Mohon tunggu...
Muthia Fajriani Nurhikmah
Muthia Fajriani Nurhikmah Mohon Tunggu... A final-year student in the Chemical Analysis program at the Vocational School of IPB University.

Interested in laboratory research, the cosmetics industry, and sustainability issues in agriculture. Actively writes to share knowledge, experiences, and inspiration about the academic world and everyday life.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Self-Development vs Fangirling? Keduanya Bisa Berjalan Bersama

22 September 2025   09:32 Diperbarui: 22 September 2025   09:39 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Konser K-pop (Seventeen) (Sumber: Bailey Pinterest))

Gen Z, Kuliah, dan Dunia Fangirling

Di era modern saat ini, kehidupan mahasiswa tidak lagi hanya berkutat pada kuliah, tumpukan tugas, atau kegiatan organisasi. Banyak dari generasi Z yang juga menyalurkan minatnya melalui hobi, salah satunya fangirling atau fanboying terhadap idol K-Pop. Fenomena ini memang kerap dipandang sebelah mata, karena dianggap membuang waktu dan uang, bahkan dicurigai dapat menghambat proses pengembangan diri.

Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Fangirling bukanlah sekadar aktivitas konsumtif, melainkan ruang ekspresi diri yang, jika dikelola dengan bijak, justru bisa sejalan dengan perjalanan self-development. Dengan keseimbangan yang tepat, dunia fangirling dapat menjadi sarana inspirasi, motivasi, bahkan wadah untuk membangun keterampilan baru yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Self-Development di Bangku Kuliah: Lebih dari Sekadar IPK

Bagi mahasiswa, pengembangan diri (self-development) memegang peran penting. Kuliah tidak sebatas mengejar IPK, melainkan juga tahap persiapan menuju dunia kerja dan kehidupan setelah lulus. Inilah momen untuk mengasah keterampilan sekaligus memperkaya pengalaman.

Self-development meliputi dua sisi: hard skill yaitu kemampuan yang berasal dari pengetahuan, kemampuan praktis, atau kecerdasan untuk melakukan sesuatu dengan baik (Manara 2014), serta soft skill seperti komunikasi, manajemen waktu, kepemimpinan, dan kerja tim. Keduanya menjadi bekal utama agar siap bersaing secara profesional.

Umumnya, mahasiswa melatih kemampuan itu lewat organisasi, kepanitiaan, atau magang. Namun, ruang pengembangan diri juga bisa datang dari jalur tak terduga, termasuk hobi. Bahkan fangirling sekalipun dapat memberi manfaat, misalnya melatih pengelolaan keuangan, konsistensi dalam berkarya, hingga membangun jaringan sosial lintas latar belakang.

Fangirling: Bukan Cuma Hiburan, Tapi Sumber Energi Positif

Fangirling kerap dipandang hanya sebagai hiburan sesaat. Padahal, jika diperhatikan lebih jauh, banyak manfaat positif yang bisa lahir dari aktivitas ini.

- Belajar Bahasa Asing
Tak sedikit penggemar K-Pop yang terdorong mempelajari bahasa Korea atau Inggris agar lebih memahami idolanya. Motivasi ini jelas termasuk bentuk pengembangan diri yang berharga.

- Membangun Jejaring Internasional
Fandom pada dasarnya adalah komunitas lintas negara. Dengan bergabung di dalamnya, seseorang bisa berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai budaya. Hal ini memperluas perspektif sekaligus melatih kemampuan komunikasi.

- Disiplin dan Mengelola Keuangan
Seorang fangirl biasanya menetapkan target tabungan untuk membeli tiket konser, album, atau merchandise. Kebiasaan ini membantu melatih kedisiplinan sekaligus keterampilan mengatur keuangan pribadi.

- Kreativitas dan Karya Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun