Pameran Seni Rupa Internasional "Kecil Itu Keren" Â (PSRI KIK) berakhir pada Minggu, 29 Â Juni 2025, tetapi euforia pelukis yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut, masih terasa. Grup percakapan yang beranggotakan lebih dari 300 orang, masih ramai dengan chat ungkapan terima kasih kepada penyelenggara dan kebanggaan mereka karena dapat mengambil peran dalam pameran yang berlangsung pada 18 -- 29 Juni 2025 di Galeri Cipta 1 dan 2 Gedung Trino Sumardjo Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
PSRI KIK dapat dikatakan sebagai peristiwa seni rupa yang fenomenal, terutama jika dilihat dari peserta yang jumlahnya lebih dari lima ratus pelukis. Mereka menampilkan karya dengan beragam teknik dan media, tetapi dengan ukuran yang sama, yakni 15 x 15 cm.
Selain saat peresmian pameran, hampir setiap hari pameran ini banyak dikunjungi masyarakat umum dan para pelukis peserta pameran. Mereka bersosialisasi, berdiskusi, dan memberikan apresiasi pada karya yang dipamerkan.
Buat saya pribadi yang berpartisipasi, PSRI KIK memberikan informasi  tentang seni rupa di luar Indonesia  karena pameran ini juga menampilkan karya pelukis negara sahabat, seperti  Sunar Sugiyou (Singapura), Angeliki Papadopolou dan Orfeas Kallintzis (Yunani),  Andrei Scarlatescu (Rumania),  Yuko Kawaguchi (Jepang), Natalia Sinyatnikova (Rusia), Nugzar Lasvili (Georgia), Chawki Lahmar (Tunisia), Mustafa Al Abidi (Irak), serta  Pinar Caliskan Gunes, Firdevs Mujde Gokbel Yavuzoglu dan Leman Kalay (Turkiye).
Sayangnya, mereka tidak menghadiri pameran sehingga sulit untuk menginterpretasikan karya-karyanya. Terlebih lagi, ada perbedaan kerangka acuan, pengalaman, dan latar belakang sosial budaya antara pelukis Indonesia dan mereka. Â Silahkan pembaca menginterpretasikan sendiri!
Meskipun ada karya penuh warna, Â sebagian dari mereka menanmpilkan karya yang cenderung monokromatik, seperti karya 25 pelukis peserta yang tergabung dalam Komunitas Perempuan Perupa Indonesia (KOMPPI).
Â
Pelukis KOMPPI menampilkan lukisan monokromatik nuansa cokelat dengan tema fauna, seperti monyet, kucing, rusa, dan kadal. Karena memiliki kesamaan nuansa warna dan pemilihan objek, 25 lukisan tersebut ditempatkan berdampingan sehingga menarik perhatian pengunjung. Kondisi tersebut juga menyebabkan Andang Bachtiar, Geologist dan musisi mengkoleksinya.