiyou (Singapura), Angeliki Papadopolou dan Orfeas Kallintzis (Yunani),  Andrei Scarlatescu (Rumania),  Yuko Kawaguchi (Jepang), Natalia Sinyatnikova (Rusia), Nugzar Lasvili (Georgia), Chawki Lahmar (Tunisia), Mustafa Al Abidi (Irak), serta  Pinar Caliskan Gunes, Firdevs Mujde Gokbel Yavuzoglu dan Leman Kalay (Turkiye).

Sayangnya, mereka tidak menghadiri pameran sehingga sulit untuk menginterpretasikan karya-karyanya. Terlebih lagi, ada perbedaan kerangka acuan, pengalaman, dan latar belakang sosial budaya antara pelukis Indonesia dan mereka.  Silahkan pembaca menginterpretasikan sendiri!

Yuko Kawaguchi (Jepang). (Foto: Muzlifah M).
Yuko Kawaguchi (Jepang). (Foto: Muzlifah M).
Sunar Sugiyou (Singapura). (Foto: Muzlifah M)
Sunar Sugiyou (Singapura). (Foto: Muzlifah M)
Pinar Caliskan Gunes (Turkiye). (Foto: Muzlifah M).
Pinar Caliskan Gunes (Turkiye). (Foto: Muzlifah M).
Orfeas Kallintzis (Yunani). (Foto:  Muzlifah M).
Orfeas Kallintzis (Yunani). (Foto:  Muzlifah M).
Nugzar Lasvili (Georgia). (Foto: Muzlifah M).
Nugzar Lasvili (Georgia). (Foto: Muzlifah M).
Natalia Sinyatnikova (Rusia). (Foto: Muzlifah M).
Natalia Sinyatnikova (Rusia). (Foto: Muzlifah M).
Mustafa Al Abidi (Irak). (Foto: Muzlifah M).
Mustafa Al Abidi (Irak). (Foto: Muzlifah M).
Leman Kalay (Turkiye). (Foto: Muzlifah M).
Leman Kalay (Turkiye). (Foto: Muzlifah M).
Firdevs Mujde Gokbel Yavuzoglu (Turkiye). (Foto: Muzlifah M).
Firdevs Mujde Gokbel Yavuzoglu (Turkiye). (Foto: Muzlifah M).
Chawki Lahmar (Tunisia). (Foto: Muzlifah M).
Chawki Lahmar (Tunisia). (Foto: Muzlifah M).
Andrei Scarlatescu (Rumania). (Foto: Muzlifah M).
Andrei Scarlatescu (Rumania). (Foto: Muzlifah M).
Angeliki Papadopolou (Yunani). (Foto: Muzlifah M).
Angeliki Papadopolou (Yunani). (Foto: Muzlifah M).

Meskipun ada karya penuh warna,  sebagian dari mereka menanmpilkan karya yang cenderung monokromatik, seperti karya 25 pelukis peserta yang tergabung dalam Komunitas Perempuan Perupa Indonesia (KOMPPI).

 

Pelukis KOMPPI menampilkan lukisan monokromatik nuansa cokelat dengan tema fauna, seperti monyet, kucing, rusa, dan kadal. Karena memiliki kesamaan nuansa warna dan pemilihan objek, 25 lukisan tersebut ditempatkan berdampingan sehingga menarik perhatian pengunjung. Kondisi tersebut juga menyebabkan Andang Bachtiar, Geologist dan musisi mengkoleksinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun