Mohon tunggu...
Mutholibin ulum
Mutholibin ulum Mohon Tunggu...

Pejuang Tangguh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pondok Pesantren Tanggir

7 Maret 2015   03:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Biografi KH. Mushlich (Mbah Sho’im)

Pendiri Pondok Pesantren Raudhlatut Thalibin dan

Madrasah Miftahul Huda Tanggir-Tuban-Jawa Timur

KH Mushlich, dengan nama kecil Sho’im, lahir di desa Mojo (yang lebih dikenal dengan sebutan Jambangan) Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban. Tepatnya, pada tanggal 17 ramadhan 1343 H/1921 M, dari pasangan KH. Abdul Karim dan Ny. Mu’isah (Putri KH. Murtadlo, kuncen padangan  Bojonegoro) bin K. Syihabuddin bin K. Anom bin KH. Abdul Jabbar Nglirip Jojogan (menantu mbah sambu Gresik, cucu sunan Ampel) bin pengeran Benowo bin Sultang Panjang (menantu raden fatah Demak).

Beliau dibesarkan dalam keluarga sederhana dan dalam lingkungan yang bersahaja, yaitu lingkungan santri yang jauh dari keramaian kota serta tidak adanya alat komunikasi seperti sekarang ini, dan tidak ada komunikasi dengan wilayah lain di karenakan terputusnya akses lalu lintas kewilayah utara, dengan adanya aliran sungai kening. Sehingga, pada umumnya orang yang tinggal di daerah itu jika ingin bepergian kedaerah lain harus berjalan kaki sampai kestasiun kereta api, dan tidak adanya alat tranportasi, maka  jalan kaki menjadi alternatif.

Masa kecil KH. Mushlich seperti halnya anak kecil lainnya. Beliau senang bermain dengan teman sebanya, beliau, sejak kecil memiliki kelibihan yang membedakan dirinya dengan teman-teman sebanya, yaitu sifat sabar, tenang, selalu mengalah, tidak sombong, dan tidak keras. sifat-sifat beliau yang selalu tawadhu’ dan sopan santun kepada siapapun gelar sang penyabar dan peramah.

Sejak usia 10 tahun, mbah Sho’im kecil sudah merantau untuk menuntut Ilmu (mesantren), pertama beliau berguru kepada KH. Syarbini Lengkong Lajo Lor Singgahan Tuban. Kemudian dilanjutkan kepesantren Sarang Rembang, Jawa Tengah, dibawah asuhan KH. Syu’aib dan KH. Zubair Dahlan untuk memperdalam ilmu alat. Lalu kepesantren Lasem Rembang Jateng, untuk belajar ilmu fiqh dan Hadist pada KH. Kholil dan Ma’shum. Setelah itu, Mbah Sho’im melanjutkan pengembaraannya di pesantren kendal Bojonegoro di bawah asuhan KH. Abu Dzarrin dan pondok pesantren Jampes Kediri, di bawah asuhan KH. Ihsan Dahlan. di dua pesantren inilah, Mbah Sho’im mendapatkan kepercayaan dari pengasuh untuk menjadi tenaga pengajar.

ØMenikah dan Mendirikan Pondok Pesantren Tanggir

Mbah Sho’im menikah dengan Nyai Mashlichah binti H. Abdurrahman  pada hari Jum’at tanggal 22 September 1947 M. setelah menikah Mbah Sho’im tinggal di desa tanggir, kemudian, pada tahun 1950 M. beliau mendirikan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin dan Madrasah Miftahul Huda pada tahun 1951 M. Pada tahun 1954 M beliau menunaikan ibadah Haji.

Dari pernikahan KH. Mushlich dengan Nyai Maslhlichah, beliau dikaruniai 6 Putra dan 1 Putri dibawah ini.

1.KH. Munawiruddin (Al-Marhum)

2.Ny. Hj. Khoddijah Munawaroh

3.K. Ali Mas’ud (AL-Marhum)

4.Agus Ali Ridwan

5.Agus Lukman Hakim

6.KH. Abu Mansur

7.Agus Mishbachul Munir.

ØKepribadiaan dan Pengabdian KH. Mushlich

KH. Mushlich adalah seoramg yang penyabar dan ramah kepada siapapun, termasuk pada sntri-santrinya, apapun yang diminta santrinya selalu dituruti dengan penuh kesabaran. Oleh karena itu tidak mustahil bila santrinyapun semakin lama semakin banyak, ahirnya pada tahun 1951 M, beliau mendirikan pendidikan ala madrasah di Tanggir dan pada saat itu masih menggunakan serambi masjid dan rumah-rumah warga sekitar yang ihklas dijadikan tempat belajar mengajar. Keadaan yang drmikian terpaksa dilakukan karena belum memiliki gedung madrasah, hingga pada tahun 1960 M baru mendirikan dua gedung madrasah untuk putra dan putri. Meski bangunanya sangat sederhana. Pendidikan pada saat itu baru memiliki 2 tingkatan, yakni ibtidaiyah dan Tsanawiyah.  akan tetapi karena banyaknya tuntutan para santri yang merasa belum puas untuk menyelami lautan hikmah, maka pada tahun 1970 M beliau baru mendirikan tingkat aliyah.

KH. Mushlich menghabiskan waktunya untuk mendidik santri dari pagi hingga malam hanya berhenti beberapa jam saja untuk melaksanakan shlat, yang paling menarik dari beliau KH. Mushlich mempunyai hjadwal khusus untuk memberika pengajian kitab hikam ibnu Atho’illah As Sakandari kepada bapak mertuanya H. Abdurrohman, kedua paman beliau (H. Mun’im dan H. Syafi’i) beserta sesepuh desa tanggir dan sekitarnya yang dilaksanakan setiap hari jum’at, mulai jam 08.00 sampai jam 10.00 pagi dan malam selasa setelah magrib sampai isya’.

ØMenjelang Wafat

Begitu istiqomahnya beliau dalam menjalani aktivitas tersebut, bahkan di usia yang senjapun KH. Mushlich masih aktif memberikan perhatian, pendidikan serta pengajian kepada santri-santrinya. Waktu itu beliau suadah mulai sakit sampai dokter menyarankan beliau untuk istirahat, akan tetapi beliau masih tetap mengisi pengajian kepada santri-santrinya, setelah selesai mengaji diserambi masjid kemudian menemui tamu yang bersilaturrohmi dan berkumpul dengan keluarga diruang tengah (dalem) dan di saat hendak mengambil air wudhu, beliau jatuh tidak sadarkan diri, hingga pada ahirnya, tepat pada hari sabtu malam ahad tanggal tanggal 10 Februari 1985 M/20 Jumadil Ula 1405 H, jam 12 Malam, KH. Mushlich yang penyabar dipanggil untuk menghadap Allah SWT, tepat pada usia 64 Tahun, dan ribuan penziarah datang mendo’akan dan menghantarkan sampai ke pemakaman yang berada di dekat masjid pondok pesantren Raudlatut Thalibin Tanggir.

Demikian sekilas tentang biografi atau riwayat hidup romo KH.  Mushlich Abdul Karim pendiri pondok pesantren Raudlatut Thalibin dan pendiri Madrasah Miftahul Huda Tanggir Singgahan Tuban Jawa Timur. Semoga mendapat ridho Allah SWT, dan menjadi Uswah hasanah bagi kita semua.

Nb. Untuk seluruh Alumni putra/putri Santri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, jangan lupa ke pondok, untuk menghadiri Haul KH. Mushlich Abdul Karim Ke-31 Tahun, Tanggal 10 Maret 2015 (selasa malam rabu). yang dihadiri oleh : Habib Umar bin Ahmad Al-Muthohhar (Semarang Jawa Tenggah).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun