FS, 09 November 2020
Seperti dalam larik:Â Tak ada kata indah yang berkelindan/ Yang ada hanya aksara sederhana/, Puisi yang terdiri dari lima bait ini oleh FS sengaja dibuat dengan sederhana.
Diksinya lugu. Kalimatnya tersusun menggunakan kata yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Cuma ada satu kata yang terdengar asing: berkelindan.
Pun majas yang FS gunakan dalam puisi tersebut sudah akrab dibenak kita. Menyemai segala rasa, tumbuh makna, kata-kata berkeliaran. Metafor yang FS gunakan sudah sering kita dengar dan baca. Klise.
Lalu apa keistimewaan yang dari puisi ini? Kesederhanaan itulah keistimewaannya.Â
Ketika membaca secara sekilas, teks puisi ini memang terasa kurang unik dan belum bisa menancapkan kesan mendalam di hati pembaca.
Namun jika puisi ini kemudian dibaca dengan penghayatan dan konsentrasi penuh maka barulah kita akan menemukan betapa nikmat dan keren puisi ini.
Apalagi jika puisi ini dikemas ulang ke dalam bentuk suara: dibaca merdu di atas panggung dengan iringan musik latar, atau dikemas menjadi lirik lagu, saya yakin puisi ini akan memunculkan kekuatan sebenarnya: keindahan dan kenikmatan yang luar biasa. Coba saja.
**
Usah peduli berserak aksara/Semua bukan tentangmu, tentangnya atau tentang mereka/.Â
Puisi ini membuat otak saya penasaran mengenai penggunaan kata usah dalam sebuah kalimat. Setahu saya sebagai orang awam bahasa, usah=perlu.