Ferdinand de Saussure adalah seorang linguis asal Swiss yang dianggap sebagai bapak linguistik modern. Salah satu sumbangannya yang paling berpengaruh adalah teori tentang tanda (sign) dalam kerangka semiologi.Â
Saussure melihat bahasa bukan sekadar kumpulan kata, melainkan sebuah sistem tanda yang kompleks yang membentuk cara kita berkomunikasi dan memahami dunia.
Menurut Saussure, tanda terdiri atas dua komponen yang tak terpisahkan: signifiant (penanda) dan signifi (petanda). Penanda adalah bentuk bunyi, tulisan, atau citra bunyi yang kita tangkap melalui pancaindra, sedangkan petanda adalah konsep atau makna mental yang kita hubungkan dengan penanda tersebut. Misalnya, kata "pohon" yang kita ucapkan adalah penanda, sedangkan konsep tentang tumbuhan berkayu yang kita bayangkan adalah petanda. Penanda bersifat material, sementara petanda bersifat konseptual.
Saussure menekankan bahwa hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer atau sewenang-wenang. Tidak ada hubungan alamiah antara kata "pohon" dan objek pohon yang nyata; hubungan itu lahir dari konvensi sosial di dalam masyarakat bahasa. Karena sifatnya yang konvensional, bahasa dapat berubah dari waktu ke waktu seiring perubahan kesepakatan masyarakat.Â
Hal ini menjelaskan mengapa setiap bahasa memiliki kata berbeda untuk merujuk pada objek yang sama, seperti "chair" dalam bahasa Inggris dan "kursi" dalam bahasa Indonesia.
Lebih jauh, Saussure juga menyatakan bahwa makna tanda muncul bukan dari hubungannya dengan objek semata, melainkan dari perbedaan tanda tersebut dengan tanda lain di dalam sistem bahasa.Â
Kata "pohon" mendapat maknanya karena berbeda dengan "rumput" atau "batu", bukan semata karena menunjuk objek pohon. Bahasa, menurut Saussure, adalah sistem diferensial: tanda-tanda mendapat arti karena perbedaan dan relasi, bukan karena kesamaan.
Pemikiran Saussure ini menggeser cara pandang terhadap bahasa. Ia tidak hanya dilihat sebagai sarana menyampaikan informasi, tetapi juga sebagai struktur yang membentuk cara manusia memandang dunia. Melalui teori tanda Saussure, kita belajar bahwa bahasa adalah sistem simbolik yang membentuk realitas sosial dan budaya.Â
Konsep ini menjadi fondasi bagi berkembangnya ilmu semiotika, analisis wacana, serta studi budaya kontemporer. Bahkan, pendekatannya menginspirasi banyak bidang lain seperti sastra, antropologi, dan media. Dengan memahami konsep penanda dan petanda, kita dapat melihat bahwa setiap ungkapan bahasa bukan sekadar kata, tetapi juga cerminan konstruksi sosial yang memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI