Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Fatmi Sunarya (Bukan) Pujangga

17 Desember 2020   05:35 Diperbarui: 17 Desember 2020   07:21 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap Layar Puisi FS di Kompasiana

Oleh sebab itu saya sempat berpikir FS telah salah dalam penggunaan kata usah dalam puisi yang ia buat itu. 

Bukankah seharusnya larik itu lebih cocok memakai  tak usah peduli., kok dia pakai usah peduli... ?

Lalu setelah saya membuka KBBI, saya tercengang mengetahui bahwa kata dalam kata usah mengandung dua arti sekaligus, yakni 1) Usah berati perlu, 2) Usah juga memiliki arti tidak perlu. 

Hah? Bagaimana bisa dua arti yang saling berlawanan itu bisa diungkapkan hanya dalam satu kata, usah? Unik deh, bikin bingung aku saja. 

Hal itu sama halnya saya masih bingung dalam penggunaan kata bergeming-tak bergeming, seronok-tak seronok, acuh-tak acuh, hirau-tak menghiraukan. Hadeh, sepertinya saya harus banyak berguru lagi sama Khrisna Pabichara.

Tapi berdasarkan baca KBBI itu saya jadi mengetahui bahwa usah yang dimaksud FS dalam larik itu adalah tidak perlu. Tidak perlu peduli berserak aksara.

**

"Aku" adalah orang yang gemar menulis puisi. Pada suatu hari, ada seseorang yang kebetulan meluangkan waktu untuk membaca puisi-puisi yang ditulis oleh "aku". 

Usai membaca, lalu orang itu menanggapi puisi-puisi itu: "tulisanmu sebaiknya begini.. lebih indah jika begitu..."

Kemudian "aku" menjawab skeptis: "Aku nulis buat kepuasanku sendiri, kok. Bukan untuk kamu. Aku itu bukan pujangga. Jadi ya suka-suka aku dong mau nulis gimana. EGP!".

Semua bukan tentangmu, tentangnya...  

Sudah kukatakan, aku bukan pujangga

Biarkan kata-kata mengembara
Di jalan yang merdeka

Tarantam, tarantam ......

Begitulah kira-kira intisari yang ingin diceritakan FS dalam puisi berjudul "Kata-kata yang Ingin Aku Katakan". Puisi yang ditulis dengan diksi sederhana ini ternyata memuat konflik yang begitu pelik antara seorang penulis dan pembacanya.

"Aku" dalam puisi nampak digambarkan sebagai seorang penulis yang memiliki prinsip kegiatan menulis hanya untuk kepuasan pribadi. Entah tulisan-tulisan yang sudah "Aku" hasilkan itu memberi manfaat atau tidak , "aku" sama sekali tidak peduli.

Walau tak ada artinya
Dia tumbuh tegak di jiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun