Permasalahan sampah organik kini masih menjadi suatu tantangan di daerah pedesaan, termasuk di Dusun Gatak dan Bontitan, RW 07, Desa Kopen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Mayoritas warga masih membuang sampah dengan cara dibakar atau ditimbun di lahan kosong. Kebiasaan ini dinilai praktis, tetapi berdampak pada pencemaran lingkungan dan juga kesehatan. Berangkat dari fenomena tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler 082 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) hadir dengan program "Pengolahan Sampah Organik Menggunakan Maggot". Program ini tidak hanya untuk mengurangi timbunan sampah organik, melainkan juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga Desa Kopen.
Tim KKN Reg-082 UMY melakukan rangkaian kegiatan mulai dari sosialisasi, praktik, pembangunan kandang, hingga monitoring. Warga dikenalkan pada manfaat dari maggot yang mampu mengurai sampah organik sekaligus menghasilkan produk bernilai ekonomis, seperti pakan ternak dan pupuk organik. Salah satu kegiatan yang menarik adalah praktik langsung pada tahap awal penetasan telur maggot. Hasil praktik ini bahkan dibawa pulang oleh peserta untuk dikembangkan di rumah masing-masing. "Awalnya para warga disini ada rasa jijik, mungkin karena baru pertama kali melihat. Tapi setelah tahu manfaatnya, warga jadi lebih tertarik untuk budidaya maggot ini," ungkap Alvin, ketua tim KKN.
Antusias warga juga terlihat cukup tinggi, khususnya pada ibu rumah tangga dan peternak. Selain mendapatkan solusi dalam pengolahan sampah organik, mereka juga merasakan manfaat maggot sebagai pakan alternatif yang lebih murah dan bergizi untuk ternaknya, seperti ayam, ikan, maupun burung. Selain itu, tim KKN Reg-082 UMY juga melakukan pembangunan kandang maggot sebagai percontohan di salah satu rumah warga, Bapak Warseno. Dia adalah seorang peternak unggas. Maka dengan adanya kandang ini diharapkan dapat menjadi pusat budidaya maggot di RW 07, serta inspirasi bagi warga lain yang belum melakukannya.
Disamping itu, adanya pendampingan yang berkelanjutan secara door-to-door, termasuk pembentukan grup komunikasi via WhatsApp, program ini diharapkan terus berjalan meski masa KKN telah usai. Dengan langkah ini, Dusun Gatak dan Bontitan kini sedang menapaki jalan menuju desa mandiri dalam pengelolaan sampah. Kehadiran maggot menjadi bukti bahwa solusi sederhana dapat membawa dampak besar bagi lingkungan sekalugus kesejahteraan warga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI