Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kembar Mayang

13 Februari 2020   19:31 Diperbarui: 13 Februari 2020   19:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hasil olahan penulis

Detak jarum jam dinding terdengar lebih keras saat tengah malam seperti ini. Mas Han tak ada, bantalnya masih rapi dan pintu kamar masih tertutup. Itu artinya ia belum tidur sama sekali. Pelan aku bangkit setelah melemaskan badan, kemudian berjalan mencarinya.Sayup alunan musik lembut terdengar dari ruang kerja Mas Han yang terbuka. Dari ambang pintu aku memperhatikan lelaki yang menyebut dirinya penjaga surga itu. "Kaulah surgaku," ucapnya setahun lalu, membuatku melayang dan jatuh hati sedalam-dalamnya. Namun, setelah menikah ada rasa menyesak di dada. Kenangan masa lalu merebut masa bulan madu, menjadi duri dalam rumah tanggaku dan Mas Han.

"Sayang! Kau terbangun?"
Mas Han langsung berdiri menghampiri, saat menyadari kehadiranku.

Aku hanya tersenyum, tanpa menjawab. Reflek gerak tubuh ini menggeliat merespon, saat Mas Han memeluk dan menciumi telingaku. Ingatan ini langsung meluncur jauh pada sosok lelaki yang suka melakukan hal sama, Mas Har.

"Kau datang pada saat yang tepat, Sayang. Pekerjaanku sudah selesai," bisiknya lagi.

"Mas, aku ... "
Setitik air mata meluncur begitu saja. Mas Han mengendurkan pelukan, menatap mataku, kemudian tersenyum.

"Tak apa, aku akan menunggu sampai kau siap."
Aku menjatuhkan kepala di dadanya, tangisku pecah. Selalu berakhir seperti ini, sejak malam pertama waktu itu. Meski demikian, Mas Han selalu menerima sikapku tanpa minta penjelasan apa pun.

Sejak kepergian Mas Har, tak ada lagi kebahagiaan dalam hidupku. Bukan hanya tawa yang hilang, bahkan untuk tersenyum pun tak sanggup. Namun tiba-tiba Mas Han hadir, seorang kakak ipar yang kukenal justru setelah suamiku meninggal. Ia bukan hanya pulang ke rumah, tetapi ia juga menggantikan peran adiknya sebagai pendamping hidupku.

Sikap konyol dan romatis Mas Han meluluhkanku. Namun setelah menikah semua berbanding terbalik. Ingatan tentang Mas Har membuatku tak melayani Mas Han sebagai istri seutuhnya.

"Sayang, tidurlah lagi. Aku antar ke kamar yah?" Tanpa meminta persetujuan Mas Han menggendong tubuh mungilku. Ia memang berbeda dengan Mas Har yang pendiam dan dewasa dalam keseharian. Namun setelah menjadi suami, ia cenderung manja. Mas Han sebaliknya mungkin karena terbiasa hidup sendiri di luar negeri, membuatnya lebih mandiri.

Mas Han kembali ke luar kamar setelah membaringkanku di ranjang, menyisakan rasa tak enak di hati. Mataku berkeliling, semua masih sama. Warna cat dan semua barang di dalam rumah ini tak berubah sejak kepergian Mas Har. Rasanya ia masih ada di dalam sini.

Semakin keras kucoba melupakan, bayang-bayangnya semakin lekat dalam ingatan. Seandainya saja Mas Har menyakitiku tentu menyingkirkannya dari hati akan terasa lebih mudah. Mas Har adalah sosok suami yang baik, ia nyaris tanpa cela. Rasa cinta telah membuatku ikhlas menerima segala baik buruknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun