Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Bedah Puisi "Pada Suatu Pagi", Lilik Fatimah Azzahra

29 November 2020   19:32 Diperbarui: 29 November 2020   19:36 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/laura1beth

Kata dilesapkan, yang asing ini oleh LFA sengaja dipilih agar kita sebagai pembaca mengaktifkan otak untuk bekerja menerawang, dan membayangkan apa arti kata lesap ini.

Namun karena kita sudah tahu sifat embun: menguap ketika matahari sudah tinggi. Tanpa buka kbbi, secara otomatis otak kita akan menerjemahkan kata dilesapkan sebagai dimusnahkan, dihilangkan, dan sejenisnya. Atau bahkan karena memiliki kemiripan bunyi, otak pembaca bisa saja menerjemahkan lesap sebagai lezat. Mm.. Yummy..

Alasan lain pemilihan kata dilesapkan adalah karena suasana puisi yang ingin dibangun adalah kesunyian, kesepian, dan kesedihan dibalut rasa dingin. Jika seandainya kata dilesapkan diganti menjadi dibakar, misalnya.

Untuk apa ia diciptakan jika kemudian harus dibakar?

Tentu itu tidak cocok dengan suasana yang ingin LFA bangun dalam puisi. Energi katanya berbeda. Demikian juga dengan diksi yang dipakai dalam keseluruhan puisi ini. Semua diksinya ingin menonjolkan suasana dingin-dingin sejuk.

2. Penggunaan Majas yang Menggoda

Dalam puisi ini, diceritakan percakapan antara "aku" dengan embun dan kupu-kupu di beberapa kali waktu pagi. Di dunia nyata, mana ada sebulir embun bisa ngomong, mana ada seekor kupu-kupu bisa ngobrol. Secara logika mungkin kita akan menganggap "Aku" sudah gila.

Tetapi itulah keunikan sebuah puisi. Apa yang di dunia nyata mustahil, di dalam puisi semuanya bisa terjadi. Itu bisa terjadi berkat adanya penggunaan bahasa majas.

Masih ingat apa itu majas, bukan? majas merupakan ungkapan penyampaian pesan dengan menggunakan kiasan/bahasa yang imajinatif.

Dalam hal ini, LFA banyak menggunakan majas personifikasi sebagai penghias puisi. Majas personifikasi adalah bahasa yang digunakan untuk me"manusia"kan benda mati/hewan. Tujuannya agar membangkitkan emosi dan imajinasi kita sebagai pembaca.

Kubiarkan embun mencium lembut pipi ranum daun-daun. Kubiarkan kupu-kupu menunggu ajalnya dengan tenang. Kubiarkan hatiku berdansa di atas panggung kesunyian.

Lihat.. betapa begitu menggodanya majas yang LFA bikin. ...Embun mencium lembut pipi ranum daun-daun. Membaca kalimat ini, otak pembaca mau tak mau akan membayangkan kemana-mana.

Kupu-kupu menunggu ajalnya: kita akan merasakan sebuah rasa kepasrahan. Begitupula kalimat Hatiku berdansa di kesunyian: otak kita akan membayangkan suasana yang sepi dimana "aku" sedang menghibur dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun